Rabu, 02 November 2022

Renungan hari ini: “JAUHKANLAH BAAL DAN BERIBADAHLAH KEPADA TUHAN” (1 Samuel 7:4)

 Renungan hari ini:

 

“JAUHKANLAH BAAL DAN BERIBADAHLAH KEPADA TUHAN”


 

1 Samuel 7:4 (TB) "Kemudian orang-orang Israel menjauhkan para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN"

 

1 Samuel 7:4 (NET) "So the Israelites removed the Baals and images of Ashtoreth. They served only the Lord"

 

Pada masa Samuel menjadi nabi Tuhan ia mendapati banyak sekali kejahatan terjadi! Mereka meninggalkan Tuhan dan menyembah kepada berhala-berhala, yaitu Baal dan Asytoret. Akibat dari kejahatan yang diperbuatnya mereka harus menuai akibatnya, yaitu diserang oleh bangsa Filistin secara bertubi-tubi, sehingga mereka terus mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan. Bisa dikatakan bangsa Israel saat itu berada dalam masa yang gelap dan mengalami degradasi iman. Melihat kondisi ini nabi Samuel menegur mereka dengan keras dan memperingatkan mereka untuk segera bertobat, berbalik kepada Tuhan dan menjauhkan ilah-ilah asing dari antara mereka, sebelum hal-hal yang jauh lebih buruk menimpa. Kalau mereka mau bertobat dengan sungguh-sungguh Tuhan pasti akan menunjukkan belas kasihan-Nya dan melepaskan mereka dari tangan orang Filistin. Karena itu Samuel segera mengumpulkan segenap umat Israel dan menyerukan pertobatan! Tanda pertobatan adalah menyingkirkan berhala-berhala itu. “Kemudian orang-orang Israel menjauhkan para Baal dan para Asytoret dan beribadah hanya kepada TUHAN” (1 Sam. 7:4).

 

Kata jamak untuk Baal adalah Baalim.  Kata jamak untuk Astarte adalah Asytoret. Astarte selalu menunjukkan bentuk jamak, hingga pemerintahan Salomo.  Astarte adalah dewi orang-orang Kanaan dan orang-orang Punisia. Nama dewi ini ada dalam bahasa kita dan banyak bahasa disepanjang zaman, seperti dalam bahasa Punisia dan Kanaan disebut Astarte; dalam bahasa Mesir, Estar, dalam bahasa Yunani, Aster, dalam bahasa Latin, Stello; dalam bahasa Inggris, Star.  Jadi, di sepanjang abad dan generasi dan dalam berbagai bahasa, nama Astater selamanya hidup: Star, Aster, Stello, Estar, Astarte.

 

Bangsa Israel menyembah dewi ini, dewi langit.  Banyak orang zaman ini masih menyembah dewi langit ini, di mana di banyak tempat dewi ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik di Dallas, dan di banyak tempat di dunia.   Di Israel, pada masa-masa mereka jatuh dalam penyembahan berhala, mereka menyembah dewi ini, sehingga dengan demikian mereka adalah penyembah berhala.

 

Tentang dewa Baal, dewa ini selalu berwujud batu, karena menggambarkan kekuatan.  Kemudian wujud dari Astarte senantiasa dibuat dari kayu, dan mereka menyebutnya Asytoret, yang menggambarkan dewi langit.  Dalam Perjanjian Lama, Versi King James diterjemahkan “grove.”   

 

Mereka yang menyembah dewi Astarte dan dewa Baal adalah orang-orang yang tidak bermoral dan buruk sekali sehingga sangat sulit untuk dilukiskan.  Penyembahan berhala selalu membawa manusia ke tarap hidup yang rendah.  Dalam bahasa apa pun, dalam agama apa pun, dalam bangsa mana pun, di dalam seluruh sejarah manusia, hal itu tidak ada perkecualian. Itulah sebabnya Allah dengan tegas melarang, dan larangan itu terdapat dalam perintah yang Ia tulis sendiri dengan tanganNya pada loh batu.  Dan ketika bangsa Israel mulai menyembah berhala, secara turun temurun mereka telah jatuh ke dalam kesengsaraan dan penyelewengan: kebohongan moral, kebohongan sosial, kebohongan nasional, di bahwa hukuman Allah yang kudus dan benar.

