Minggu, 21 Juni 2020
"PANGGILAN MEMELIHARA ALAM"
Kotbah: Imamat 25:1-13 Bacaan: Wahyu 7:1-3
Minggu ini kita akan memasuki Minggu kedua setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “PANGGILAN MEMELIHARA ALAM”. Alam adalah tempat kita tinggal, berkarya, bersekutu dan bersaksi bagi sesama manusia dan seluruh ciptaan. Alam yang baik akan memberikan kebaikan bagi kita. Namun alam yang buruk akan memberikan keburukan dan marabahaya bagi kita. Jika kita memelihara alam dengan baik maka kehidupan kita akan berjalan dengan baik dan nyaman. Sebaliknya, jika kita tidak memelihara alam dengan baik, maka alam akan murka kepada kita dengan berbagai masalah, semisal bencana alam, banjir, longsong, kebakaran, kekeringan, dan lain sebagainya.
Dalam teks kotbah Minggu ini kita akan belajar memelihara alam. Alam yang kita diami dan usahakan ini perlu diberikan waktu istirahat kepadanya. Masa istirahat itu disebut dengan ”Sabat”. Istilah sabat diambil dari istilah Ibrani שַׁבָּת (shabbath) yang berarti “berhenti” atau juga bermakna “beristirahat”. Dengan demikian tahun sabat adalah tahun beristirahat atau tahun berhenti yang dihitung pada tahun ketujuh ketika mereka mengerjakan tanah yang dijanjikan itu (ay .3). Memasuki tahun ketujuh, setelah enam tahun menggarap tanah tersebut, maka tahun ketujuh adalah tahun istirahat. Selanjutnya, pada tahun ke 49 yakni tujuh kali tahun sabat, Israel memasuk tahun Yobel.
Perikope kotbah ini memberikan kepada kita catatan penting tentang pandangan orang Israel tentang tanah:
Pertama, bagi bangsa Israel Tuhan adalah pemilik tanah. Setelah bangsa Israel masuk di tanah Kanaan Tuhan mulai membagi tanah itu bagi 11 suku, tetapi suku Lewi tidak diberikan jatah tanah dan oleh karena itu 11 suku yang mendapat jatah tanah harus bertanggung jawab memberikan kehidupan bagi suku Lewi.
Kedua, di Israel tidak ada pemilik tanah secara permanen. Semua orang boleh memiliki tanah, tetapi setiap pemilik tanah adalah pengelola tanah.
Ketiga, bagi orang Israel tanah dipakai untuk kesejahteraan hidup dan bukan untuk menumpuk kekayaan. Orang Israel itu hanya boleh menjual tanah kalau ternyata ia jatuh miskin, bukan menjual tanah untuk bersenang-senang. Bagi pembeli tanah ia hanya boleh membeli tanah, dia hanya boleh membeli tanah tetapi tidak diperbolehkan untuk memperluas area dia bekerja.
Keempat, pada tahun Yobel, pembeli tanah mengembalikan tanah tanpa syarat dan pemilik tanah menerima juga tanpa syarat.
Kita juga mencatat beberapa hal penting tentang tahun Sabat dan tahun Yobel. Tahun sabat itu adalah tahun perhentian karena setiap tujuh tahun adalah tahun perhentian dan puncaknya adalah tahun yang ke 50 yang mereka sebut sebagai tahun Yobel.
Pertama, tanah pada tahun Yobel dibiarkan untuk tidak ditanami apa-apa selama 1 tahun karena tanah itu diberi hak penuh untuk subur kembali. Di tahun Sabat itu mereka tidak boleh bekerja apa-apa. Di tahun ke 7, Setiap tanaman yang tumbuh sendiri diladang itu diperuntukan bagi orang-orang miskin dan sisanya untuk hewan.
Kedua, pada tahun Yobel seluruh hak dikembalikan, budak-budak yang tidak bisa membayar hutang. Pada tahun Yobel itu para budak bebas dan menjadi orang merdeka, tanah-tanah yang dibeli 50 tahun lalu dikembalikan dengan cuma-cuma tanpa syarat, maka dengan ini mereka semua mengenal tahun ini sebagai tahun pengucapan syukur.
