Kamis, 12 Maret 2020

Renungan hari ini: KARENA IMAN ABRAHAM DAN SARAH BEROLEH KEKUATAN

Renungan hari ini:

KARENA IMAN ABRAHAM DAN SARAH BEROLEH KEKUATAN



Ibrani 11:11 (TB) "Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia"

Hebrews 11:11 (NET) "By faith, even though Sarah herself was barren and he was too old, he received the ability to procreate, because he regarded the one who had given the promise to be trustworthy”

Iman yang dimiliki keluarga Abraham dan Sara menjadi teladan bagi umat percaya. Dengan iman mereka memperoleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu mereka walau usia mereka sudah lanjut. Pengalaman iman keluarga Abraham sebagai bapa orang beriman ternyata tak selalu memberi kejelasan. Namun ia memiliki kekuatan untuk bertahan memegang janji Tuhan walapun penggenapannya membutuhkan waktu lama yaitu 25 tahun. Pada usia 75 tahun, ia pertama kali menerima janji-Nya bahwa kelak akan memperoleh keturunan. Lalu pada usia 100 tahun, ia baru mendapat penggenapan. Saat itu, Sara istrinya telah berusia 91 tahun. Tapi selama 25 tahun tersebut, Tuhan seringkali bersikap diam. Hal itu dapat mengakibatkan mereka mudah berubah dan tergoncang imannya. 

Kesimpulan kehidupan Abraham dan Sara tertulis dalam Ibr 11:11, “Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.” Tapi sebelum sampai pada kesimpulan tersebut, mereka harus mengalami pergumulan iman yang tak selalu lancar. Alkitab telah berusaha secara terbuka memaparkan kerapuhan umat pilihan Tuhan khususnya ketika mereka mencoba hidup dalam janjiNya. Memang, akhirnya mereka memiliki kekuatan untuk menjalaninya. Namun kisah hidup mereka tak seindah kesimpulan. Bahkan terkadang mereka kehilangan orientasi yang benar.

Janji Allah selalu didasarkan pada kredibilitas Diri-Nya karena tak ada otoritas lebih tinggi yang dapat menjaminnya. Selain itu, semua janjiNya tak pernah berkaitan dengan kebaikanNya sendiri melainkan bagi tiap orang yang mau belajar hidup di dalamnya. Sebenarnya janji yang disampaikanNya sudah cukup jelas dan dapat dimengerti tanpa ada yang tersembunyi walaupun peng­genapan nubuat seringkali terjadi secara progressive (semakin lama makin nyata). 

Dalam pengalaman hidup beriman, ada orang Kristen yang mengatasnamakan suatu keputusan sebagai Firman, padahal sebenarnya kehendak diri sendiri. Ia seharusnya tak menganggap diri kuat dan terus menerus ingat akan janji-Nya dalam kesetiaan. Alkitab memaparkan kejelekan dan ketidakpercayaan manusia supaya ia mengoreksi diri sendiri. Tanpa kekuatan yang Tuhan berikan untuk mendampingi atau mengingatkan janji dan penggenapan, ia pasti mudah berpindah. 

Janji Tuhan pada Abraham dan Sara ialah, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.” (Kej. 12:2) Tapi hingga mereka tiba di Kanaan (10 tahun penantian), tak ada tanda bahwa Tuhan akan menggenapinya. Karena gelisah, Sara melakukan beberapa tindakan yang akhirnya menimbulkan banyak kesulitan, kekecewaan dan sakit hati.

Pertama, dalam Kejadian 16:2 dicatat kesimpulan Sara yang sangat mengejutkan, “Engkau tahu, Tuhan tidak memberi aku melahirkan anak.” Dengan demikian, ia telah mengalihkan tanggung jawab kepadaNya. Ia mengatasnamakannya sebagai ketetapan Tuhan. Padahal sesungguhnya memang belum waktunya atau masih dalam proses. Inilah dosa Sara yaitu mengungkapkan asumsi yang salah tentang sikap, perilaku dan kesetiaan Tuhan. 

Dosa tersebut berakibat Sara mengijinkan Abraham menghampiri Hagar. Tindakannya bermaksud membantu Tuhan sekaligus menyelamatkan nama baik dan kehormatan suaminya. Mungkin, Hagar merupakan hadiah dari Firaun sewaktu mereka hendak meninggalkan Mesir. Selanjutnya, perempuan Mesir itu mengandung. Kenyataan tersebut membuatnya susah hati, tak tenang dan sangat kebingungan karena Hagar jadi memandang rendah dirinya. Perasaan tersebut berkelanjutan hingga Ismael, anak Hagar, tumbuh dewasa. Ia juga merasa ketakutan hingga meminta Abraham mengusir mereka.         

Ketika mengetahui bahwa keturunan Abraham akan sebanyak bintang di langit, Sara merasa sangat bertanggung jawab karena hanya dan harus melalui dialah keturunan pertama  lahir. Dialah satu-satunya perempuan dalam hidup Abraham. 

