Sabtu, 01 Oktober 2022

KOTBAH MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS Minggu, 02 Oktober 2022 “TAK BERKESUDAHAN KASIH SETIA TUHAN” (Ratapan 3:19-26)

 KOTBAH MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS

Minggu, 02 Oktober 2022

 

“TAK BERKESUDAHAN KASIH SETIA TUHAN”

Kotbah: Ratapan 3:19-26     Bacaan: 2 Timotius 1:1-14


 

Minggu ini kita memasuki Minggu Keenambelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Tak Berkesudahan Kasih Setia TUHAN”. Dalam situasi apa pun yang terjadi di dunia ini, kasih setia TUHAN tak kan pernah habis. TUHAN akan terus-menerus setia mengasihi kita di dalam situasi apa pun yang kita alami. Dalam kitab Ratapan ini, kita melihat bagaimana nabi Yeremia menghadapi berbagai penderitaan dan kesedihan sehingga ia meratapi keadaan itu di hadapan TUHAN. Yeremia meratap atas kerusakan yang dialami Yerusalem secara tragis. Kesedihan Yeremia digambarkan bagaikan seorang yang meratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Yeremia mengakui bahwa tragedi yang menimpa Yerusalem merupakan akibat dari pemberontakan pemimpin dan penduduk Yerusalem itu sendiri sehingga murka Allah dinyatakan atas mereka. Tetapi di dalam situasi seperti itu “kasih setia Tuhan” menjadi titik pijak bagi nabi Yeremia untuk selalu berpengharapan pada Tuhan. Di tengah-tengah rasa dukanya, Yeremia menemukan harapan dan penghiburan di dalam Tuhan. Yeremia berkata: “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (ay. 22-23).

 

Babel telah meluluhlantakkan Yerusalem. Walau demikian saat asap masih naik dari antara abu reruntuhan, Yeremia mengerti 3 kunci kehidupan yang luar biasa ini, yakni: (1) Kasih setia Tuhan tak berkesudahan; (2) Rahmat-Nya tak pernah habis; (3) Besar kesetian Tuhan. Bagaimana seseorang bisa berseru, "besar kesetiaan-Mu!" di tengah-tengah rasa duka dan kehilangan? Jawabannya karena Yeremia tahu bahwa Tuhan bisa mengubah tragedi menjadi kemenangan.Dia mendapatkan pewahyuan tentang kasih setia Tuhan. Kasih yang tak berkesudahan seperti apapun situasi disekitarnya. 

 

Yeremia mengingatkan kembali pribadi TUHAN dalam duka umat yang sedang berduka, kasih dan kesetiaan Tuhan begitu besar. Itu adalah alasan untuk tetap memiliki pengharapan, mengenal siapa itu Tuhan dan menyadari bagaimana posisi umat terhadap Tuhannya. Masa yang telah berlalu tidak lagi dapat diubah, tetapi masih ada masa yang akan datang. Kesempatan yang Tuhan berikan tidak berkesudahan, tak habis-habisnya. Masih ada waktu untuk berbenah diri. Harapan masih ada bukan dengan mengandalkan kekuatan manusia, tetapi mengandalkan kasih setia Tuhan. 

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimanakah car akita agar kita mampu mengingat kasih setia TUHAN di dalam hidup kita? Ada beberapa cara yang mampu kita lakukan agar kita mengingat kasih setia TUHAN, yakni:

 

