Renungan hari ini:
ALLAH MELAWAT DAN MEMBAWA KELEPASAN
Lukas 1:68 (TB) "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya"
Luke 1:68 (NET) “Blessed be the Lord God of Israel, because he has come to help and has redeemed his people”
Nas hari ini merupakan sebuah pujian Zakharia menyatakan keindahan yang akan terjadi dalam hidup tatkala Tuhan Yesus Kristus lahir ke dunia. Allah menyatakan hal itu dalam nubuat tentang karya keselamatan atas manusia (68-75, 77-79). Nubuat itu menyatakan kelepasan bagi umat-Nya; tanduk keselamatan; terlepas dari musuh-musuh; turunnya rahmat-Nya; dapat beribadah dengan tanpa rasa takut; dalam kekudusan dan kebenaran seumur hidup; pengertian akan keselamatan; pengampunan dosa; serta rahmat dan belas kasihan Allah. Semua itu akan terjadi tatkala Allah melawat umat-Nya lewat kelahiran Yesus Kristus ke dunia.
Allah melawat umat-Nya dengan penuh rahmat dan keselamatan, khususnya kepada umat Israel. Lawatan Allah itu bagaikan Sang Surya Pagi yang muncul mengintip di ufuk timur. Dia membuka suatu babakan/hari baru dalam hidup manusia. Kegelapan malam, dengan segala ketidakpastiannya, segera sirna dengan datangnya cahaya matahari pagi. Hidup bangkit kembali. Kegiatan manusia dan alam mulai berderap lagi. Semuanya siap menjalani hari baru dengan segala dinamikanya. Gambaran kehadiran Sang Surya Pagi itu menggambarkan kehadiran Tuhan Allah lewat Putra-Nya, Yesus Kristus. Dialah yang akan membawa segala keceriaan hidup seperti pernyataan Zakharia dalam nubuatnya.
Kalimat yang tertulis dalam nas hari ini merupakan perkataan Zakharia. Zakharia memuliakan Tuhan bukan tanpa alasan. Ketika ia memuji Tuhan ia langsung menghubungkan puji-pujiannya itu dengan alasan pujian yang ia naikkan. Pujian Zakaria ini dialaskan pada dua hal, yakni pertama karena Allah adalah ALLAH yang MELAWAT dan yang kedua adalah ALLAH yang MEMBAWA KELEPASAN.
Pertama, ALLAH YANG MELAWAT. Kata melawat dalam bahasa Yunani adalah “episkeptomai” yang berarti lebih dari sekedar Allah mendatangi atau melihat umat manusia tetapi untuk memastikan apakah manusia dalam keadaan yang baik atau bermasalah, kemudian kata ini juga bernuansa bila manusia sedang bermasalah maka Allah dengan kata tersebut ingin mengetahui apa yang terbaik yang Ia harus lakukan bagi kebaikan manusia. Dalam hal ini kata ini sesungguhnya mengarahkan pada maksud soteriologis atau dengan kata lain melawat berarti mengunjungi untuk menyelamatkan atau memberi pertolongan kepada umat-Nya.
Proses pelawatan ini sudah terjadi sejak Eden, ketika Allah mendatangi Adam dengan pertanyaan: “dimanakah Engkau?” (Kej. 3). Namun proses pelawatan ini berlangsung terus dan menyeberangi lintasan abad. Allah memakai cara itu juga ketika mendatangi Israel yang terjajah Mesir di zaman Eksodus.
Kedua, ALLAH YANG MEMBAWA KELEPASAN. Kata “membawa kelepasan” dapat diterjemahkan menjadi sebuah kata kerja yang diikuti oleh obyek, yaitu “melepaskan mereka” atau “membebaskan mereka”. Kebebasan yang dimaksud termasuk kebebasan dari penjajahan (pada waktu itu, oleh orang/bangsa lain yaitu Romawi), tetapi mungkin pula ini meliputi kebebasan dari perbuatan-perbuatan yang jahat serta akibat-akibatnya. Bagian ini selanjutnya dihubungkan dengan kata-kata “Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi” yang adalah sebuah kiasan yang sering dipergunakan dalam Perjanjian Lama (1 Sam. 2:10; 2 Sam. 22:3; Mzm. 75:5). Tanduk yang dimaksud di sini ialah tanduk binatang yang kuat, misalnya sapi, yang melambangkan kekuatan atau keperkasaan. Kalau dalam bahasa sasaran “tanduk” tidak dikenal sebagai lambing kekuatan, maka lebih baik diterjemahkan artinya saja, seperti dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini “penyelamat yang perkasa”. Bagi manusia modern tentunya tidak berarti khusus bagi orang Israel saja, tetapi “bagi semua manusia
Dari teks di atas, paling sedikit dua hal penting tentang alasan mengapa Allah melawat umat-Nya, yakni: Pertama, lawatan Allah menyelamatkan umat-Nya memang merupakan rencana Allah sejak awal oleh karena kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya dengan Abraham, nenek moyang Israel (Luk. 1:68-75). Kedua, lawatan itu berkembang luas, tidak lagi menjadi milik satu bangsa, tetapi sudah melampaui batasan bangsa dan berkat-berkat jasmaniah, karena yang dijanjikan-Nya adalah pengampunan dosa, kelepasan dari naungan maut dan anugerah untuk menikmati damai sejahtera-Nya (Luk. 1:77-79).
Supaya lawatan yang sekarang itu tercapai, Yohanes datang untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan datang melawat (Luk. 1:76). Yohanes akan disebut sebagai nabi Allah yang Mahatinggi karena pemberitaan-pemberitaan pertobatannya yang menyadarkan umat akan dosa-dosa mereka dan mengarahkan kepada kebutuhan pengampunan dosa, supaya mereka dilepaskan dari ikatan kegelapan dan dituntun kepada kehidupan yang berdamai dengan Allah. Jadi lawatan Allah akan disambut dengan pertobatan sejati, yang akhirnya dilanjutkan dengan ibadah sejati.
Betapa indahnya, jika kita menjadi seperti yang Yohanes maksudkan dalam pemberitaan-pemberitannya. Kita tidak hanya akan menjadi pendahulu dan penyiap jalan bagi Tuhan untuk melawat umat manusia, tetapi kita menjadi alat Allah untuk mewartakan Injil. Karena itu, marilah kita mempersiapkan lawatan TUHAN bagi kita untuk membebaskan kita dari segala pergumulan kita. (rsnh)
Selamat memulai karya untuk TUHAN dalam Minggu ini