Selasa, 28 Maret 2023

Renungan hari ini: “TUHAN BERTAHTA SELAMA-LAMANYA” (Ratapan 5:19)

 Renungan hari ini:

 

“TUHAN BERTAHTA SELAMA-LAMANYA”


 

Ratapan 5:19 (TB2) "Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa!" 

 

Lamentations 5:19 (NET) "But you, O Lord, reign forever; your throne endures from generation to generation"

 

Dalam nas hari ini Yeremia mengakui bahwa TUHAN bertahta selama-lamanya. Tahta-Nya tetap dari masa ke masa. Takhta TUHAN akan berlangsung selama-lamanya dari generasi ke generasi (masa ke masa), pemerintahan Allah, kuasa Kerajaan, takhta-Nya serta kehadiran penyertaan-Nya tidak akan pernah berubah. Ini adalah pengakuan iman teologi Sion, penyair Ratapan mengakui bahwa TUHAN akan selama-lamanya menjadi Raja, selaras dengan ayat-ayat lain dalam Perjanjian Lama (Yes. 57:15; Mzm. 9:7, 29:10, 102:12), TUHAN memerintah selamanya, karena TUHAN tidak tinggal di dalam Bait Suci buatan tangan manusia, dan tidak mengharuskan orang menyembah Dia terbatas di tempat tertentu saja, Ia begitu independen tidak terikat, tidak tergantung atau dibatasi apapun yang terjadi di dunia. 

 

Sekalipun Bait Suci dihancurkan dan umat ditawan, TUHAN akan selalu menjadi Raja, bahkan jika penderitaan di bumi merupakan keadaan konstan yang terus terjadi, perang terus berlanjut, penindasan dan kekerasan terus terjadi. Oleh karena itu, fakta bahwa TUHAN berkuasa sebagai Raja membuat orang-orang Israel mengerti bahwa penderitaan dan kesedihan yang mereka alami sekarang tidak terjadi kebetulan, tidak terjadi karena lepas kendali atau, TUHAN bukan karena tidak mampu mengendalikan keadaan saat ini, sebaliknya bangsa Israel harus memahami bahwa hanya Allah sajalah yang benar-benar mereka andalkan, dan hanya Tuhan yang bisa menjadi harapan mereka. 

 

Yehuda kembali mengakui otoritas Tuhan dalam kehidupan mereka, “Engkau, ya TUHAN, bertakhta selama-lamanya, takhta-Mu tetap dari masa ke masa”. Pengakuan ini jelas sekali bukan sekadar pengakuan di bibir, namun pengakuan yang benar-benar nyata melalui kehidupan bangsa Yehuda. Mereka sekarang mau kembali kepada Tuhan (ay. 21). Iman mereka mengatakan bahwa saat mereka bertobat, Tuhan akan kembali memperbarui kehidupan mereka menjadi seperti dahulu kala, yaitu kehidupan yang penuh dengan berkat Tuhan.

 

Jika dalam ayat 19 Yeremia menyatakan bahwa TUHAN akan menjadi Raja selama-lamanya, tetapi dalam ayat 20, Yeremia mengatakan TUHAN melupakan umat itu selama-lamanya. Di sini kita melihat sifat kekal di ayat 19 dan yang di ayat 20 menjadi kontras yang kuat. Pada ayat 19 menunjukkan bahwa TUHAN berkuasa selama-lamanya menjadi Sandaran yang dapat diandalkan orang dalam penderitaan, namun pada ayat 20 mengatakan bahwa pengabaian selama-lamanya dari Allah juga menjadi pengalaman penderita. Hal ini menunjukkan bentuk utuh harapan (ay. 19), dan menunjukkan bentuk utuh kesedihan (ay. 20). 

 

Kita melihat ketegangan dan kontradiksi dalam nyanyian ratapan, itu timbul karena mempertahankan dua keutuhan (double integrity), di satu sisi, penyair Ratapan percaya bahwa TUHAN adalah harapan satu-satunya, dan percaya bahwa fakta bahwa suatu saat TUHAN adalah Raja akan membawa keselamatan kepadanya, di sisi lain, di tengah penderitaan serta ketidakberdayaan penyair Ratapan mempertanyakan TUHAN dan mengajukan keluhan atas ketidakhadiran dan ketidakpedulian Allah. Penyair Ratapan tidak mengingkari keutuhan salah satu aspek, dia hanya menempatkan dua aspek yang tidak bersesuaian itu ke dalam hidupnya, ia tidak berupaya untuk menyelaraskan kontradiksi ketegangan yang ada atau memakai kerangka teologis lain untuk memahaminya. 

 

Ratapan melaporkan secara apa adanya pergumulan dan kontradiksi batin. Nyanyian ratapan mencerminkan bagaimana penyair yang memiliki darah dan daging teguh berpegang pada imannya, di saat yang sama juga hidup berdampingan dengan kesedihan dalam perspektif negatif tersebut. Ternyata orang yang beriman mungkin tidak selalu bahagia dan tidak selalu bersyukur atas segala hal, ketika kita mengungkapkan kesedihan dalam hati kita kepada Tuhan dan pada saat yang sama berpegang teguh pada iman akan pengharapan perjanjian, itulah sejatinya orang yang memiliki iman (tidak mengingkari keutuhan salah satu aspek, dia menempatkan dua aspek yang tidak bersesuaian itu ke dalam hidupnya). Dengan demikian, memiliki iman dalam penderitaan, adalah tetap mengakui kedua sisi dari kemanusiaan.

 

Apakah penderitaan menjadi hal yang terus menerus konstan terjadi dalam hidup kita? Kita harus mengakui TUHAN sebagai Raja di tengah penderitaan, sehingga kita dapat memahami bahwa apa yang terjadi di hadapan kita tidak lepas kendali, sehingga kita dapat mengandalkan fakta bahwa TUHAN adalah Raja selama-lamanya, dan pada saat yang sama jika kita merasa ditinggalkan oleh Tuhan demikian lama, namun terus-menerus mengajukan pertanyaan dan keluhan kepada TUHAN, menunjukkan bahwa kita tidak mati rasa atau mematikan perasaan terhadap kesedihan kita sendiri. Ternyata kemunculan nyanyian ratapan membuat kita menemukan getaran hati yang sama, di dalam ketegangan antara dua aspek itu dalam Ratapan ini kita menemukan alasan untuk bertahan hidup dan kesaksian untuk berpegang teguh pada iman. Karena itu, sebagai orang beriman kita tidak perlu membuang kedua ketegangan itu, tetapi kita harus tetap berpegang teguh kepada pengharapan yang benar kepada TUHAN kendati pun kita mengalami penderitaan karenanya. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...