Pertama, ingat selalu akan Kasih Setia Tuhan (ay. 22-23). Ipuh dalam ayat 19 merupakan ramuan yang diformulasikan untuk membuat sebuah obat yang rasanya sangat pahit bagi orang sakit. Kehidupan manusia sering berada pada kondisi yang terkadang pahit dan mematikan. Tetapi kita bisa membawa pikiran kita untuk selalu mengingat, memperhatikan dan menghitung kebaikan serta kasih setia Tuhan.  Pemazmur menulis dalam Mazmur 90:12, ”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Cobalah untuk tidak terlalu memikirkan serta berhenti menghitung segala masalah dan sengsara kita. Serahkan segalanya kepada Tuhan karena setiap sengsara kita telah Tuhan hitung dan air mata kita Dia taruh ke dalam kirbat-Nya (Mzm. 56:9). Bagian Allah adalah menghitung air mata dan kesusahan kita, sedangkan bagian kita adalah menghitung kasih setia, berkat-berkat dan kebaikan Tuhan. Tuhan tidak pernah lupa akan janjiNya. Ia akan menepatinya tepat pada waktunya karena Ia tahu waktu yang tepat untuk membebaskan kita dari kesengsaraan kita.

 

Kedua, jadikanlah Tuhan sebagai karta kesayangan (ay. 24). ”TUHAN adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya” (ay. 24).Terjemahan lain mengatakan “Tuhan adalah harta yang terbesar.” Jadikan Tuhan sebagai harta kesayangan, bagian yang terpenting dan segala-galanya dalam hidup kita. Harta dan materi dunia ini adalah hal yang fana. Apa saja dapat membuat segala harta dan kekayaan kita hilang musnah. Daud dengan tepat memposisikan Tuhan atas dirinya. Ia berkata dalam Mazmur 73:25-26, ”Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Masalah boleh datang tetapi masalah tidak akan membuat kita kehilangan segala-galanya, karena Tuhan yang ada di dalam hati kita adalah harta kesayangan dan bagian yang tidak akan pernah bisa diambil dari kita. 

 

Ketiga, berharaplah selalu kepada Allah (ay. 25). “TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia” (ay. 25). Percayalah kepada Tuhan setiap waktu dan curahkanlah isi hati kita di hadapan Tuhan karena Allah adalah tempat perlindungan kita (Mzm. 62:9). Tuhan itu baik, berharaplah kepada-Nya karena di dalam Dia ada ketenangan. Seperti yang Mazmur 62:2-3, ”Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya (Mzm. 147:11). Perjanjian Tuhan tidak pernah luput / batal terhadap anak-anak Tuhan yang berharap kepada Tuhan. Sebagai sesama anak Tuhan, kita perlu saling mendukung di dalam doa agar pengharapan kita tetap tertuju pada Tuhan. 

 

Keempat, nantikanlah Tuhan (ay. 26). ”Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN” (ay. 26). Jangan bertindak dengan terburu-buru. Seperti proses metamorfosis, seekor ulat yang berubah menjadi kupu-kupu selalu mengalami proses menjadi kepompong dan membutuhkan beberapa waktu untuk tiba saatnya ia akan keluar menjadi seekor kupu-kupu. Jika kepompong yang berisi kupu-kupu itu disayat dan dipaksa keluar, ia memang tetap bisa terbang. Tetapi tidak berapa lama kemudian  kupu-kupu  itu akan mati karena prosesnya kurang sempurna dan kupu-kupu tersebut tidak pernah mengalami proses ’pergumulan’ untuk keluar dari kepompongnya sehingga ia tidak kuat untuk terbang. Jika kita sedang dalam pergumulan, berdoalah dan nantikanlah pertolongan Tuhan. Dengan kacamata iman, kita akan melihat bahwa pergumulan yang kita alami sebenarnya hanyalah berukuran kecil. Jika kita memakai kacamata firman Allah, kita akan dapat melihat bahwa Allah ada di pihak kita dan akan memberikan kita kemenangan atas setiap permasalahan hidup kita. Jangan memaksakan waktunya Tuhan. Jika kita bertindak sesuai dengan waktunya kita, kita hanya akan menemui kekecewaan. Tunggulah dengan sabar di kaki Tuhan (berdoa), maka Allah akan menolong kita tepat pada waktunya. ”…tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:31). Bahasa asli kata “menanti-nanti” ini memiliki arti ”memintal”(tali yang di bentuk dari beberapa serat tali). Hidup manusia penuh dengan keterbatasan, tapi apabila kita “memintalkan” diri kita (menyatu / manunggal) dengan Dia yang tak terbatas, maka disanalah letak kekuatan kita. Dunia ini sarat dengan problem. banyak orang sudah merasa lelah dalam menjalani hidup ini. Tetapi apabila kita melekat / menempel, menyatu dengan Dia, maka tidak ada yang dapat membuat kita lelah, karena di dalam Tuhan selalu ada kekuatan baru. Teruslah memintal hingga menghasilkan karya yang luar biasa dari Tuhan. KuasaNya akan nyata dalam hidup kita.

