BAHAN PEMBINAAN SINTUA GKPA
“SINTUA GKPA YANG UNGGUL MELAYANI DALAM GEREJA”
PENDAHULUAN
Dalam rangka mencapai visi misi GKPA 2041, maka GKPA harus gigih melakukan kosolidasi ke semua kalangan termasuk kepada para Sintua GKPA. GKPA harus mampu meningkatkan kapasitasn dan kapabilitas para pelayan Gerejawi di GKPA semisal Sintua di GKPA.
Kantor Pusat GKPA sebagai pusat pembinaan akan mencoba mendiskusikan bersama tentang “Sintua GKPA yang Unggul Melayani dalam Gereja”. Mari kita gali bersama keunggulan kita dalam rangka melayani gereja dan warga jemaat kita, dan juga masyarakat kita.
SINTUA GKPA PANGGILAN ATAU JABATAN?
Banyak sintua tidak menyadari jati dirinya sebagai Sintua di GKPA. Apakah ke-Sintua-annya adalah merupakan sebuah panggilan pelayanan atau jabatan pelayanan. Apakah maksud dari Sintua sebagai panggilan dan Sintua sebagai jabatan?
1. Sintua Sebuah Panggilan. Seorang sintua wajib memiliki kepekaan batin ketika ia mau dan ikhlas menjadi bagian dalam pelaksanaan tugas panggilannya dalam kepemimpinan gereja melalui kemajelisan. Panggilan (vocare, Latin)dapat diterjemahkan lebih sebagai sebuah kerja (vocation)yang didorong oleh hasrat hati yang kuat karena keyakinan akan Tuhan yang memanggil; ketimbang kerja (vacation)oleh karena ada waktu luang: mengisi jeda libur dari satu rutinitas ke rutinitas lainnya.
Ketika seorang sintua dipanggil untuk berkarya di GKPA dalam kemajelisan, maka dia perlu memiliki kepekaan batin untuk mendapatkan gambar utuh satuan gugus tugas yang diembannya. Dia sadar betul bahwa kehadirannya di jemaat bukan sekedar tampil karena ada namanya. Tetapi melalui nama yang di dalamnya ada tanggung jawab, dia mengerjakan semua satuan tugas dengan hati yang tenang dan penuh ucapan syukur.
Dia mengakui bahwa kehadirannya merupakan hak istemewa (privilege) dari Tuhan yang tidak semua orang bisa dan boleh. Itu sebab, dia akan mengaktualkan privilege dari Tuhan dengan kejujuran dan kerendahan-hati; agar melalui karya yang didedikasikan kepada jemaat mendatangkan kebaikan bagi umat Tuhan secara utuh.
Sebuah panggilan kepada calon sintua kiblatnya lebih berkait kepada karakter ketimbang kompetensi sang calon. Dengan kata lain, seorang calon sintua perlu menguji diri dan teruji bahwa apa yang ditulis dalam 1Timotius 3:1-ff sudah ia miliki, seperti: tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya harus ada dan teruji dalam diri sang calon.
Berikutnya, ia mempunyai nama baik di luar jemaat. Selanjutnya juga ia merupakan orang terhormat, tidak bercabang lidah, bukan penggemar anggur, tidak serakah, melainkan orang yang memelihara iman dalam hati nurani yang suci, bukan pemfitnah, dapat dipercaya dalam segala hal. Itu semua diperlukan agar ia dapat mengurus Jemaat Allah dan dapat bersaksi dengan leluasa bahwa Yesus adalah Kristus dan Tuhan, Juruselamat dunia!
2. Sintua Sebuah Jabatan. Seorang sintua membutuhkan perangkat untuk menjalankan “role-model” sebagai fasilitator jemaat. Jabatan dalam kemajelisan yang diembannya memerlukan kedudukan (occupation)yang mencerminkan tanggungjawab yang harus dijabarkan dalam satuan gugus tugas; agar tujuan bergereja yang sudah ditetapkan dalam program satu tahun gereja melalui rapat kerja dapat diwujudkan dan mencapai sasarannya.
