Sabtu, 18 Agustus 2018

BAHAN PEMBINAAN SINTUA GKPA “SINTUA GKPA YANG UNGGUL MELAYANI DALAM GEREJA”

BAHAN PEMBINAAN SINTUA GKPA 

“SINTUA GKPA YANG UNGGUL MELAYANI DALAM GEREJA”



PENDAHULUAN

Dalam rangka mencapai visi misi GKPA 2041, maka GKPA harus gigih melakukan kosolidasi ke semua kalangan termasuk kepada para Sintua GKPA. GKPA harus mampu meningkatkan kapasitasn dan kapabilitas para pelayan Gerejawi di GKPA semisal Sintua di GKPA. 

Kantor Pusat GKPA sebagai pusat pembinaan akan mencoba mendiskusikan bersama tentang “Sintua GKPA yang Unggul Melayani dalam Gereja”. Mari kita gali bersama keunggulan kita dalam rangka melayani gereja dan warga jemaat kita, dan juga masyarakat kita.

SINTUA GKPA PANGGILAN ATAU JABATAN?

Banyak sintua tidak menyadari jati dirinya sebagai Sintua di GKPA. Apakah ke-Sintua-annya adalah merupakan sebuah panggilan pelayanan atau jabatan pelayanan. Apakah maksud dari Sintua sebagai panggilan dan Sintua sebagai jabatan?

1.   Sintua Sebuah Panggilan. Seorang sintua wajib memiliki kepekaan batin ketika ia mau dan ikhlas menjadi bagian dalam pelaksanaan tugas panggilannya dalam kepemimpinan gereja melalui kemajelisan. Panggilan (vocare, Latin)dapat diterjemahkan lebih sebagai sebuah kerja (vocation)yang didorong oleh hasrat hati yang kuat karena keyakinan akan Tuhan yang memanggil; ketimbang kerja (vacation)oleh karena ada waktu luang: mengisi jeda libur dari satu rutinitas ke rutinitas lainnya.

Ketika seorang sintua dipanggil untuk berkarya di GKPA dalam kemajelisan, maka dia perlu memiliki kepekaan batin untuk mendapatkan gambar utuh satuan gugus tugas yang diembannya. Dia sadar betul bahwa kehadirannya di jemaat bukan sekedar tampil karena ada namanya. Tetapi melalui nama yang di dalamnya ada tanggung jawab, dia mengerjakan semua satuan tugas dengan hati yang tenang dan penuh ucapan syukur.

Dia mengakui bahwa kehadirannya merupakan hak istemewa (privilege) dari Tuhan yang tidak semua orang bisa dan boleh. Itu sebab, dia akan mengaktualkan privilege dari Tuhan dengan kejujuran dan kerendahan-hati; agar melalui karya yang didedikasikan kepada jemaat mendatangkan kebaikan bagi umat Tuhan secara utuh.

Sebuah panggilan kepada calon sintua kiblatnya lebih berkait kepada karakter ketimbang kompetensi sang calon. Dengan kata lain, seorang calon sintua perlu menguji diri dan teruji bahwa apa yang ditulis dalam 1Timotius 3:1-ff sudah ia miliki, seperti: tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya harus ada dan teruji dalam diri sang calon.

Berikutnya, ia mempunyai nama baik di luar jemaat. Selanjutnya juga ia merupakan orang terhormat, tidak bercabang lidah, bukan penggemar anggur, tidak serakah, melainkan orang yang memelihara iman dalam hati nurani yang suci, bukan pemfitnah, dapat dipercaya dalam segala hal. Itu semua diperlukan agar ia dapat mengurus Jemaat Allah dan dapat bersaksi dengan leluasa bahwa Yesus adalah Kristus dan Tuhan, Juruselamat dunia!

2.   Sintua Sebuah JabatanSeorang sintua membutuhkan perangkat untuk menjalankan “role-model” sebagai fasilitator jemaat. Jabatan dalam kemajelisan yang diembannya memerlukan kedudukan (occupation)yang mencerminkan tanggungjawab yang harus dijabarkan dalam satuan gugus tugas; agar tujuan bergereja yang sudah ditetapkan dalam program satu tahun gereja melalui rapat kerja dapat diwujudkan dan mencapai sasarannya.