Kejatuhan iman dapat terjadi ketika orang Kristen merasa lebih bertanggung jawab daripada Tuhan. Padahal ketika memberi janji, Ialah yang paling bertanggung jawab untuk menggenapkannya. Ia hanya menuntut para pengikutNya bersedia tunduk menjalani proses penggenapan. Sejujurnya, kerapkali orang Kristen memiliki pengalaman iman seperti Sara. 
I
man sejati tak pernah memaksa atau mendorong Allah sedemikian rupa supaya menggenapi seluruh janjiNya, baik di masa kini maupun mendatang. Iman sejati justru diungkapkan dengan sikap menunggu dan menyaksikan Allah lebih bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, manusia masih memiliki peluang sangat besar untuk terjebak ke dalam berbagai asumsi hingga merasa bertanggung jawab untuk mempercepat penggenapan. 

Kedua, Sara telah mengambil alih posisi Allah dengan mencoba membelokkan jalur dimana Abraham akan diberkati. Dalam Kejadian 17, Ia mengulangi kembali janji-Nya. Tapi, Abraham malah berkata, “Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapanMu!” (ay. 18) Pernyataan ter­sebut menunjukkan imannya mulai bergeser hingga tak lagi yakin bahwa hanya melalui Sara, Allah akan memberkati keluarganya. Maka Allah dengan tegas menjawab, “Tidak, melainkan istrimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjianKu dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya” (ay. 19). 

Situasi dan kondisi telah membentuk dan menggeser hidup, pikiran, pengertian dan kepercayaan keluarga tersebut terhadap janji-Nya. Saat itu, Abraham berusia 99 tahun sedangkan Sara 90 tahun. Sekitar 13 tahun setelah Hagar melahirkan, Tuhan mulai berfirman lagi untuk memulihkan dan menegakkan kembali iman mereka. Ismael lahir ketika Abraham berusia 86 tahun. Sebelumnya, Ia mendiamkan mereka sebagai akibat tindakan bodoh Sara. Mungkin juga, Ia menguji keteguhan mereka dalam memegang kejelasan janjiNya hingga tak mudah digeser. Namun Ia tak membuang Hagar dan Ismael. Sebaliknya malah memberi perlindungan khusus dan tetap memelihara mereka.

Manusia mudah berubah hingga mengambil alih pimpinan Tuhan bahkan mengabaikan kehendakNya. Termasuk orang Kristen mudah jatuh ke dalam kesulitan iman. Contohnya ialah Sara. Keraguan mereka membuat Tuhan harus menegaskan ulang, “Tentang istrimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan daripadanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki.” (Kej 17:15-16) Jikalau tak demikian, mereka mungkin akan tersesat dan kehilangan arah. Mungkin juga, mereka beralih pada objek iman lain. Atau Allah dihilangkan dari hidup iman mereka.     

Ketiga, Sara tak lagi mempercayai Tuhan. Kejadian 18:10 mencatat Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, istrimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” Mendengarnya, Sara malah tertawa karena tak mengira bahwa janji-Nya masih ada. Lalu ia berkata dalam hati, “Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?” (ay. 12). Baginya, hal tersebut tak lazim dan sangat mustahil. Maka pertanyaan tersebut merupakan cetusan rasa tak percayanya. 

Selanjutnya, Sara berusaha menipu Tuhan. Setelah ia tertawa, Allah bertanya pada Abraham, “Mengapakah Sara tertawa?” (ay. 13) Tapi, Sara menyangkalnya dengan mengatakan, “Aku tidak tertawa.” (ay. 15) Kemudian Tuhan menegaskan, “Tidak, memang engkau tertawa.” Dengan demikian, dosa Sara terus berkembang kualitasnya. 

Sejujurnya, seringkali orang Kristen pun terjebak ke dalam situasi seakan-akan janjiNya tak tergenapi. Misalnya, seseorang mengetahui bahwa Tuhan menghendaki semua orang berkesempatan mendengar Injil lalu bertobat. Maka ia rindu seluruh anggota keluarganya juga mengenal Tuhan. Karena itu, ia terdorong untuk berdoa supaya Allah membukakan pintu anugerah keselamatan bagi mereka. Selama 1 atau 2 tahun, ia mungkin masih bersemangat. Tapi setelah 5 tahun berlalu, ia mulai meragukan dan berhenti berdoa. Dinamika iman semacam itu riil sekali. Dan tiap orang Kristen harus terbuka terhadap segala kemungkinan dan berbagai varian iman yang mungkin terjadi dalam diri. Selain itu, ia juga perlu meminta pertolongan Tuhan agar diingatkan kembali akan janji-Nya. 

Sesungguhnya, Tuhan takkan pernah merubah atau merevisi janji-Nya. Namun orang Kristen mungkin memperhatikannya dengan baik hanya pada mulanya. Kemudian ia mencoba merubahnya atau bahkan tak lagi mempedulikannya. Orang Kristen yang jarang atau tak pernah berdoa apalagi membaca Alkitab dalam waktu cukup lama, mungkin ia mulai mengabaikan Tuhan. Karena itu, teruslah beriman walau terkadang kita harus berjuang menanti penggenapannya. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...