 

Maka Samuel berkata, “Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepadaNya; maka Ia akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin” (1 Sam. 7:3). Bukankah hal itu sebagai satu pelajaran untuk kita juga?  “Allah akan melepaskan kamu dari tangan orang Filistin.”  Perhatikan di sini bahwa Allah tidak menyuruh mereka untuk membentuk pasukan tentara yang besar.  Dan Ia juga tidak berkata bahwa mereka harus membentuk pasukan angkatan laut untuk Israel.”  Yang Allah anjurkan adalah, mereka harus “berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati.”  Artinya mereka harus membereskan hubungan yang rusak dengan Tuhan, dan dengan demikian Allah akan membebaskan mereka dari tangan orang Filistin.

 

Kemudian dalam 1 Samuel 7:5 kita membaca,   “Lalu berkatalah Samuel: Kumpulkanlah segenap orang Israel ke Mizpa; maka aku akan berdoa untuk kamu kepada TUHAN.”  Di sini ada satu prinsip yang baik.  Pertama berdoa, kemudian pelayanan firman Tuhan: Itulah yang dilakukan dalam Kisah Para Rasul pasal enam ayat  keempat: “supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman” (Kis. 6:4) Berdoa dan berkhotbah; berdoa dan menyembah; berdoa dan melayani Allah; merupakan hal yang pertama untuk memohon Allah memberkatinya.  Jadi Samuel berkata, “Aku akan berdoa untuk kamu kepada TUHAN.”  Setelah berkumpul di Mizpa, mereka menimba air dan mencurahkannya di hadapan TUHAN.  Itu merupakan satu tanda kelemahan-kelemahan mereka.   

 

Lalu mereka berkata, “Kami telah berdosa kepada TUHAN” (1 Sam. 7:6).  “Sesudah itu Samuel mengambil seekor anak domba yang menyusui lalu mempersembahkan seluruhnya kepada TUHAN sebagai korban bakaran.  Dan ketika Samuel berseru kepada TUHAN bagi Israel, maka TUHAN menjawab dia” (1 Sam. 1:9).

 

Setelah Samuel dan bangsa Israel melakukan itu, maka kita dapat memerhatikan apa yang terjadi.  Dalam I Samuel 7:10 kita membaca, “Sedang Samuel mempersembahkan korban bakaran itu, majulah orang Filistin berperang melawan orang Israel.” Jadi di sini kita melihat bahwa ketika umat Tuhan sedang menyembah Tuhan, sedang menatap ke surga, pada saat orang-orang Filistin datang untuk membunuh dan menghancurkan.  Namun demikian, Allah tidak tinggal diam.  Segera ketika orang-orang Filistin maju untuk menyerang, “TUHAN mengguntur dengan bunyi yang hebat ke atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul kalah oleh orang Israel” (ay. 10b). Selanjutnya, untuk menunjukkan rasa terima kasih atas apa yang Allah telah lakukan, Samuel memanggil orang-orang Israel untuk berkumpul dan kemudian ia mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Ebenhaezer,katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong kita.”  Bila di tulis, kira-kira doa Samuel adalah seperti berikut: “Di sini aku mendirikan Ebenhaezerku; Aku datang ke sini dengan pertolongan-Mu. Dan aku menharapkan kesukaan-Mu, Tiba di rumah dengan aman.” Satu hal yang luar biasa untuk memenangkan peperangan dalam doa.  Adalah satu hal yang luar biasa mengalami kemenangan, dengan memandang kepada Allah.  Karena itu, mari kita lawan segala berhala dan kuasa Iblis dengan doa-doa kita agar kita memeroleh kemenangan dari TUHAN! (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...