Misalnya Sintua A, B, C, menjadi seksi Naposobulung. Itu artinya sang sintua tidak sekedar mendampingi setiap kegiatan baik dalam persekutuan dan kebaktian naposobulung; tetapi juga memberikan sumbang pikiran, tenaga dan dana untuk kemajuan dan pertumbuhan anak-anak naposobulung yang terhisap dalam seksi Naposobulung GKPA.

Dengan kata lain, ia bertanggungjawab untuk gugus tugas yang ia duduki. Dan ukuran keberhasilannya adalah anak-anak naposobulung yang ia dampingi bertumbuh, misalnya: dalam pengenalannya kepada Yesus yang mengasihi manusia. Sikap dan perilaku anak-anak naposobulung yang jujur, penuh disiplin dan bertanggungjawab hadir dalam keseharian.

Sintua dalam menjalankan tugas perlu pembekalan manajerial, seperti: pemahaman piranti organisasi yang terangkum dalam Tata Gereja dan Tata Laksana GKPA. Berikutnya, pembekalan-pembekalan yang tepat guna agar ia memiliki keterampilan dalam bidang-bidang yang berkait langsung dengan gugus tugas yang diembannya. Itu semua diperlukan agar ia boleh diakui sebagai penatua yang kompeten. 

Jadi, penatua yang handal dan mumpuni di jemaat perlu mengontraskan ide panggilan atau jabatan secara konseptual untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan obyektif ketika ia dipanggil menjadi sintua. Sekaligus perlu mensinkronkan ide  panggilan dan jabatan secara pratkrikal untuk mendapatkan ketrampilan gerejawi yang pekan dan tanggap dan bukan yang masa bodoh dan gagap. 


PANGGILAN DAN TUGAS SEORANG SINTUA

Panggilan dan tugas seorang sintua, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam kemajelisan dapat dikatakan  sebagai berikut:

Pertama,mengepalai jemaat. Seorang Sintua bersama rekan sepelayanannya di dalam wadah Majelis jemaat bertugas memimpin jemaat Tuhan (1Tes. 5:12; 1Tim. 5:17). Mereka juga harus mengatur rumah Allah (Tit. 1:7). Di sini Paulus memakai kata “Oikonomos”yang dapat berarti bendahara atau pemimpin usaha. Sebagai kepala jemaat. Pejabat gerejawi harus dapat mendorong warga gereja melaksanakan tri-tugas panggilannya sebagai, yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani baik secara pribadi maupun bersama-sama.

Kedua,melayani jemaat secara Pastoral. Dalam Kisah Rasul 20:28, Paulus menasehati para Penatua jemaat Efesus, “Karena itu jagalah dirimu…karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah…” Maksud dari menilik di sini bukanlah memeriksa dan mengawasi atau mencari-cari kesalahan. Pengertian yang sebenarnya ialah mempedulikan atau memperhatikan. Tugas ini harus dilaksanakan secara pastoral, seperti seorang gembala ternak memperlakukan kawanan domba. Jadi maksud Paulus tidak lain adalah agar setiap pelayan Tuhan memelihara dan menggembalakan jemaat. Sebagaimana layaknya gembala yang sejati mencari domba yang sesat, terluka dan sakit. Begitu pula, seorang sintua harus memperhatikan warga jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita.

Pemeliharaan pastoral memberi dampak lain di dalam tugas seorang Sintua yaitu harus menasihati berdasarkan ajaran yang sehat, ajaran yang sesuai dengan kesaksian Alkitab (Tit. 1: 9). Hal menasihati tidak saja dilakukan kepada mereka yang telah salah langkah; melainkan secara umum menyatakan kepemimpinan rohani kepada jemaat, khususnya bagaimana jemaat harus bertindak dalam hidup sehari-hari. Yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung kepada warga jemaat yang bersangkutan atau melalui sikap hidupnya sehari-hari. Jika perlu, seorang Penatua dapat menegur anggota jemaat yang melakukan kesalahan. Namun perlu diingat bahwa teguran itu harus bersifat korektif, memperbaiki sesuatu yang keliru.

Ketiga, menjaga kemurnian ajaran. Sebagai Rasul, Paulus berulang kali mengingatkan jemaat-jemaat akan bahaya ajaran sesat yang siap mengancam kehidupan beriman gereja dan warganya (Kis.20: 29; Tit. 1: 9,10). Apakah kriterianya jika suatu ajaran itu dikatakan benar dan murni? Suatu ajaran dapat dikatakan murni dan benar apabila selaras dengan pemberitaan Kristus dan Rasul-rasul seperti yang tercatat dalam Alkitab kita. Oleh sebab itu, seorang Sintua dituntut untuk memahami kebenaran firman Tuhan serta pegangan ajaran gereja GKPA yang berpadanan dengan firman Tuhan itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar ia sendiri tidak terombang-ambing oleh rupa-rupa angin pengajaran  dan menjadi batu sandungan baik bagi gerejnya, warga jemaat maupun sesama rekan sepelayanannya.

SINTUA GKPA YANG UNGGUL MELAYANI

Sekarang kita akan membahas tentang Sintua GKPA yang unggul melayani dalam Gereja. Paulus dengan tegas memberikan syarat-syarat bagi Sintua yang unggul melayani dalam Gereja (1Tim. 3: 2-7 dan Tit. 1: 6-9). Ciri utama dari seorang Sintua GKPA yang unggul melayani adalah TEDUH.Apakah maksud dari Sintua GKPA yang TEDUH?

Pertama, Taat. Seorang Sintua GKPA harus taat kepada Firman Tuhan sebagai sumber pengajaran dan iman di tengah-tengah pelayanannya di jemaat. Selain taat kepada Firman TUHAN, seorang Sintua harus taat kepada Konfesi GKPA sebagai sumber dogmatika ajaran gereja GKPA. Sintua GKPA juga harus taan dan tunduk kepada Tata Gereja dan Tata Laksana GKPA serta Ruhut-ruhut Parmahanion Pamincangon (RPP) GKPA sebagai panduan dalam melaksanakan tugas panggilannya di tengah-tengah jemaat.

Kedua, Energik.  Seorang Sintua GKPA harus energik dan bersemangat melayani TUHAN dan warga jemaat. Sintua tidak boleh malas mengajak jemaat untuk rajin datang beribadah ke Gereja, Kebaktian Keluarga (Partangiangan), dan kegiatan Gerejawi lainnya, seperti: Pesta-pesta yang dilaksanakan GKPA. Seorang Sintua GKPA harus memberikan waktu untuk setia dan rajin menghadiri Sermon Parhobas, Sermon Resort dan Sermon-sermon lainnya dalam rangka membekali dirinya menjadi serong Sintua yang unggul melayani.

Ketiga, Disegani. Seorang Sintua GKPA harus disegani oleh warga jemaat dan masyarakat. Disegani karena kehidupannya tidak bercacat. Artinya kelakuannya tidak memfitnah atau melontarkan kritik yang kurang baik kepada jemaatnya. Ia juga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. 
ü  Seorang Sintua GKPA disegani karena ia suami dari satu istri atau seorang istri dari satu suami. Seorang Sintua harus dapat menjadi contoh di dalam kesetiaan kepada pasangan hidupnya. 
ü  Seorang Sintua disegani karena dapat menahan diri dan mengalahkan hawa nafsu yang dapat merusak hubungan dengan orang lain dan Tuhannya; serta mampu mengendalikan diri. Bijaksana dalam mengambil kebijakan dan sopan santun dalam tutur katanya.
ü  Seorang Sintua disegani karena ia bukan seorang peminum (pemabuk), bukan pemarah melainkan peramah, pendamai dan bukan hamba uang. Ia haruslah seorang yang cinta damai dan suka akan kerukunan. 
ü  Seorang Sintua disegani karena suka memberi tumpangan. Pada jaman Perjanjian Baru kesediaan untuk memberi tumpangan merupakan salah satu kebajikan setiap orang kristen. Pada masa itu banyak pekabar injil yang berkelanan untuk menyebarkan berita injil dan mereka membutuhkan tumpangan. Jadi kerelaan memberi tumpangan berkaitan erat dengan pemberitaan injil. 
ü  Seorang Sintua disegani karena ia rendah hati. Rendah hati harus menjadi bagian dari kehidupan seorang pejabat gerejawi karena sebenarnya Tuhan tidak menyukai orang yang sombong dan tinggi hati (Mzm. 101: 5). Kita jangan lupa bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah pemberian Tuhan. Diberikan kepada kita untuk dipakai dengan segala  kerendahan hati bagi kepentingan orang banyak dan gereja-Nya. 