 

Di dalam menanti-nantikan Tuhan kiranya ada pujian yang keluar dari mulut kita, kerena di dalam pujian ada kemenangan yang luar biasa. Secara manusia mungkin kita tidak dapat memuji Tuhan ketika kita mengalami kelemahan. Tetapi kita dapat memerintah jiwa kita seperti yang pemazmur katakan dalam Mazmur 103:2, “Pujilah Tuhan hai jiwaku…”. Ada beberapa contoh di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa pujian kepada Allah sanggup untuk mengalahkan permasalahan. Tembok kota Yerikho pun roboh ketika umat Israel bersorak dan memuji Tuhan. “…berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Bersoraklah, sebab Tuhan telah menyerahkan kota ini kepadamu!… Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu” (Yos. 6:16, 20). Paulus dan Silas bebas dari belenggu ketika mereka memuji Tuhan sekalipun mereka dalam penjara. “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (Kis. 16:25-26).

 

RENUNGAN

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu keenambelas setelah Trinitatis ini?

 

Pertama, ingat Tuhan dalam penderitaan kita. Kehidupan di dunia memang tidak dapat dilepaskan dari penderitaan, permasalahaan hidup, kesengsaraan, kekecewaan, dan berbagai macam beban dalam hidup. Tetapi menjadi perenungan penting dalam hidup kita adalah, pada saat kita mengalami penderitaan, permasalahaan hidup, kesengsaraan, kekecewaan, dan berbagai beban kehidupan, apakah yang dapat kita lihat?
Kebanyakan orang hanya akan melihat penderitaan, permasalahan hidup, kesengsaraan, kekecewaan, dan berbagai macam beban kehidupan. Kesemuanya itu menjadi penghalang untuk melihat Tuhan dengan kekuasaan dan kuasa yang dimiliki-Nya. Oleh karenanya kebanyakan orang hanya akan mengeluh, berkelut dalam penderitaan, mungkin juga akan protes atau bahkan meninggalkan Tuhan di dalam hidupnya.
Tetapi ingatlah firman Tuhan hari ini yang menyatakan : “Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu." Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku” (ay. 19-20).
Secara jelas firman Tuhan di atas menyatakan bahwa  penderitaan, permasalahan hidup, kesengsaraan, kekecewaan, dan berbagai macam beban kehidupan menjadikan seseorang dapat tertekan, stress, dan mungkin juga mengalami depresi berat. Tetapi berbagai keluhan, ungkapan ketertekanan, dan bahkan penderitaan kita, bukanlah menjadi bagian kehidupan kita sendirian. Kita mempunyai Allah yang dapat menjadi tempat kita mengeluh. Kita mempunyai Allah yang memahami penderitaan, dan beban hidup kita seperti “ipuh dan racun”. Dan kita pun mempunyai Tuhan yang mengerti tentang kefanaan hidup kita seperti seseorang yang mengembara di dunia ini. Permasalahan dan beban hidup kita, bukanlah penderitaan kita sendiri, tetapi kita dapat berbagi dan menyampaikannya kepada Allah kita yang hidup. Kita tidak sendirian memikul beban itu, dan kita tidak sendirian harus menyelesaikannya. Kita mempunyai Tuhan yang dapat kita percayai dan dapat kita imani untuk memberikan kekuatan, jalan keluar, dan kepastian pengharapan. Datanglah kita dengan segala permasalahan hidup kita, karena Allah kita tidak pernah membiarkan kita hidup sendirian dalam penderitaan dan beban kehidupan kita.