Misalnya Sintua A, B, C, menjadi seksi Naposobulung. Itu artinya sang sintua tidak sekedar mendampingi setiap kegiatan baik dalam persekutuan dan kebaktian naposobulung; tetapi juga memberikan sumbang pikiran, tenaga dan dana untuk kemajuan dan pertumbuhan anak-anak naposobulung yang terhisap dalam seksi Naposobulung GKPA.
Dengan kata lain, ia bertanggungjawab untuk gugus tugas yang ia duduki. Dan ukuran keberhasilannya adalah anak-anak naposobulung yang ia dampingi bertumbuh, misalnya: dalam pengenalannya kepada Yesus yang mengasihi manusia. Sikap dan perilaku anak-anak naposobulung yang jujur, penuh disiplin dan bertanggungjawab hadir dalam keseharian.
Sintua dalam menjalankan tugas perlu pembekalan manajerial, seperti: pemahaman piranti organisasi yang terangkum dalam Tata Gereja dan Tata Laksana GKPA. Berikutnya, pembekalan-pembekalan yang tepat guna agar ia memiliki keterampilan dalam bidang-bidang yang berkait langsung dengan gugus tugas yang diembannya. Itu semua diperlukan agar ia boleh diakui sebagai penatua yang kompeten.
Jadi, penatua yang handal dan mumpuni di jemaat perlu mengontraskan ide panggilan atau jabatan secara konseptual untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan obyektif ketika ia dipanggil menjadi sintua. Sekaligus perlu mensinkronkan ide panggilan dan jabatan secara pratkrikal untuk mendapatkan ketrampilan gerejawi yang pekan dan tanggap dan bukan yang masa bodoh dan gagap.
PANGGILAN DAN TUGAS SEORANG SINTUA
Panggilan dan tugas seorang sintua, baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam kemajelisan dapat dikatakan sebagai berikut:
Pertama,mengepalai jemaat. Seorang Sintua bersama rekan sepelayanannya di dalam wadah Majelis jemaat bertugas memimpin jemaat Tuhan (1Tes. 5:12; 1Tim. 5:17). Mereka juga harus mengatur rumah Allah (Tit. 1:7). Di sini Paulus memakai kata “Oikonomos”yang dapat berarti bendahara atau pemimpin usaha. Sebagai kepala jemaat. Pejabat gerejawi harus dapat mendorong warga gereja melaksanakan tri-tugas panggilannya sebagai, yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani baik secara pribadi maupun bersama-sama.
Kedua,melayani jemaat secara Pastoral. Dalam Kisah Rasul 20:28, Paulus menasehati para Penatua jemaat Efesus, “Karena itu jagalah dirimu…karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah…” Maksud dari menilik di sini bukanlah memeriksa dan mengawasi atau mencari-cari kesalahan. Pengertian yang sebenarnya ialah mempedulikan atau memperhatikan. Tugas ini harus dilaksanakan secara pastoral, seperti seorang gembala ternak memperlakukan kawanan domba. Jadi maksud Paulus tidak lain adalah agar setiap pelayan Tuhan memelihara dan menggembalakan jemaat. Sebagaimana layaknya gembala yang sejati mencari domba yang sesat, terluka dan sakit. Begitu pula, seorang sintua harus memperhatikan warga jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita.
Pemeliharaan pastoral memberi dampak lain di dalam tugas seorang Sintua yaitu harus menasihati berdasarkan ajaran yang sehat, ajaran yang sesuai dengan kesaksian Alkitab (Tit. 1: 9). Hal menasihati tidak saja dilakukan kepada mereka yang telah salah langkah; melainkan secara umum menyatakan kepemimpinan rohani kepada jemaat, khususnya bagaimana jemaat harus bertindak dalam hidup sehari-hari. Yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung kepada warga jemaat yang bersangkutan atau melalui sikap hidupnya sehari-hari. Jika perlu, seorang Penatua dapat menegur anggota jemaat yang melakukan kesalahan. Namun perlu diingat bahwa teguran itu harus bersifat korektif, memperbaiki sesuatu yang keliru.