Keempat, Ulet. Seorang Sintua GKPA harus ulet dalam menjalankan tugasnya. Tidak tergesa-gesa dan tidak tergopoh-gopoh. Ia mempersiapkan segala pelayanan dengan baik. Misalnya, jika ia hendak memimpin kotbah atau liturgy dalam ibadah Minggu, maka dia harus istirahat yang banyak dan menjaga kesehatannya agar tidak mengantuk saat di Gereja. Seorang Sintua yang ulet berarti seorang yang setia. Setia artinya tetap dan teguh hati, taat/patuh atau berpegang teguh. Galatia 5: 22-23 menyebut kesetiaan sebagai salah satu buah-buah Roh. Kata setia merupakan terjemahan dari  kata “pistis”. Kata “pistis”  selain dapat diterjemahkan dengan arti kesetiaan dapat juga diterjemahkan dengan iman. Kedua kata ini saling berkaitan dan melengkapi. Tindakan iman dapat terjadi kalau dilandasi oleh kesetiaan dan kesetiaan dapat terwujud apabila dilandasi oleh iman. Beberapa contoh sikap kesetiaan yang musti nampak dalam diri setiap pejabat gerejawi ialah sebagai berikut:
Ø  Setia kepada Tuhan yang memanggilnya
Ø  Setia menjaga anggota jemaat agar tidak tersesat
Ø  Setia mengikuti kebaktian jemaat
Ø  Setia mengunjungi warga jemaat
Ø  Setia mengikuti Rapat Majelis jemaat
Ø  Setia mengikuti Sermon Parhobas
Ø  Setia menghibur orang sakit
Ø  Setia membaca dan merenungkan firman Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama keluarga
Ø  Setia berdoa
Ø  Setia terhadap GKPA

