Renungan hari ini:
“KITA MEMERLUKAN KETEKUNAN”
Ibrani 10:36 (TB) "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu"
Hebrews 10:36 (KJV) "For ye have need of patience, that, after ye have done the will of God, ye might receive the promise"
Kata “tekun” dapat diartikan sebagai ketetapan hati yang kuat (teguh) untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan tugas apa pun. Tekun juga berarti fokus, konsisten dan tidak mudah putus asa terhadap apa yang sedang dikerjakannya. Pepatah orang Batak mengatakan, “talu do gogo dibahen nunut” (kekuatan dikalahkan oleh ketekunan). Maksudnya, orang yang tekun melakukan tugas dan pekerjaannya pastilah akan berhasil dengan baik. Kita bukan mengandalkan kekuatan saja dalam meraih kesuksesan. Sejalan dengan itu pepatah Jawa mengatakan: “Sing sapa telaten bakal panen.” Artinya siapa mau bertekun pastilah nantinya akan menuai hasilnya. Maksudnya, ketekunan menjadi kunci untuk meraih kesuksesan.
Alkitab mencatat: "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperolah apa yang dijanjikan itu" (Ibr. 10:36). Orang yang tekun akan menghasilkan buah dan menikmati upah. Ketekunan adalah unsur terpenting dalam setiap keberhasilan. Terlebih di era sekarang ini, semua orang menginginkan segala sesuatu yang serba instan. Ingin cepat kaya, tapi tidak mau bekerja keras; ingin berhasil, tapi tidak mau berusaha.
Pertanyaannya adalah bagaimana ketekunan dapat terbentuk? Pertama, melalui kesengsaraan (Rm. 5:3).Itulah sebabnya Tuhan kadang kala mengizinkan kita mengalami kesengsaraan dengan tujuan agar Ia dapat membentuk ketekunan di dalam diri kita. Kedua, melalui ujian iman (Yak. 1:3). Oleh karena itu, Tuhan seringkali mengizinkan berbagai pencobaan menimpa hidup kita dengan maksud agar ketekunan dapat muncul di dalam diri kita. Ketiga, melalui latihan (bnd. kehidupan Ayub). Ketekunan dapat dilatih, karena hal itu adalah ketetapan hati. Sekalipun istri Ayub mendesak Ayub agar tidak bertekun lagi dalam kesalehannya, namun ia memutuskan dan menetapkan bahwa ia akan tetap tekun dalam kesalehannya (Ayb. 2:9-10).
Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang perlu kita lakukan agar kita memiliki ketekunan itu?
Pertama, kita harus memiliki keberanian yang tak tergoyahkan. “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil…” (Kol. 1:23a).Ketekunan adalah ketika kita tetap bertahan, teguh, dan pantang menyerah dalam mencapai tujuan, terus mencoba dan tidak goyah oleh keadaan, sampai menemukan jalan keluar atau mengatasi tantangan. Mungkin kita tak selamanya sukses atau selalu berhasil, ada masanya kita gagal, baik secara fisik maupun spiritual. Namun, jangan menyerah, tetaplah berjuang meski untuk jangka waktu yang lama. Dalam bertekun, kita memerlukan Iman, keberanian, serta daya tahan. Ketika kita merasa tidak sanggup melewatinya sendirian, jangan segan meminta dukungan doa atau bantuan dari saudara-saudari seiman atau orang yang dapat kita percaya.
Kedua, kita harus kuat menghadapinya. “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Rm. 5:3-4). Daya tahankita akan terlatih ketika kita mengalami masalah, tantangan, cobaan, kesulitan hidup, dan penderitaan. Saat ini terjadi, ada dua pilihan: Kita tetap tekun, atau menyerah. Kalau kita menyerah, maka kita akan frustrasi, kecewa, terpuruk, bahkan kehilangan harapan dan Iman. Dengan kata lain, kita menjadi bulan-bulanan keadaan karena memilih menyerah. Maka dari itu, pilihlah untuk tetap tekun. Namun, jangan hanya karena mengharapkan buah atau hasilnya secara instan, yang terpenting di sini adalah kemauan kita untuk menjalani semuanya dengan rela dan gigih. Karena dengan demikian maka kita telah berada di jalur yang benar.
Ketiga, kita harus mampu meraih keberhasilan. “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun” (Yak. 1:4). Tak seorang pun bisa sukses tanpa usaha dan kerja keras. Mereka yang sukses sesungguhnya berutang kepada ketekunan mereka sendiri. Mungkin kita sudah sering mendengar hal ini. Orang yang tekun akan bertahan dalam situasi apa pun, meski ia jatuh-bangun. Seperti menanam bibit pohon, kita tidak mengharapkannya tumbuh besar dalam semalam, bukan? Kita merawatnya dengan saksama, memberinya pupuk, pengairan yang cukup, hingga bibit itu bertunas, tumbuh menjadi pohon, dan menghasilkan buah yang bisa kita nikmati.
Dalam pertandingan, para juara tidak menjadi juara karena mereka memenangkan perlombaan, tetapi karena sekian banyak jam, minggu, bulan, dan tahun yang mereka habiskan untuk berlatih. Maka bertahanlah sampai akhir, karena ketekunan akan menuai keberhasilan!
Keemapat, kita harus mampu memeroleh keselamatan. “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Mat. 24:13). Kita juga membutuhkan ketekunan dalam menjalani kehidupan spiritual. Tuhan ingin kita bertahan. Iblis tidak akan tinggal diam dan akan melakukan apa saja agar kita menyerah dan kehilangan keselamatan di dalam Tuhan. Apa yang membuat kita ingin menyerah? Kesulitan dalam pekerjaan / bisnis? Pasangan hidup? Keuangan yang buruk? Cita-cita yang tampak mustahil? Pernikahan yang di ambang kehancuran? Depresi berkepanjangan? Masalah keluarga? Atau, pergumulan melawan dosa?
Teruslah bertekun menjaga fokus kita kepada Tuhan, meskipun ada banyak pengorbanan yang harus kita berikan. Teruslah mendekatkan diri kepada-Nya, semakin mengenal Tuhan, mengetahui kehendak-Nya, bersyukur akan semua anugerah-Nya dan ingatlah pada kebahagiaan yang akan kamu dapatkan di dalam kasih-Nya. Renungkanlah Firman-Nya, kita bisa mendengarkan kotbah dan membaca Kitab Suci setiap hari. Karena itu, mari kita terus tekun melatih diri kita untuk tetap tekun dalam seluruh tanggung jawab kita dan nikmati setiap proses yang Tuhan izinkan dalam hidup kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN