Sabtu, 19 Januari 2019

KOTBAH MINGGU EPHIPANIAS 2 Minggu, 20 Januari 2019 “KUASA ALLAH YANG MENGHIDUPKAN”

Minggu, 20 Januari 2019

KUASA ALLAH YANG MENGHIDUPKAN
Kotbah: Markus 1:21-28   Bacaan: Mazmur 16:1-11



Hari ini kita memasuki Minggu kedua Epiphanias 2019. Pada Minggu ini kita akan membahas tema “Kuasa Allah yang menghidupkan”. Kuasa Allah itu digunakan Yesus dalam rangka memulai pelayanan-Nya. Hal yang pertama dilakukan Yesus dalam pelayanan-Nya adalah mengajar. Bukan hanya Yesus yang mengajarkan Firman Tuhan, karena pada saat itu ada banyak ahli-ahli Taurat, ada banyak orang-orang Farisi dan imam-imam kepala yang selalu mengajar di Bait Suci. Tetapi pengajaran Yesus berbeda dengan pengajaran para Farisi, dan imam-imam kepala, serta ahli-ahli Taurat.

Pengajaran Yesus menghidupkan orang, sementara pengajaran para Farisi, ahli Taurat dan imam kepala membebani umat. Yesus mengajar dengan penuh kuasa yang menghidupkan sementara mereka mengajar dengan kuasanya sendiri dan tidak membawa kehidupan yang kekal.

Ada banyak orang yang berpikir bahwa ketika Yesus mengajar dengan Kuasa Allah yang menghidupkan, berarti Yesus menggunakan pola yang aneh-aneh. Padahal, Yesus tidak mengajar dengan pola yang aneh-aneh. Kita kuatir bahwa banyak di gereja, mengidentifikasikan suatu kuasa dengan ajaran yang aneh-aneh. Kalaulah kebaktian yang berlangsung hanya biasa-biasa saja, berarti tidak ada kuasanya. Tetapi, bila saat berlangsung, ada orang yang menjerit-jerit/teriak dan lompat-lompat, berarti ada kuasa yang sedang bekerja di tempat itu. Itu sebabnya, banyak orang yang saat-saat ini tidak sedang mencari Allah, tetapi mencari yang aneh-aneh dan ibadah yang aneh-aneh.

Dan, seluruh dunia saat ini sedang menggandrungi ajaran-ajaran aneh. Karena, setan sedang menipu pikiran banyak orang, bahwa aneh berarti tanda bahwa setan sedang bekerja. Justru Kuasa Allah yang menghidupkan tidak bekerja dengan cara yg aneh-aneh, tetapi dengan cara yang berbeda. Kuasa Allah yang menghidupkan selalu didahului dengan damai sejahtera. Kuasa Allah selalu dinyatakan dengan buah-buah pertobatannya. Makanya Alkitab berkata, "dari buahnyalah dapat dikenal." 

Timbul pertanyaan kita sekaranga, apa artinya Yesus mengajar dengan Kuasa Allah yang menghidupkan?

Pertama, Yesus mengajar sesuai dengan kehidupan. Artinya, Yesus melakukan sesuatu sesuai dengan yang Dia ajarkan. Kita kuatir hari-hari ini banyak orang melakukan sesuatu tidak sesuai dengan yang dia ajarkan. Inilah yang Alkitab sebut dengan munafik. Yesus berkata, "Kamu seperti kuburan, luarmu terlabur seperti kapur yg putih bersih, tetapi dalammu penuh dengan tulang belulang yg busuk." Hidup Kristen adalah hidup yang tegas, kalaulah kita tidak bisa melakukan apa yang kita ajarkan, maka tidaklah pantas berdiri sebagai seorang pengajar. Artinya, kita harus punya integritas, yakni antara ucapan dan perbuatan harus sama.

Kita bisa mengajar dengan kata-kata kosong dan indah, tetapi kehilangan Kuasa. Inilah yang terjadi dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat. Melihat pengajaran seperti itu, Yesus dengan tegas mengatakan  kepada mereka, bahwa mereka mengajar dengan kata-kata yang indah, tetapi perbuatan mereka berbanding terbalik dengan ucapannya. Mengajar dengan Kuasa yang menghidupkan tidak selalu disertai dengan kuasa dan tanda-tanda yang wah dan mengherankan. Tetapi, mengajar dengan Kuasa yang menghidupkan berarti kita hidup dengan apa yang kita ajarkan. Perbuatan kita harus sesuai dengan perkataan kita.

