Senin, 27 Maret 2023

Renungan hari ini: “ORANG SABAR MELEBIHI PEJUANG” (Amsal 16:32)

 Renungan hari ini:

 

“ORANG SABAR MELEBIHI PEJUANG”



Amsal 16:32 (TB2)  "Orang yang sabar melebihi seorang pejuang, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota"

 

Proverbs 16:32 (NET) "Better to be slow to anger than to be a mighty warrior, and one who controls his temper is better than one who captures a city"

 

Pengamsal memberikan penghargaan kepada orang sabar. Menurut pengamsal orang sabar itu melebihi seroang pejuang (dalam terjemahan baru 1, kata yang digunakan adalah “pahlawan”). Apa arti sabar? Sabar berarti pajang hati, bisa diartikan sikap bertekun, berakar pada hati. Sikap tak mau patah arang, senantiasa bertahan dalam pengharapan, tak kecut hati sekalipun mengalami kekalahan, jatuh bangun. Itulah sifat orang yang memiliki panjang kesabaran.

 

Adagium menyebut, bersabar adalah pahala bagi seseorang yang mampu menahan diri. Pahala bagi orang yang tak cepat marah, naik pitam. Contoh yang paling afdol soal kesabaran adalah tindakan Tuhan terhadap kita manusia. Tuhan sabar dengan kelakuan manusia, tak melenyapkan, bahkan masih memberi kesempatan untuk manusia walau kita manusia telah jatuh ke dalam dosa. Tak terbatas panjang kasihNya memberi kesempatan untuk kembali dari jalan-jalan yang salah.

 

Konkritnya Tuhan sendiri mengasihi manusia dan selalu menanti pertobatan, bahkan senantiasa memberi keleluasan dan kesempatan bagi manusia untuk berbalik. Kembali pada rancanganNya yang semula. Maka dengan demikian panjang sabarNya tersebut dibuktikan dengan kesabaran lewat penantiaan panjang menunggu pembaharuan, pemulihan hati manusia.

 

Pengamsal memberi tempat yang istimewa kepada kesabaran. Sekilas terlihat bahwa lebih sulit menjadi pejuang dari pada orang sabar dan lebih sulit menjadi perebut kota dari pada orang yang menguasai dirinya. Mari belajar dari Abraham pahlawan iman yang ternyata tidak sabar akan janji Tuhan untuk mempunyai anak dari Sarah sehingga ia mengawini Hagar yang kemudian melahirkan Ismael di mana keturunan Ishak dan Ismael masih ada yang bermusuhan hingga kini.

 

Musa, pejuang yang membawa keluar jutaan orang Israel dari Mesir ternyata lekas naik darah dan berlaku bodoh lalu memukul bukit batu dengan tongkatnya (Bil. 20.12) padahal Tuhan menyuruhnya untuk berkata kepada bukit batu itu untuk keluarkan air (Bil. 20.8). Akibatnya Musa tidak masuk tanah perjanjian. Terbukti bahwa ketidaksabaran mereka melahirkan persoalan hingga prahara yang dalam. Bersyukurlah karena kita sebagai umat perjanjian baru telah tinggal di dalam Yesus (Yoh. 14.20) dan Yesus telah menjadi hikmat kita(1 Ko.r 1.30) sehingga kita dimampukan untuk menjadi orang yang sabar dan tidak lekas naik darah.

 

Pada kenyataan hidup, seringkali kita tidak sabar. Lihatlah ketika kita berdoa meminta sesuatu kepada Tuhan. Kita seringkali tidak sabaran dan terus mendesak Tuhan untuk memenuhi kehendak kita. Jika Yesus mengajarkan "jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.", yang menekankan kepada kehendak Tuhan lebih dari kehendak manusia manapun di bumi ini, kita justru bertindak sebaliknya. Jika Tuhan tidak segera menjawab, kita pun bisa bersungut-sungut bahkan meninggalkan Tuhan dengan segera, lalu pergi menuju alternatif-alternatif sesat yang ditawarkan dunia. Begitu tidak sabarnya manusia, sehingga hidup pun tidak lagi bisa nyaman, karena kita terus saja dikejar-kejar waktu. 