Kelima, Handal. Seorang Sintua GKPA harus handal dalam mengajarkan Firman TUHAN kepada seluruh warga jemaat GKPA. 
vSeorang sintua yang handal harus mampu berkotbah dengan baik. Kotbahnya benar-benar dihidupi dan mampu membakar semangat warga jemaat untuk memuji dan memuliakan TUHAN dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam Titus 1: 9 dikatakan bahwa Sintua berada dalam proses yang tidak pernah berhenti untuk mendalami ajaran-ajaran Kristus; yang pada akhirnya harus ia sampaikan kepada orang lain, baik melalui perkataan maupun melalui perbuatan lainnya. 
vSeorang Sintuayang handal harus cakap dalam memimpin  dan mengarahkan jemaat di jalan Tuhan, yaitu menanamkan dampak pengajaran Injil Kristus Yesus di dalam perbuatan hidup sehari-hari. Seorang Sintua terpanggil untuk memberi pimpinan rohani kepada jemaat. 
vSintua yang handal adalah sintua yang dapat menjaga rahasia jabatan. Seorang Sintua sering mendengar masalah anggota jemaat. Lebih-lebih pada saat berkunjung ke rumah anggota jemaat ia dapat mendengar hal-hal yang sifatnya rahasia, yang orang lain sama sekali tidak boleh mengetahuinya. Ada hal yang dipercayakan kepada kita. Sebab ada anggota jemaat tertentu yang ingin mendapat nasehat, penghiburan, hikmat dari kita. Sebagai pejabat gerejawi kita memegang teguh rahasia pribadi orang lain yang diceritkan kepada kita. Suatu kesalahan besar apabila seorang pejabat gerejawi menceritakan  hal seperti itu kepada orang lain, walaupun itu kepada istri atau suaminya sendiri. Sikap yang buruk ini dapat merusak  suasana keterbukaan yang ada antara seorang anggota jemaat dengan seorang Sintua. Jika seseorang  mendengar bahwa rahasianya tidak aman pada seorang Sintua, maka pasti orang itu tidak akan bercerita lagi secara terbuka mengenai masalah hidupnya. Bahkan dalam rapat Majelis jemaat pun seorang pejabat gerejawi harus dapat merahasiakan apa yang wajib dirahasiakan. Harus dipertimbangkan dengan baik apa yang perlu dilaporkan dan mana yang tidak perlu dilaporkan kepada sermon dan rapat.
vSeorang Sintua yang handal harus mampu kooperatif (dapat bekerja sama). Seorang Sintua harus menuyadari bahwa dalam kepemimpinan jemaat  ia tidak bekerja sendiri. Ia merupakan bagian dari satu tim yang bekerja dan berjalan bersama dalam mencapai tujuan yang sama. Ingat pepatah: “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.” (bnd. Mzm. 133; 1Kor, 12: 12-31). Tidak ada pekerjaan yang terasa berat apabila dikerjakan bersama-sama. Sikap kooperatif membuat suasana pelayanan menjadi nyaman dan penuh kegembiraan. Dalam sikap yang kooperatif ini tidak akan ada seorang pun yang berusaha menonjolkan diri atau membiarkan rekan sepelayanannya bekerja sendiri.
vSeorang Sintua yang handal adalah seorang yang terus belajar untuk mengembangkan diri dan jemaatnya. Banyak kelemahan Sintua di sini. Mereka tidak mau terus belajar dan menguasai hal-hal baru bagi peningkatan pelayanannya. Sebagai seorang Sintua kita tidak boleh berpuas diri dengan apa yang telah dapat kita kerjakan. Banyak belajar membuat kita bertumbuh dan berbuah semakin lebat bagi Kristus dan jemaatNya. Semakin banyak hal kita ketahui dan semakin terampil diri kita dalam berbagai hal akan sangat berarti bagi peningkatan pelayanan terhadap jemaat. Mendapat panggilan dan kepercayaan Tuhan untuk memimpin jemaat-Nya adalah suatu hal yang istimewa. Sebab tidak semua orang dipercaya Tuhan menjadi pelayan jemaatNya. Oleh sebab itu, marilah kita tunaikan tugas  panggilan kita selaku pejabat gerejawi dengan penuh kesetiaan, tanggung jawab, kerendahan hati, terus belajar mengembangkan diri dan kerja sama yang baik dengan sesama rekan sepelayanan. Sebab kita melayani Tuhan yang telah terlebih dahulu melayani kita. 

PENUTUP

Masih banyak lagi yang bisa kita sharingkan dalam kesempatan ini, namun karena keterbatasan waktu maka saya hanya bisa menyampaikan itu saja dulu. Saya berharap dalam diskusi nanti kita bisa gali lebih dalam lagi apa makna dari Sintua GKPA yang unggul melayani dalam Gereja. Sintua yang sudah unggul melayani dalam Gereja maka dia pasti akan menjadi Sintua yang unggul melayani dalam keluarga, Gereja GKPA dan masyarakat di mana kita tinggal. Ingat kita harus menjadi Sintua yang Unggul Melayani dalam Gereja, bukan Sintua yang “Unggil” atau “Unggal” Melayani. (rsnh)


Selamat Melayani

KOTBAH MINGGU XII SETELAH TRINITATIS Minggu, 19 Agustus 2018 “INDAHNYA KEBERAGAMAN”

Minggu, 19 Agustus 2018

“INDAHNYA KEBERAGAMAN”
Kotbah: Kejadian 17:15-27 Bacaan: Galatia 4:22-28



Minggu ini kita memasuki Minggu Keduabelas Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Indahnya Keberagaman”.Keberagaman itu menggambarkan perbedaan baik secara agama, ras, suku dan bangsa. Sejak masa Abraham, keberagaman itu sudah nyata. Abraham memiliki dua anak yang lahir dari sejarahnya masing-masing.