 

Kedua, ingat selalu akan kasih setia Tuhan. Seperti firman Tuhan yang menyatakan bahwa kehidupan kita seperti seorang pengembara, maka kita pun harus menyadari bahwa tidak ada sesuatu keadaan yang berlangsung terus menerus. Apabila kita mengalami penderitaan, permasalahan, dan berbagai beban kehidupan, maka hal itu bersifat sementara dan pasti akan berganti dengan kebaikan yang Tuhan siapkan. Oleh karenanya, dalam penderitaan, permasalahan, dan berbagai beban kehidupan, maka kita masih bisa berharap dan beriman kepadaNYA, sebagaimana firman Tuhan : “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap” (ay. 21).


Dan ingatlah bahwa ketika kita mengalamai penderitaan, permasalahan dan beban kehidupan, bukan berarti kita kehilangan kasih setia Allah. Bukan berarti Allah membenci dan tidak mengasihi hidup kita. Tetapi kasih setia Allah tidak pernah berkesudahan, baik pada saat kita menderita, pada saat kita mengalami bahagia, bahkan saat kita berdosa dan meninggalkan Dia. Kasih Setia-Nya tetap tersedia untuk kita, manusia yang dikasihiNya, sebagaimana firman Tuhan bahwa : “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya” (ay. 22).

Pertolongan, kasih setia, dan anugerah Tuhan bukan barang basi, yang telah lewat waktu atau terlambat di dalam hidup kita. Tetapi pertolongan, kasih setia dan anugerah-Nya selalu baru dan selalu ada disediakan-Nya untuk kita karena besar kesetiaan-Nya bagi kita. Dia tetap Setia sekalipun kita tidak setia kepada-Nya sebagaimana firman Tuhan yang menyatakan : “selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (ay. 23).

 

Ketiga, klaim Janji Tuhan. Banyak orang yang tidak dapat menerima bagian janji Tuhan, karena hidupnya yang setengah-setengah, ragu-ragu, dan tidak berpijak penuh kepada-Nya. Firman Tuhan yang menyatakan: "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya” (ay. 24) merupakan klaim, kepercayaan dan keyakinan kita akan kepastian janji Tuhan. Tuhan tidak sekedar menjanjikan perkara-perkara nubuatan yang akan terjadi dalam jaman kekekalan hidup kita, tetapi Dia juga menjanjikan dan memastikan pengharapan dalam kehidupan kita di dunia ini. Dan janji firman Tuhan merupakan “bagian” yang Tuhan sediakan untuk hidup kita. Oleh karenanya kita perlu meng-claim, meyakini, dan merengkuhnya sebagai bagian kehidupan kita dengan sepenuh hati, dengan keyakinan iman, dan dengan kepercayaan yang penuh di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. 

 

Jangan pernah melepaskan atau menukar janji-janji Tuhan dengan perkara-perkara memikat yang ditawarkan oleh dunia ini. Apabila kita mengklaim, meyakini, dan merengkuhnya sebagai bagian kehidupan kita dengan sepenuh hati, dengan keyakinan iman, dan dengan kepercayaan yang penuh di dalam Kristus Yesus Tuhan kita, maka Dia tidak pernah mengecewakan kita sehingga kita dapat menyatakan bahwa : “TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia” (ay. 25). Firman Tuhan ini menegaskan bahwa apabila kita memegang, beriman dan meyakini janji-janji-Nya dalam hidup kita, maka kebaikan-kebaikan yang Tuhan janjikan dalam pengharapan hidup kita akan menjadi nyata, dan menjadi berkat yang selalu menyertai hidup kita. Karena itu, ingatlah selalu bahwa tak berkesudahan kasih setia TUHAN bagi kita yang percaya kepada-Nya. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...