Ketiga, menjaga kemurnian ajaran. Sebagai Rasul, Paulus berulang kali mengingatkan jemaat-jemaat akan bahaya ajaran sesat yang siap mengancam kehidupan beriman gereja dan warganya (Kis.20: 29; Tit. 1: 9,10). Apakah kriterianya jika suatu ajaran itu dikatakan benar dan murni? Suatu ajaran dapat dikatakan murni dan benar apabila selaras dengan pemberitaan Kristus dan Rasul-rasul seperti yang tercatat dalam Alkitab kita. Oleh sebab itu, seorang Sintua dituntut untuk memahami kebenaran firman Tuhan serta pegangan ajaran gereja GKPA yang berpadanan dengan firman Tuhan itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar ia sendiri tidak terombang-ambing oleh rupa-rupa angin pengajaran dan menjadi batu sandungan baik bagi gerejnya, warga jemaat maupun sesama rekan sepelayanannya.
SINTUA GKPA YANG UNGGUL MELAYANI
Sekarang kita akan membahas tentang Sintua GKPA yang unggul melayani dalam Gereja. Paulus dengan tegas memberikan syarat-syarat bagi Sintua yang unggul melayani dalam Gereja (1Tim. 3: 2-7 dan Tit. 1: 6-9). Ciri utama dari seorang Sintua GKPA yang unggul melayani adalah TEDUH.Apakah maksud dari Sintua GKPA yang TEDUH?
Pertama, Taat. Seorang Sintua GKPA harus taat kepada Firman Tuhan sebagai sumber pengajaran dan iman di tengah-tengah pelayanannya di jemaat. Selain taat kepada Firman TUHAN, seorang Sintua harus taat kepada Konfesi GKPA sebagai sumber dogmatika ajaran gereja GKPA. Sintua GKPA juga harus taan dan tunduk kepada Tata Gereja dan Tata Laksana GKPA serta Ruhut-ruhut Parmahanion Pamincangon (RPP) GKPA sebagai panduan dalam melaksanakan tugas panggilannya di tengah-tengah jemaat.
Kedua, Energik. Seorang Sintua GKPA harus energik dan bersemangat melayani TUHAN dan warga jemaat. Sintua tidak boleh malas mengajak jemaat untuk rajin datang beribadah ke Gereja, Kebaktian Keluarga (Partangiangan), dan kegiatan Gerejawi lainnya, seperti: Pesta-pesta yang dilaksanakan GKPA. Seorang Sintua GKPA harus memberikan waktu untuk setia dan rajin menghadiri Sermon Parhobas, Sermon Resort dan Sermon-sermon lainnya dalam rangka membekali dirinya menjadi serong Sintua yang unggul melayani.
Ketiga, Disegani. Seorang Sintua GKPA harus disegani oleh warga jemaat dan masyarakat. Disegani karena kehidupannya tidak bercacat. Artinya kelakuannya tidak memfitnah atau melontarkan kritik yang kurang baik kepada jemaatnya. Ia juga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
ü Seorang Sintua GKPA disegani karena ia suami dari satu istri atau seorang istri dari satu suami. Seorang Sintua harus dapat menjadi contoh di dalam kesetiaan kepada pasangan hidupnya.
ü Seorang Sintua disegani karena dapat menahan diri dan mengalahkan hawa nafsu yang dapat merusak hubungan dengan orang lain dan Tuhannya; serta mampu mengendalikan diri. Bijaksana dalam mengambil kebijakan dan sopan santun dalam tutur katanya.
ü Seorang Sintua disegani karena ia bukan seorang peminum (pemabuk), bukan pemarah melainkan peramah, pendamai dan bukan hamba uang. Ia haruslah seorang yang cinta damai dan suka akan kerukunan.