Karena tidak mempunyai anak, Abrahan mengangkat Eliezer budak yang lahir dari keluarga budak milik Abraham menjadi ahli warisnya. Tapi kemudian Abraham mendapat jaminan khusus dari Tuhan, bahwa ia sendiri akan mendapat seorang putra. Melalui anak ini akan timbul suatu bangsa di kemudian hari. Jaminan khusus ini dan pemilikan atas tanah ditetapkan dengan suatu perjanjian. Namun karena dirasa hal itu terlalu lama, dan meyakini Sarai tetap tidak dapat memberikan putera bagi  Abraham. Maka Sarai memberikan kepadanya Hagar sebagai selirnya. Kemudian  Abraham, yang berusia 86 tahun itu mendapat seorang putra yang dinamai Ismael

Namun Allah berkehendak lain, bahwa yang mewarisi garis keturunan yang sah yang dipilih dalam garis perjanjian (kovenan)dengan Allah, yaitu seorang anak laki-laki yang mendapat Hak Kesulungan adalah yang dilahirkan oleh Sarai, yakni: Isak (ay. 15-16). Pengesahan terhadap janji ini adalah diubahnya nama "Sarai" (Ibrani: שָׂרַי - SARAI, artinya: tuan putriku, my princess) diubah menjadi "Sarah" (Ibrani: שָׂרָה - SARAH, tuan putri/ princess). "Sarai" yang berarti tuan putriku, seolah-olah kehormatannya dibatasi hanya pada satu keluarga. "Sarah" berarti tuan putri, yaitu tuan putri atas rakyat banyak, atau nama itu menandakan bahwa dari dia akan datang Sang Mesias, yaitu Sang Penguasa atas segala Raja-raja.

Terhadap karunia itu,  Abraham menyambutnya dengan penuh sukacita dan rasa syukur terhadap janji ini, hal ini diungkapkan dalam ayat 17 dengan:

Pertama,kerendahan hati yang besar: Ia bersujud.Semakin banyak kehormatan dan kebaikan yang dikaruniakan Allah kepada kita, semakin rendahlah seharusnya kita memandang diri sendiri, dan semakin hormat serta berserah di hadapan Allah.

Kedua,Abraham menyambutnya dengan sukacita yang besar. Dan Abraham. Itu adalah tawa bahagia, bukan karena tidak percaya (menertawakan). Bahkan janji-janji dari Allah yang kudus, dan juga pelaksanaan-pelaksanaannya oleh Allah, adalah sukacita bagi jiwa yang kudus. Ada sukacita karena iman seperti juga ada sukacita karena mendapatkan hasil. Abraham bersukacita atas keturunan yang akan dilahirkan dari Istrinya yang menjadi permaisurinya yaitu, Sarah.

Ketiga, dengan pengucapan syukur yang besar.Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan baginya seorang anak? Ia di sini tidak berbicara tentang hal ini sebagai sesuatu yang sama sekali meragukan (sebab kita yakin bahwa Abraham tidak bimbang terhadap janji Allah (Rm. 4:20), tetapi sebagai sesuatu yang sangat menakjubkan, dan yang tidak bisa dikerjakan kecuali dengan kekuatan Allah yang Mahakuasa, sebagai sesuatu yang sangat baik, dan sebagai kebaikan yang semakin menyentuh dan menyenangkan lagi karena hal ini, bahwa itu merupakan peristiwa yang amat sangat mengejutkan.

Di dalam sukacitanya itu terdapat juga ada pergumulan yang besar bagi Abraham. Abraham bingung menentukan hak warisan bagi kedua anaknya itu antara Ismael dan Ishak. Di situasi yang beragama ini, Abraham hendak membangun keindahan bagi kedua anaknya yang berbeda itu. 

Apakah yang dilakukan Abraham dalam menghadapi keberagaman itu agar melahirkan keindahan bagi kedua anaknya itu?

Pertama,Abraham memohon berkat bagi Ismael (ay. 18).Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"
Lalu, Abraham berkata kepada Allah, "Biarlah Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!"

Ayat 18 ini adalah doa Abraham untuk Abraham yang menyiratkan: "Ah, sekiranya Ismael saja yang mewarisi aku". Hal ini dikatakannya, bukan karena ia ingin agar Ismael lebih dipilih daripada anak yang akan dimilikinya dari Sarah. Tetapi, kepedulian Abraham agar jangan Ismael ditelantarkan dan ditinggalkan Allah, maka ia mengajukan permohonan ini atas nama Ismael. Permohonan syafaat semacam juga dilakukannya kepada kemenakannya, yaitu Lot (Kej. 18:16-33; 19:1-29). Maka sesuatu yang sangat wajar ketika seorang ayah berdoa bagi masa depan anaknya. 