Ketiga, pada tahun Yobel bangsa Israel juga harus pulang ke daerah pusaka mereka masing-masing, ke tanah mereka masing-masing menurut kaumnya (ay. 10 & 13). Dalam ayat-ayat selanjutnya, Tuhan juga memberikan ketetapan bahwa ketika bangsa Israel menjual tanah, mereka harus memperhitungkan tahun yobel, karena pada tahun yobel, setiap orang harus kembali ke tanah mereka, tanpa kecuali. Sehingga tanah yang dijual pada tahun ke-48 misalnya, akan jauh lebih murah dibandingkan dengan tanah yang dijual pada tahun ke-2. Inti dari hukum terkait tahun yobel ini adalah bahwa tanah yang bangsa Israel itu sebenarnya adalah milik Tuhan, dan bukan milik bangsa Israel, sehingga urusan mengenai tanah termasuk jual beli tanah dan sewa menyewa tanah, itu harus diatur dengan jelas oleh Tuhan.
Renungan
Apa yang harus kita renungkan dan lakukan pada Minggu ini dalam rangka memelihara alam ciptaan TUHAN ini?
Pertama, tahun Yobel adalah kesempatan yang sengaja dibuat oleh Tuhan agar semua pihak beristirahat selama setahun. Manusia berhenti bekerja, ternak berhenti mengarap, dan tanah berhenti berproduksi serta semuanya hanya fokus bagi Tuhan. Bayangkan, bahwa manusia diberi waktu untuk beristirahat selama 1 tahun. Bukan hanya manusia, tetapi juga ternak dan tanah. Dampaknya, proses recovery tanah dan bumi terjadi dalam 1 tahun, peremajaan unsur hara (unsur kehidupan) pada tanah terjadi secara alami. Siapa yang membuat hukum ini? TUHAN, Allah semesta alam. Silakan renungkan bahwa TUHAN saja peduli pada kondisi instirahat manusia, ternak dan tanah. Ia sangat tahu bahwa tubuh kita, tanah ini dan semua ternak, membutuhkan waktu untuk beristirahat.
Virus Corona 19 telah memaksa kita berhenti bekerja. Akibatnya dapat kita lihat sekarang. Alam mulai mengalami pemulihan. Alam mulai hijau dan cerah serta segar. Maunya janganlah karena virus Corona kita baru mau beristirahat dan berhenti untuk menjaga ala mini. Kita harus membuat kesadaran diri untuk menggunakan masa istirahat. Tubuh kita pun butuh istirahat. Mesin-mesin kendaraan pun butuh istirahat. Pabrik-pabrik pun butuh istirahat. Karenanya mari kita menjaga alam dengan memberinya istirahat agar alam pulih untuk memberikan kesegaran bagi kita yang tinggal di dalamnya. Istirahat dipandang perlu oleh Tuhan, dan itu adalah anugerah. Kitalah yang tidak mengindahkan perintah istirahat itu. Mereka yang tetap bekerja di hari minggu (hari ketujuh, hari sabat) adalah mereka yang tidak mensyukuri hari istirahat sebagai hari anugerah.
Kedua, tahun Yobel adalah tahun berkumplnya semua orang dengan sanak famili dan keluarga karena semua wajib kembali ke tanah milik mereka. Siapapun yang merantau wajib pulang untuk berjumpa dengan keluarga. Tahun Yobel adalah tahun di mana semua tidak terikat dengan rutinitas lalu punya kesempatan untuk memberbaiki kehidupan alam semesta secara alami termasuk hubungan sosial yang terabaikan karena kesibukan kerja.
Memang benar bahwa kekristenan tidak mengatur tentang tahun Yobel. Tetapi paling tidak, ada hari istirahat yang Tuhan anugerahkan yakni di hari Minggu. Hari itu adalah hari istirahat, hari berkumpul dengan keluarga, hari kendaraan diparkir, hari tidak ada kesibukan apapun kecuali untuk khusus diberikan bagi Tuhan. Atau mungkin memnafaatkan cuti dan hari libur lainnya supaya dapat membangun kembali kehidupan sosial yang terabaikan karena kesibukan.
Manfaatkanlah setiap kesempatan istirahat untuk kesehatan tubuh, kesehatan hubungan keluarga, kesehatan interaksi sosial. Sebab beristirahat adalah juga suatu anugerah. Karena itu, teruslah menjaga alam agar alam pun menjaga kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!