Sabtu, 23 April 2022

KOTBAH MINGGU QUASIMODOGENITI Minggu, 24 April 2022 “PERJUMPAAN DENGAN TUHAN YESUS YANG MENGUBAHKAN” (Kisah 9:1-6)

 KOTBAH MINGGU QUASIMODOGENITI

Minggu, 24 April 2022

 

“PERJUMPAAN DENGAN TUHAN YESUS YANG MENGUBAHKAN”

Kotbah: Kisah 9:1-6 Bacaan: Mazmur 37:34-40


 

Kita telah memasuki Minggu Quasimodogeniti, artinya seperti bayi yang baru lahir – songon dakdanak na baru sorang (1 Ptr. 2: 2). Tema yang akan kita renungkan adalah “Perjumpaan dengan TUHAN YESUS yang Mengubahkan”. Setiap manusia yang berjumpa dengan Yesus pasti akan mengalami perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang manusia mengalami ketegangan, baik dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, maupun dengan Tuhan. Ketegangan biasa terjadi karena kegagalan membangun relasi. Ketegangan antara manusia dengan Tuhan seringkali dirasakan karena manusia mengalami kegagalan dalam memahami karya Tuhan dalam hidupnya. Situasi ini kerap membuat manusia kehilangan motivasi mengucap syukur atas segala berkat Tuhan. Akibatnya, manusia cenderung mengklaim diri sebagai yang paling benar dan sanggup mengorbankan kehidupan orang lain demi apa yang dipahami. Di lain sisi manusia bersikap pragmatis, yaitu tidak setia akan perintah Tuhan karena lebih memikirkan dan melakukan sesuatu yang berorientasi pada kefanaan semata.

 

Perjumpaan dengan Kristus dalam kehidupan sehari-hari diharapkan mampu mengubah arah hidup dan memberikan solusi untuk ketegangan-ketegangan relasi itu. Dampak selanjutnya adalah perubahan arah kehidupan yang terbuka untuk menerima perbedaan, kesetiaan akan tugas panggilan dalam mewartakan damai sejahtera, kebergantungan akan pertolongan dan berkat Tuhan serta bersyukur atasnya. Untuk itu semua diperlukan kepekaan dan keterbukaan atas karya Tuhan

 

Dalam perikop kotbah Minggu ini kita akan belajar dari kisah kehidupan Saulus yang mengalami perubahan arah hidup setelah berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Saulus adalah musuh Kristen yang luar biasa saat itu.  Ia berpikir bahwa ia mengemban misi mulia untuk membinasakan orang Kristen yang dianggapnya mengancam agama Yahudi.  Akan tetapi, dalam perjalanannya ke Damsyik, ia mengalami perjumpaan yang ajaib dengan Tuhan Yesus.  Perjumpaannya ini mengubah dirinya secara total.  Dari seorang musuh Kristen menjadi seorang misionaries Kristen terbesar sepanjang masa! 

 

Untuk membahas perubahan total hidup Saulus setelah berjumpa dengan Yesus yang bangkit itu, tentu kita harus melihat latar belakang kehidupan Saulus sebelum berjumpa dengan Yesus.

 

Kejahatan Saulus

Saulus hadir, menyetujui, dan menyaksikan pembunuhan terhadap Stefanus (Kis. 7:58 8:1a 22:20). Ia berusaha membinasakan orang-orang kristen, memasuki rumah mereka, menyeret mereka dan memasukkan mereka ke penjara (ay. 1-2,13-14 bnd. Kis. 8:3 22:4,5,19 26:10-11). Tetapi yang paling gawat adalah bahwa ia tidak menyadari akan dosanya, bahkan ia menganggap dosa-dosanya itu sebagai kebaikan. Bukti:

·        Giat bekerja bagi Allah (Kis. 22:3-5).

·        Saulus pernah menyangka bahwa ia harus bertindak keras terhadap nama Yesus (Kis. 26:9-11).

·        Saulus penganiayaan terhadap orang kristen termasuk dalam daftar hal-hal yang dulu ia banggakan dalam hidupnya (Fil. 3:5-6). 

 

Saulus adalah orang berdosa yang menganggap dirinya baik. Sebetulnya ini adalah kondisi yang paling celaka, dan rasanya tidak memungkinkan ia bertobat, apalagi menjadi seorang rasul yang mendirikan begitu banyak gereja, yang bahkan menulis 13 surat dalam Perjanjian Baru, dan yang akhirnya mati syahid bagi Kristus! Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan!

 

Namun setelah Saulus berjumpa dengan Yesus ketika dalam perjalannya menuju Damsyik, ia mengalami perubahan total dalam hidupnya. Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang membuat perubahan total itu terjadi kepada Saulus? Ada beberapa faktor yang membuat Saulus mengalami perubahan total, yakni:

 

Pertama, Yesus menyatakan diri-Nya secara langsung kepada Saulus melalui mujizat (ay. 3-7). Mujizat itu adalah Sinar (ay. 3 bnd. Kis. 26:13 – “lebih terang dari matahari”). Ini jelas bukan hanya sekedar sinar, tetapi Yesus sendiri (bnd. ay. 17,27; Kis. 22:14; 1Kor. 9:1; 1Kor 15:8 - semua ayat ini mengatakan bahwa Saulus/Paulus melihat Tuhan). Peristiwa ini disaksikan teman-teman Saulus, mereka mendengar tetapi tidak melihat seorangpun (ay. 7 - “Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengarsuara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun”). Peristiwa ini membuat Saulus rebah (ay. 4; 22:7). Juga teman-teman Saulus ikut rebah (Kis. 26:14).