Inilah syafaat Abraham terlebih karena sekarang Allah berbicara dengannya, ia berpikir bahwa ia mempunyai kesempatan yang sangat baik untuk mengatakan sesuatu yang baik bagi Ismael anaknya sendiri. Kita ingat bagaimana Abraham bersyafaat bagi Lot, agar Lot dan keluarganya diluputkan dari murka Allah dari penghukuman Sodom dan Gomora (Kej. 18:16-33; 19:1-29). Kita tahu bahwa syafaat Abraham ini didengar Allah, meski istri Lottidak tertolong, tetapi Lot dan kedua anaknya selamat.

Kedua,akibat permohonan Abraham itu, Allah berjanji akan memberkati Ismael (ay. 20).Dan mengenai Ismael, Aku telah mendengarkan engkau. Lihatlah, Aku telah memberkatinya, dan Aku akan membuatnya beranak cucu dan membuatnya sangat banyak, ia akan melahirkan dua belas raja, dan Aku telah membuatnya menjadi bangsa yang besar.
Tetapi perjanjian Allah akan diadakan-Nya dengan Ishak bukan kepada Ismael (ay. 21). Allah menjadikan keindahan bagi Ismael dan Ishak tanpa ada yang merasa disakiti dan dirugikan. Allah bertindak adil bagi mereka berdua.

Inilah jawaban Allah terhadap doa Abraham. Dan itu adalah jawaban damai. Abraham tidak dapat berkata bahwa ia mencari wajah Allah dengan sia-sia. Doa syafaat-nya memberikan jawaban kasih karunia Allah yang juga besar kepada Ismael. Walaupun Ismael tidak ditentukan sebagai anak yang memegang hak kesulungan penerus garis kovenan dari Abraham. Namun Allah memberikan berkat-berkat yang lain seperti:

1.  Berkat-berkat umum dijamin bagi Ismael (ay. 20): Tentang Ismael, yang begitu amat engkau pedulikan, Aku telah mendengarkan permintaanmu. Ia akan mendapat perkenanan-Ku demi engkau. Allah memberikan jaminan berkat: Aku telah menyediakan banyak berkat baginya. Perhatikan bahwa jawaban Allah ini seluruh verba-nya ditulis dalam bentuk perfect (rampung, sudah dilaksanakan), yang memberikan kepastian kepada Abraham bahwa Allah konsisten dengan janji-Nya yang diucapkan:  (1) Keturunannya akan sangat banyak: Ia akan Kubuat beranak cucu dan sangat banyak, lebih daripada tetangga-tetangganya. Ini adalah buah dari berkat itu, seperti dalam Kejadian 1:28. (2) Mereka akan menjadi orang-orang besar: Ia akan memperanakkan dua belas raja. Di dalam kasih kita dapat berharap bahwa berkat-berkat rohani juga dikaruniakan kepada Ismael, meskipun jemaat yang kelihatan di bumi ini tidak dilahirkan dari keturunannya dan kovenan/ perjanjian/ garis kenabian tidak ditetapkan di dalam keluarga Ismael. Tapi, perhatikanlah, berlimpahnya kebaikan-kebaikan yang diberikan Allah kepada Ismael. Hal ini juga dapat dibandingkan dengan para orangtua, bahwa orangtua memberikan apa yang terbaik untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

2.  Berkat-berkat perjanjian memang diberikan hanya kepada Ishak, dan dipersiapkan khusus untuknya (ay. 19, 21) terlebih Allah merencanakan Sang Mesias lahir dari garis Ishak. Namun bukan berarti Ismael menjadi tidak diberkati, atau bahkan secara ekstrim dikutuk, tidak! Jika Abraham, dalam doanya untuk Ismael, bermaksud bahwa ia ingin agar kovenan dibuat dengan Ismael, dan keturunan yang dijanjikan akan datang darinya, maka Allah tidak mengabulkan itu, tetapi hal yang pantas bagi Ismael telah diberikan, bahwa Ismael akan menurunkan bangsa-bangsa yang besar, inilah berkat Allah kepada Ismael.