ü Seorang Sintua disegani karena suka memberi tumpangan. Pada jaman Perjanjian Baru kesediaan untuk memberi tumpangan merupakan salah satu kebajikan setiap orang kristen. Pada masa itu banyak pekabar injil yang berkelanan untuk menyebarkan berita injil dan mereka membutuhkan tumpangan. Jadi kerelaan memberi tumpangan berkaitan erat dengan pemberitaan injil.
ü Seorang Sintua disegani karena ia rendah hati. Rendah hati harus menjadi bagian dari kehidupan seorang pejabat gerejawi karena sebenarnya Tuhan tidak menyukai orang yang sombong dan tinggi hati (Mzm. 101: 5). Kita jangan lupa bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah pemberian Tuhan. Diberikan kepada kita untuk dipakai dengan segala kerendahan hati bagi kepentingan orang banyak dan gereja-Nya.
Keempat, Ulet. Seorang Sintua GKPA harus ulet dalam menjalankan tugasnya. Tidak tergesa-gesa dan tidak tergopoh-gopoh. Ia mempersiapkan segala pelayanan dengan baik. Misalnya, jika ia hendak memimpin kotbah atau liturgy dalam ibadah Minggu, maka dia harus istirahat yang banyak dan menjaga kesehatannya agar tidak mengantuk saat di Gereja. Seorang Sintua yang ulet berarti seorang yang setia. Setia artinya tetap dan teguh hati, taat/patuh atau berpegang teguh. Galatia 5: 22-23 menyebut kesetiaan sebagai salah satu buah-buah Roh. Kata setia merupakan terjemahan dari kata “pistis”. Kata “pistis” selain dapat diterjemahkan dengan arti kesetiaan dapat juga diterjemahkan dengan iman. Kedua kata ini saling berkaitan dan melengkapi. Tindakan iman dapat terjadi kalau dilandasi oleh kesetiaan dan kesetiaan dapat terwujud apabila dilandasi oleh iman. Beberapa contoh sikap kesetiaan yang musti nampak dalam diri setiap pejabat gerejawi ialah sebagai berikut:
Ø Setia kepada Tuhan yang memanggilnya
Ø Setia menjaga anggota jemaat agar tidak tersesat
Ø Setia mengikuti kebaktian jemaat
Ø Setia mengunjungi warga jemaat
Ø Setia mengikuti Rapat Majelis jemaat
Ø Setia mengikuti Sermon Parhobas
Ø Setia menghibur orang sakit
Ø Setia membaca dan merenungkan firman Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama keluarga
Ø Setia berdoa
Ø Setia terhadap GKPA
Kelima, Handal. Seorang Sintua GKPA harus handal dalam mengajarkan Firman TUHAN kepada seluruh warga jemaat GKPA.
vSeorang sintua yang handal harus mampu berkotbah dengan baik. Kotbahnya benar-benar dihidupi dan mampu membakar semangat warga jemaat untuk memuji dan memuliakan TUHAN dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam Titus 1: 9 dikatakan bahwa Sintua berada dalam proses yang tidak pernah berhenti untuk mendalami ajaran-ajaran Kristus; yang pada akhirnya harus ia sampaikan kepada orang lain, baik melalui perkataan maupun melalui perbuatan lainnya.
vSeorang Sintuayang handal harus cakap dalam memimpin dan mengarahkan jemaat di jalan Tuhan, yaitu menanamkan dampak pengajaran Injil Kristus Yesus di dalam perbuatan hidup sehari-hari. Seorang Sintua terpanggil untuk memberi pimpinan rohani kepada jemaat.
