Sabtu, 24 Oktober 2020

KOTBAH MINGGU XX SETELAH TRINITATIS Minggu, 25 Oktober 2020 “AIR KEHIDUPAN” (Yohanes 4:5-14)

 KOTBAH MINGGU XX SETELAH TRINITATIS

Minggu, 25 Oktober 2020

 

“AIR KEHIDUPAN”

Kotbah: Yohanes 4:5-14      Bacaan: 1Raja-raja 17:1-6




 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu Keduapuluh Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “AIR KEHIDUPAN”. Air adalah kebutuhan pokok manusia di dunia ini. Tubuh kita sendiri hampir 80% terdiri dari air. Tubuh tanpa air akan segera mengalami sakit penyakit. Jika tubuh diisi dengan banyak air maka tubuh kita pun akan sehat. Pembentuk sel dan cairan tubuh. Komponen utama sel adalah air, sebesar 70-85%. Sedangkan dalam sel lemak, kurang dari 10%. Air berperan besar dalam darah (mengandung 83% air), cairan lambung, hormon, enzim, otot, dan juga berguna dalam menjaga tonus otot sehingga otot mampu berkontraksi. 

 

Minggu ini kita akan membahas teks Yohanes 4. Di Yohanes 4 mengisahkan perempuan Samaria yang haus, sehingga ia meminta air dari Yesus supaya tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sumur itu untuk menimba air (Yoh. 4:15). Rasa haus merupakan sinyal fisiologis bahwa tubuh membutuhkan air, sehingga apabila tidak dipenuhi dapat menyebabkan dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Setiap mahluk hidup membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Bila tidak terpenuhi, maka kehidupan tidak akan bertahan. Demikian pula kehausan spiritual (rohani). Kehausan spiritual akan menyebabkan kita mengalami kekeringan rohani, kekosongan batin, perasaan gelisah dan jauh dari damai-sejahtera. Di tengah-tengah situasi umat yang sedang “kehausan” itu, Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum” (Yoh. 7:37).

 

Kebutuhan utama manusia modern pada masa kini adalah rasa haus yang cenderung untuk “memiliki.” Karena itu tidak mengherankan jikalau banyak orang menghalalkan cara untuk “memiliki lebih banyak.” Namun setelah memiliki lebih banyak, ternyata mereka tetap haus seperti seorang yang minum air laut. Rasa haus tersebut tidak dapat dihilangkan. Perempuan Samaria di Yohanes 4 tetap merasa haus secara seksual walau dia telah memiliki 5 orang pria untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Realitanya ia telah memiliki banyak, namun masih kekurangan dan haus. Penyebabnya karena hawa-nafsu telah “menipu” kita, sehingga kita tidak mampu mengalami makna hidup yang sesungguhnya. Sumber hawa-nafsu adalah kuasa dosa. Karya penebusan dan kasih Kristus adalah mematahkan belenggu kuasa dosa. Tuhan Yesus berkata: “Air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 4:14). Dalam Kristus tersedia mata-air yang tidak pernah kering dan memuaskan dahaga.

 

Jika demikian, mengapa kita selaku umat percaya juga masih merasa haus secara rohani?

1.     Karena kita masih lekat dengan dosa dan keinginan duniawi.

2.     Karena hati kita sesungguhnya tidak memuliakan Kristus. Kita cenderung memuliakan diri sendiri dan kuasa dunia melalui semua “harta milik” yaitu: kekayaan, status, kepandaian, keahlian, dan kenikmatan.

3.     Kita lebih melekat erat dengan semua milik tersebut, dan tidak melekat erat dengan Kristus, Sang Air Hidup. Karena itulah kita sering bersungut-sungut dan mudah bertengkar seperti umat Israel.

 

Bagaimanakah cara kita memperoleh Air Hidup itu?