Dan kemudian pada ayat 21 Allah kembali menegaskan posisi bagi Ishak, yakni:

(1)   Allah mengulangi kepadanya janji akan seorang anak laki-laki dari Sarah: Bahwa Sarah-lah yang akan melahirkan anak laki-laki bagi Abraham. Perhatikanlah, bahkan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya perlu diberi janji-janji Allah yang diulang-ulang kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan yang kuat (Ibr. 6:18). Dan lagi, penunjukan Ishak sebagai anak-kovenan mengemban dampak dan peran yang berkelanjutan pada rencana Allah untuk keselamatan manusia dari dosa, yaitu lahirnya Sang Mesias. Jadi meski Ishak dan Ismael sama-sama diberkati. Tetapi Allah harus memilih salah satu dari mereka, dan pilihan Allah adalah Sarah yang melahirkan anak bagi Abraham. Bahwa keturunan Abraham dari Ishak selanjutnya Yakub dan seterusnya mengemban pernyataan janji Allah untuk keselamatan. Inilah garis kovenan yang ditentukan Allah. 
(2)   Allah menamai anak itu Ishak (Ibrani: יִצְחָק - YITSKAQ, artinya "tertawa"), karena Abraham bersukacita dalam hatinya ketika anak ini dijanjikan kepadanya. 
(3)   Allah meneruskan kovenan dengan anak itu (Ishak): "Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia". 

Perhatikanlah, apabila janji-janji Allah adalah sukacita kita, maka rahmat-rahmat-Nya akan menjadi sukacita kita yang tak terkira pada waktunya. Sang Mesias akan menjadi tawa kebahagiaan bagi orang-orang yang mencari Dia. Mereka yang sekarang bersukacita dalam pengharapan akan segera bersukacita dalam memperoleh apa yang mereka harapkan.

Dari nas hari ini kita dapat belajar bahwa Allah sendiri telah membuat perbedaan itu sangat indah. Ismael diberkati-Nya dan Ishak pun diberkati-Nya sehingga mereka berdua hidup bahagia. Meski ada banyak orang Kristen yang menafsirkan Ishak dan Ismael kemudian menjadi seteru. Penafsiran itu tidak benar, sebab kedua saudara itu sama-sama memakamkan ayah mereka (lih. Kej. 25:9). Dalam budaya Yahudi itu merupakan tanda keakraban saudara sedarah.

Keturunan Ismael dan Ishak tidak berseteru. Sebagai bukti, seorang keturunan Ismael menjadi panglima pasukan Daud (2Sam. 17:24-25). Seorang lagi menjadi kepala pengawas unta-unta keluarga Raja Daud(1Taw. 27:30). Yang mengawasi unta-unta ialah Obil, orang Ismael; yang mengawasi keledai-keledai betina ialah Yehdeya, orang Meronot.

Sejarah Yahudi menunjukkan bahwa keturunan Ismael pada umumnya diterima baik sebagai bagian anak bangsa, namun ada saja orang Kristen berprasangka negatif. Kitab Kejadian ini secara eksplisit menghargai Ismael dalam sejarah Yahudi, dengan mencatat bahwa Ismael disunat bersamaan dengan Abraham (lih. Kej. 17:26). Alkitab juga mencatat bahwa janji berkat Allah berlaku atas Ismael (lih. Kej. 21:3) lalu menyimpulkan pasal itu dengan ungkapan "Allah menyertai anak ini" (Kej. 21:20).

Orang kalangan kita (umat Kristen di Indonesia) umumnya menghindari menamakan anak laki-laki baru lahir dengan nama Ismael. Padahal nama Ismael (Ibrani, יִשְׁמָעֵאל - YISH'MA'EL) mempunyai arti yang bagus, artinya "God will hear" (Kej. 16:11). Nama itu bukan sekedar nama, sebab pada Kejadian 21:17 tercatat peristiwa bahwa Allah memang benar-benar mendengarnya. Karena itu, marilah hidup dengan damai walau kita beragam budaya, agama, suku dan ras karena itu adalah anugerah TUHAN bagi kita semua. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...