Dunia ini penuh dengan orang-orang yang mengajar, tetapi tidak hidup dengan apa yg diajarkannya. Orang-orang yang berada di sekitarnya bisa berkata, perkataannya indah, tetapi ia sendiri tidak hidup dengan apa yang dikatakannya.

Saat kita berbicara tentang Tuhan, maka sikap dan tingkah laku kita pun harus menyerupai dengan kehendak Tuahan. Jika perbuatan kita sama dengan pengajaran kita maka dampaknya akan luar biasa sekali. Maka orang-orang di sekitar akan berkata, "orang ini, apapun yang dia katakan, semuanya memiliki kehidupan." Saat ini, Kekristenan menjadi bahan tertawaan, karena, ada banyak orang berkata, "Orang ini ngomong tentang Tuhan, tetapi, perbuatannya sama sekali berbeda dengan apa yang diucapkan dan diajarkannya”. Janganlah hati kita penuh dengan dendam, kebencian, memikirkan yang buruk bahkan merancangkan yang jahat buat orang-orang sekitar kita. Inilah yang disebut bermulut manis tetapi berhati setan.

Kedua, Yesus mengajar dengan memiliki keakraban dengan Allah. Dalam pengajaran Kristus, kita dapat melihat betapa akrabnya Yesus dengan Allah. Apapun yang terjadi? Yesus mengajar dengan keintiman dengan Tuhan. Di sinilah letak persoalannya bahwa orang mengajar Firman Allah, karena mereka duduk di sekolah Teologi/pelayanan. Itu semuanya baik, dan itu semuanya adalah sangat-sangat perlu, tetapi mengajar dengan Kuasa yang menghidupkan, bukan harus tunggu lulus sarjana teologi, tetapi kita bisa membaca Firman Tuhan menggumuli, menghayati dan melakukannya. Jika hanya mengandalkan pengetahuan teologi yang kita miliki, tidak akan membawah Kuasa Allah yang menghidupkan dalam pelayanan kita.  Tetapi kuasa Allah yang menghidupkan itu bisa terjadi pada kita walau kita bukan seorang teolog tamatan sekolah teologi asalkan kita memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan setiap hari. Kakraban kita dengan Allah akan membwa dampak yang luar biasa yakni: pengajaran kita membawa kuasa yang menghidupkan. Atinya, Kuasa yang menghidupkan itu datang karena keakraban kita dengan Allah. Kita bisa mengajar hal-hal yang baik, melalui buku-buku dan pengetahuan-pengetahuan yang saudara terima. Tetapi, bila kita tidak memiliki keintiman dengan Tuhan, maka pengajaran kita menjadi pengajaran yang kosong. Orang-orang Farisi mengajar dengan dahsyat dan luar biasa, tetapi bila tidak memiliki keakraban dengan Tuhan, maka menjadi pengajaran yang kosong.

Ketiga, Yesus mengajar dengan bukti yang jelas. Orang Farisi dapat berkata, "setan dapat dikalahkan." Tetapi Yesus mengajar dengan bukti bahwa setan dikalahkan. Yesus mengajar dengan bukti yang jelas. Yesus menghardik setan dan berkata,"Keluar!” Dan setan gemetar ketakutan, dan akhirnya keluar. Orang-orang yang Tuhan pakai adalah orang-orang yang dapat membuktikan imannya. Makanya iman bukanlah suatu kepercayaan di dalam hati. Iman bukanlah suatu yang dapat kita lihat, tetapi iman adalah bukti/sesuatu yang terpancar dalam hati. Karena, orang-orang yang hidup dalam iman, mereka hidup akrab dengan Tuhan. Pelayanannya memiliki hidup yangg jelas. 

Kalaulah saudara pelajari, Yusuf walaupun ia difitnah, tetapi apa yang terjadi? Ia tetap membuktikan kebesaran Allah di dalam hidupnya. Inilah bukti kebesaran dan kekuasaan Allah yang jelas. Alkitab bicara tentang Sadrak, Mesakh, Abidnego. Alkitab bicara tentang Daniel. Orang-orang yang menghadapi tekanan dan masa-masa yang sukar, tetapi mereka punya bukti yang jelas. Alkitab bicara tentang seorang yang berhadapan dengan Goliat, yang secara akal manusia sudah tidak mungkin. Tetapi, dengan tegar boleh berkata,"Engkau boleh mendatangi aku dengan tombak dan tebing, tetapi aku mendatangi engkau dengan Allah semesta Alam.