 

Firman Tuhan hari ini mengajarkan sesuatu yang sangat penting. Di mata Tuhan, kesabaran itu memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan iman kita. Begitu penting hingga dikatakan bahwa orang yang sabar itu akan melebihi seorang pejuang sekali pun. Orang yang mampu menguasai dirinya akan lebih besar dari orang yang mampu merebut sebuah kota sekali pun. Hidup di dunia yang menuntut serba cepat membuat kita sering melupakan firman Tuhan yang menekankan kesabaran terhadap segala sesuatu. Sabar menderita, sabar menghadapi fitnahan, sabar menghadapi segala sesuatu termasuk menunggu datangnya pertolongan Tuhan. Itu semua akan membuat iman kita bisa terus bertumbuh. 

 

Yakobus berbicara panjang lebar mengenai kesabaran ini. "Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi" (Yak. 5:7). Perhatikan, bukankah petani juga tidak langsung menuai hasil setelah lelah menanami lahannya? Jika petani saja harus menunggu hingga apa yang mereka tanam bisa menghasilkan sesuatu, maka kita pun hendaklah demikian. "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!" (Yak. 5:8). Apa yang harus kita lakukan bukanlah bersungut-sungut atau saling mempersalahkan. (Yak. 5:9). Dan Yakobus pun mengingatkan kita untuk meneladani "penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan" (Yak. 5:10). Hidup mereka tidaklah mudah. Namun mereka semua menghadapi segalanya dengan kesabaran yang berakar pada keyakinan penuh akan Tuhan yang setia. Yakobus bahkan mengambil contoh Ayub, yang mendapat penderitaan begitu berat, namun pada akhirnya kita tahu apa yang terjadi. "Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan" (Yak. 5: 11). 

 

Sebutlah nama para orang pilihan Tuhan, maka kita akan bisa belajar dari kesabaran mereka. Abraham, Nuh, Musa, Yusuf, Daniel dan sebagainya hingga para rasul di Perjanjian Baru, mereka semua telah membuktikan bahwa iman yang teguh adalah iman yang selalu didasari dengan kesabaran. Memang sulit untuk bisa melatih diri agar mampu bersabar, namun sesulit apapun itu, kita bisa melakukannya. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita, jauh lebih tahu dari apa yang kita anggap terbaik bagi diri kita sendiri. Karena itulah kita seharusnya menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan, biarlah kehendakNya yang terjadi dan bukan kehendak kita, dan untuk itu dibutuhkan kesabaran. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar" (Yes. 59:1) Apa yang harus kita lakukan adalah melatih diri kita untuk bersabar dan terus berjalan dengan iman. Pada saat yang tepat dan terbaik, tangan Tuhan akan terulur untuk melepaskan kita dari masalah apapun. "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir" (Ibr. 6:19). Dengan demikian jalanilah hidup dengan pengharapan penuh. Meski jawaban tidak kita dapatkan hari ini, bersabarlah dan terus pegang janji Tuhan. Sebuah kesabaran akan membuat kita menjadi orang benar yang lebih berharga dari seorang pahlawan di mata Tuhan, karena dalam kesabaran terkandung keyakinan yang didasarkan pada iman. Jalankan apa yang bisa kita lakukan, lakukan sebaik-baiknya, dan lakukan dengan kesabaran. Pada saatnya nanti, kita akan bersukacita karena kesabaran ternyata mampu membawa kita menuai segala janji Tuhan.

 

Kebenaran firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengembangkan sikap sabar dan pengendalian diri yang baik, segala hasrat dan nafsu, harus dapat kita kendalikan. Betapa bahagianya jika kita mampu mengalahkan orang lain tanpa melakukan tindak kekerasan, tetapi karena bersikap sabar dan pengendalikan diri yang baik. Karena itu, bersabarlah sebab kesabaran dan pengendalian diri merontokkan pertahanan musuh-musuh kita. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “KUASA DAN OTORITAS YANG HANYA DIMILIKI OLEH ALLAH” (Markus 2:7)

  Renungan hari ini:   “KUASA DAN OTORITAS YANG HANYA DIMILIKI OLEH ALLAH”   Markus 2:7 (TB2) "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia men...