 

Pertama, kita harus membangun hubungan yang baik dan tidak terputus dengan sumber itu. Jika hubungan kita terputus dengan Tuhan, maka kita akan menjadi, seperti “mata air yang kering” (2Ptr. 2:17). Usahakanlah hubungan kita dengan TUHAN tidak pernah putus walau banyak rintangan dan permasalahan hidup yang kita hadapi.

 

Kedua, kita harus meminum Air Kehidupan  yang ditawarkan TUHAN kepada kita. Jika kita mau meminum air kehidupan itu maka ada janji Tuhan berlimpah dengan hal-hal yang kekal, terus-menerus, tidak berkesudahan. Salah satunya janji Yesus dalam percakapan-Nya dengan perempuan Samaria adalah memberikan air kehidupan. Yesus tidak menawarkan air sumur biasa, tetapi air “yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (ay. 14). Air ini tersedia bagi siapa saja yang haus dan menyambutnya dengan iman (bnd. Yoh. 7:38). Air ini bakal memuaskan dahaga yang lebih dalam: dahaga akan persekutuan dengan Allah yang tidak dibatasi oleh tempat, tetapi mengalir di dalam roh dan kebenaran (ay. 21-24). Persekutuan yang tidak akan mengering, melainkan semakin kuat memancar dari hari ke hari. 

Mari kita datang kepada Tuhan Yesus. Dan jika kita mau meminum Air Kehidupan yang diberikan oleh-Nya, maka kita tidak akan haus lagi, kita akan dipuaskan dan beroleh kelegaan, bahkan  Air Kehidupan itu akan menjadi mata air di dalam diri kita yang terus menerus memancar.

Untuk memperoleh air hidup ini, seseorang harus "meminumnya". Tindakan minum ini bukanlah suatu tindakan sesaat yang satu kali saja, namun suatu tindakan minum yang bertahap-tahap dan berkali-kali. Kata "minum" ditulis dalam bahasa Yunani pineto, dalam betuk imperatif masa kini yang berarti suatu tindakan yang berkesinambungan atau berulang-ulang yang menyatakan bahwa: meminum air hidup, menuntut persekutuan terus-menerus dengan sumbernya, yaitu Yesus Kristus sendiri. Tidak seorang pun bisa meminum air hidup apabila hubungannya terputus dengan sumber itu.

 

Ketiga, berhentilah mencari dan mengejar kepuasan duniawi, tinggalkan kenajisan dan kecemaran! Dalam kasus perempuan  ini, ia telah menerima stigma buruk sebagai perempuan yang nggak bener sehingga iapun tidak memiliki teman sesama perempuan untuk mengambil air, ke-6 laki-laki yang telah bersamanya mungkin juga belum memberikannya kepuasan. Air Sumur adalah simbol dari hal-hal duniawi, yang hanya akan memberi kesegaran sementara. Namun Air Hidup akan menyegarkan secara terus-menerus yaitu di dalam orang-orang percaya. Perempuan ini mengalami perubahan segera setelah Yesus berbicara tentang masalah kehidupan pribadinya. Perubahan sejati adalah tahu akan dosa, sadar akan dosa dan meninggalkan dosa. Respon perubahan dari diri perempuan ini memberikannya keberanian untuk memberitakan berita baik pada orang-orang banyak yang ditulis pada ayat-ayat selanjutnya. 

Sebaliknya marilah kita selidiki hati kita sendiri seberapa rohani hati kita?, dapatkah kita mampu memiliki segala sesuatu yang sifatnya duniawi namun tidak menjadi duniawi?. Jika diri kita dikuasai oleh daging, maka akan menimbulkan keinginan-keinginan daging. Sebaliknya jika hidup kita dikuasai Roh, maka akan menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5:22-23). Air hidup memberikan keselamatan dan kesegaran (kepuasan) rohani. Konsep kekekalan ini mengokohkan kita sebagai umat percaya. Karena itu, jagalah hubungan baik dengan sumber Air Kehidupan itu agar hidup kita menjadi berkat bagi sesama manusia. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...