Dengan lain kata, Daud berdiri dengan tegar dan berkata, "Allah yang aku sembah adalah Allah yang membuktikan segala Kuasa-Nya dalam kehidupanku. Alkitab berkata bahwa pengajaran Allah bukan hanya dengan perkataan, tetapi dengan Kuasa.  

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa mereka takjub pada pengajaran Yesus? 

Pertama, mereka menjadi takjub karena Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa.  Yesus mengajar tidak seperti ahli-ahli Taurat. Ahli-ahli Taurat biasanya mengutip pandangan rabi-rabi tertentu pada saat mengajar: “Ada yang mengatakan …”, “Demikianlah kata rabi…”, “Ada firman yang mengatakan….”  Tetapi Tuhan Yesus mengajar dengan otoritas-Nya sendiri: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu…”, “Ada firman yang mengatakan ..., tetapi Aku berkata kepadamu…”. Tuhan Yesus mengajar dengan otoritas-Nya sendiri, dan firman yang disampaikan-Nya memiliki kuasa untuk mengubah hati dan kehidupan orang-orang lain.

Kedua, mereka semakin takjub pada saat menyaksikan bahwa roh jahatpun taat pada perkataan-Nya. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat tersebut ada seorang yang kerasukan roh jahat. Atas kendali roh jahat yang ada di dalamnya orang itu berteriak: “Apa urusanmu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah”. Tetapi Tuhan Yesus menghardiknya, kata-Nya: “Diam, keluarlah dari padanya!”  Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya (Mrk. 1:23-26). Tuhan Yesus memperlihatkan kuasa-Nya pada saat Ia mengatakan kepada roh jahat itu apa yang harus ia lakukan, dan roh jahat itupun taat kepada-Nya.

Orang banyak, yang mendengar pengajaran dan perkataan Tuhan Yesus yang penuh kuasa, mulai memperbincangkannya serta menyampaikannya kepada orang-orang lain. Oleh karena itu, kabar tentang Tuhan Yesus dengan cepat tersebar ke segala penjuru di seluruh Galilea (Mrk. 1:27-28).

Tuhan Yesus, yang dapat mengajar dan berkata-kata dengan kuasa, telah memberikan kuasa itu kepada kita, murid-murid-Nya. Ia berkata “kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Mat. 28:18). Lalu Ia memberikan perintah kepada murid-murid-Nya untuk:  (1). Menjadikan segala bangsa murid-Nya (Mat. 28:19a); (2). Membabtis mereka (Mat. 28:19b);        (3). Mengajar mereka melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka (Mat. 28:20a). Kita tidak dibiarkan-Nya bekerja sendiri, tetapi Ia menyertai mereka sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20b).

Pertanyaan terakhir, bagaimana kita dapat mengajar dan berkata-kata dengan kuasa yang menghidupkan? Ada tiga langkah untuk itu, yaitu: 

Pertama,belajar kepada-Nya. Belajar kepada-Nya. Tuhan Yesus tidak saja memanggil kita untuk menjadi orang yang percaya kepada-Nya, tetapi juga untuk menjadi murid-murid-Nya. Untuk bisa mengajar dan berkata-kata dengan kuasa seperti Tuhan Yesus, kita harus terlebih dulu menjadi murid-Nya.  Dengan kata lain, kita harus “berguru” kepada-Nya.

Kedua,beritakan Injil-Nya. Beritakan Injil-Nya. Injil Kristus memiliki kuasa untuk mengubah manusia. Semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Manusia senantiasa berkutat dalam kubangan dosa karena mengikuti jalan dunia, mentaati roh jahat yang sekarang bekerja di antara orang-orang durhaka, serta menuruti keinginan dan hawa nafsu kedagingannya (Ef. 2:2-3). Berita Injil membawa orang-orang untuk menyadari keadaannya yang berdosa dan anugerah keselamatan dari Allah di dalam Yesus Kristus, sehingga mereka dapat bertobat, percaya, diselamatan dan mengalami hidup yang baru. Berita Injil berkuasa memperbaharui manusia dari dalam ke luar.

Ketiga, mengajarkan firman-Nya. Mengajarkan firman Tuhan. Firman Tuhan memiliki kuasa untuk: menerangi (Mzm. 119:105) dan menumbuhkan (Mzm. 1:1-3). Firman Tuhan dapat memberi hikmat dan menuntun seseorang kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus (2Tim. 3:15), serta bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Tim. 3:16).Oleh karena itu, untuk dapat mengajar dan berkata-kata dengan kuasa jangan kita lupa untuk Belajar kepada-Nya; Beritakan Injil-Nya; dan Mengajarkan firman-Nya.  (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...