 

Mujizat yang terjadi ini memberikan beberapa makna bagi Saulus, seperti:

1.    Mujijat itu menyatakan Yesus sebagai Allah / Tuhan (ay. 5). Ada yang menganggap bahwa kata “Tuhan” dalam pertanyaan Saulus itu hanya berarti seperti kata “sir” (= tuan) dalam bahasa Inggris. Tetapi ini tidak mungkin. Sinar itu, dan rebahnya dirinya, pasti menyebabkan Saulus tahu bahwa ia sedang berurusan dengan sesuatu yang bersifat ilahi, sehingga sebutan “Tuhan” betul-betul berarti “Tuhan”.  Dari peristiwa ini kita belajar bahwa kita harus percaya bahwa Yesus adalah Allah/Tuhan

2.    Mujijat itu menyadarkan Saulus akan dosanya (ay. 4-5). Semua tindakan yang ia anggap baik itu ternyata adalah penganiayaan terhadap Tuhan sendiri, karena memang Tuhan menganggap perlakuan terhadap anak-anak-Nya sebagai perlakuan terhadap diri-Nya sendiri! (bnd. Mat. 10:40-42; Luk. 10:16; Yoh. 13:20.

 

Kedua,  Yesus menyatakan diri dan mengajar Saulus melalui Ananias (ay. 6, 10).  Dalam Kisah 22:10 disebutkan bahwa dalam perjumpaan Saulus dengan Yesus, Saulus gemetar dan heran berkata: Tuhan, apakah yang Engkau kehendaki untuk aku lakukan? Lalu Yesus menjawab  Saulus dengan ayat 6 yang menyuruhnya pergi ke kota dan nanti Tuhan akan memberi petunjuk. 

 

Sementara itu, Yesus mengutus Ananias (ay. 10-12). Ananias berusaha menolak (ay. 13-14), tetapi Tuhan tetap menyuruh (ay. 15), dan akhirnya Ananias taat (ay. 17-18).

Muncul pertanyaan kita mengapa Yesus tidak mengajar Saulus secara langsung? Jawabannya untuk menguji kerendahan hati Saulus. Ia harus mendengar pengajaran dari orang kristen biasa (bukan rasul, diaken, dsb, tetapi “murid Tuhan” – ay. 10). Ada banyak orang tidak mempunyai kerendahan hati dalam belajar Firman. Atau mereka minta diajar langsung oleh Tuhan, atau mereka merasa sudah cukup mengerti, dsb. Orang yang seperti ini tidak akan bisa maju dalam pengertian Firman Tuhan. 

 

Apa yang dilakukan oleh Ananias dalam mengajar Saulus?

1.    Ananias memberitakan Injil dan mengajar Saulus (bnd. Kis. 22:13-16; Kis. 26:16-18). Dalam Kisah 26:16-18 Paulus menyingkat cerita, dan tidak menceritakan tentang Ananias, sehingga apa yang Ananias katakan, ia ceritakan seakan-akan merupakan kata-kata Yesus secara langsung.

2.    Ananias menumpangi Saulus dengan tangan, sehingga Saulus sembuh dan penuh Roh Kudus (ay. 17). Perhatikan bahwa sekalipun pada saat itu Saulus penuh dengan Roh Kudus, tetapi ia tidak berbahasa Roh!

3.    Ananias membaptis Saulus (ay. 18), padahal Ananias adalah jemaat biasa! Memang sebetulnya Kitab Suci tidak pernah memberikan ketentuan bahwa yang boleh membaptis hanyalah pendeta. Namun dalam perkembangan kemudian disepakati bahwa yang membaptis itu adalah pendeta. Warga jemaat diberikan juga kesempatan membaptis jika dalam keadaan “darurat”.

 

Semua ini membuat Saulus menjadi orang kristen! Tidak semua orang harus mengalami mujijat seperti yang dialami oleh Saulus itu, tetapi setiap orang kristen yang sungguh-sungguh harus pernah “berjumpa dengan Yesus”. Pernahkan kita mengalami hal itu? Kalau kita  belum pernah “berjumpa dengan Yesus”, maka datanglah kepada-Nya melalui doa-doa, pembacaan Kitab Suci, ibadah, dan terimalah Ia sebagai Juruselamat dan Tuhan kita.

 

RENUNGAN

 

Dalam memaknai Minggu Quasimodogeniti ini, kita diajak untuk:

 

Pertama, menghayati setiap perjumpaan kita dengan Tuhan Yesus akan membuat hidup kita mengalami perubahan total. Kita berubah dalam pola pikir, pola laku, dan pola tindak kita.

 

Kedua, kita terus membangun komitmen dan motivasi pelayanan akibat dari perjumpaan kita dengan Yesus.Seluruh pelayanan Paulus didasarinya atas perjumpaannya dengan Yesus yang bangkit itu. Karena itu, setiap kita mengalami perjumpaan dengan Yesus pastikan ada sesuatu yang berubah dalam diri dan kehidupan kita. (rsnh)

 

Selamat beribadah dalam menikmati lawatan TUHAN!

 

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...