vSintua yang handal adalah sintua yang dapat menjaga rahasia jabatan. Seorang Sintua sering mendengar masalah anggota jemaat. Lebih-lebih pada saat berkunjung ke rumah anggota jemaat ia dapat mendengar hal-hal yang sifatnya rahasia, yang orang lain sama sekali tidak boleh mengetahuinya. Ada hal yang dipercayakan kepada kita. Sebab ada anggota jemaat tertentu yang ingin mendapat nasehat, penghiburan, hikmat dari kita. Sebagai pejabat gerejawi kita memegang teguh rahasia pribadi orang lain yang diceritkan kepada kita. Suatu kesalahan besar apabila seorang pejabat gerejawi menceritakan hal seperti itu kepada orang lain, walaupun itu kepada istri atau suaminya sendiri. Sikap yang buruk ini dapat merusak suasana keterbukaan yang ada antara seorang anggota jemaat dengan seorang Sintua. Jika seseorang mendengar bahwa rahasianya tidak aman pada seorang Sintua, maka pasti orang itu tidak akan bercerita lagi secara terbuka mengenai masalah hidupnya. Bahkan dalam rapat Majelis jemaat pun seorang pejabat gerejawi harus dapat merahasiakan apa yang wajib dirahasiakan. Harus dipertimbangkan dengan baik apa yang perlu dilaporkan dan mana yang tidak perlu dilaporkan kepada sermon dan rapat.
vSeorang Sintua yang handal harus mampu kooperatif (dapat bekerja sama). Seorang Sintua harus menuyadari bahwa dalam kepemimpinan jemaat ia tidak bekerja sendiri. Ia merupakan bagian dari satu tim yang bekerja dan berjalan bersama dalam mencapai tujuan yang sama. Ingat pepatah: “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.” (bnd. Mzm. 133; 1Kor, 12: 12-31). Tidak ada pekerjaan yang terasa berat apabila dikerjakan bersama-sama. Sikap kooperatif membuat suasana pelayanan menjadi nyaman dan penuh kegembiraan. Dalam sikap yang kooperatif ini tidak akan ada seorang pun yang berusaha menonjolkan diri atau membiarkan rekan sepelayanannya bekerja sendiri.
vSeorang Sintua yang handal adalah seorang yang terus belajar untuk mengembangkan diri dan jemaatnya. Banyak kelemahan Sintua di sini. Mereka tidak mau terus belajar dan menguasai hal-hal baru bagi peningkatan pelayanannya. Sebagai seorang Sintua kita tidak boleh berpuas diri dengan apa yang telah dapat kita kerjakan. Banyak belajar membuat kita bertumbuh dan berbuah semakin lebat bagi Kristus dan jemaatNya. Semakin banyak hal kita ketahui dan semakin terampil diri kita dalam berbagai hal akan sangat berarti bagi peningkatan pelayanan terhadap jemaat. Mendapat panggilan dan kepercayaan Tuhan untuk memimpin jemaat-Nya adalah suatu hal yang istimewa. Sebab tidak semua orang dipercaya Tuhan menjadi pelayan jemaatNya. Oleh sebab itu, marilah kita tunaikan tugas panggilan kita selaku pejabat gerejawi dengan penuh kesetiaan, tanggung jawab, kerendahan hati, terus belajar mengembangkan diri dan kerja sama yang baik dengan sesama rekan sepelayanan. Sebab kita melayani Tuhan yang telah terlebih dahulu melayani kita.
PENUTUP
Masih banyak lagi yang bisa kita sharingkan dalam kesempatan ini, namun karena keterbatasan waktu maka saya hanya bisa menyampaikan itu saja dulu. Saya berharap dalam diskusi nanti kita bisa gali lebih dalam lagi apa makna dari Sintua GKPA yang unggul melayani dalam Gereja. Sintua yang sudah unggul melayani dalam Gereja maka dia pasti akan menjadi Sintua yang unggul melayani dalam keluarga, Gereja GKPA dan masyarakat di mana kita tinggal. Ingat kita harus menjadi Sintua yang Unggul Melayani dalam Gereja, bukan Sintua yang “Unggil” atau “Unggal” Melayani. (rsnh)
Selamat Melayani