KOTBAH MINGGU SEXAGESIMA
Minggu, 04 Pebruari 2024
“TUHAN ADALAH ALLAH YANG KEKAL”
Kotbah: Yesaya 40:21-31 Bacaan: Markus 1:29-39
Minggu ini kita memasuki Minggu Sexagesima. Minggu Sexagesima adalah enampuluh hari sebelum Paskah/Kebangkitan Yesus Kristus (60 ari dijolo ni ari Hangongot ni Tuhan Jesus Kristus). Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “TUHAN adalah ALLAH yang Kekal”. Yesaya mencatat sifat kekekalan Allah untuk menunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta yang memiliki kekuasaan dan kekayaan yang tak terbatas. Ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang betapa besar dan luar biasa Allah dibandingkan dengan segala sesuatu di dunia ini.
Pada zaman itu, banyak bangsa menyembah berbagai dewa dan berhala yang dibuat tangan manusia. Penulis ingin menegaskan bahwa Allah yang sejati dan kekal tidak dapat dibandingkan dengan dewa-dewa yang diciptakan manusia. Allah adalah sumber segala kekuatan dan kebijaksanaan yang tidak terbatas.
Perikop ini juga memberikan harapan dan penghiburan kepada umat Allah. Dalam situasi kelelahan, ketidakpastian, atau kesulitan, penulis ingin menyampaikan bahwa Allah adalah sumber kekuatan yang dapat memberikan bantuan dan pertolongan kepada umat-Nya. Pesan ini dirancang untuk menguatkan iman dan keyakinan umat Allah dalam menghadapi cobaan dan tantangan. Allah dinyatakan sebagai Pemberi kekuatan kepada yang lemah. Dalam perikop ini dijelaskan bahwa Allah memberikan kekuatan dan daya tahan kepada mereka yang mengandalkan-Nya, bahkan dalam kelemahan dan keterbatasan manusia. Dengan menyatakan bahwa "TUHAN adalah Allah yang kekal," penulis Yesaya ingin menegaskan keunggulan dan kebesaran Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara semesta alam serta sumber kekuatan dan penghiburan bagi umat-Nya. Pernyataan ini membangun dasar bagi keyakinan bahwa Allah adalah kekuatan yang dapat diandalkan dan abadi.
Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang telah dilakukan Allah bagi umat Israel sehingga Ia disebut "ALLAH yang Kekal"? Ada beberapa hal yang dilakukan Allah kepada bangsa Israel, yakni:
Pertama, penghiburan melalui pemahaman akan Keagungan Allah (ay. 21-22). Yesaya menggambarkan keagungan dan kebesaran Allah sebagai Pencipta semesta alam. Melalui pemahaman akan keagungan-Nya, umat Israel diingatkan akan kekuasaan dan kekekalan Allah yang melebihi segala sesuatu. Makna dari "Penghiburan melalui pemahaman akan Keagungan Allah" dapat dipahami sebagai berikut:
Ø Pemahaman akan Kekekalan Allah: Pernyataan ini menyoroti sifat kekal dan abadi Allah. Dengan mengetahui bahwa TUHAN adalah Allah yang kekal, umat dapat menemukan penghiburan karena keberadaan-Nya tidak terbatas oleh waktu. Allah adalah Pencipta yang telah ada sejak awal dan akan tetap ada selamanya.
Ø Pengenalan atas Keagungan Penciptaan: Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan dan memahami keagungan Allah melalui karya ciptaan-Nya. Allah menciptakan ujung bumi, yang menunjukkan kebesaran-Nya sebagai Pencipta semesta alam. Pemahaman ini dapat memberikan penghiburan dan kepastian bahwa Allah memiliki kendali mutlak atas seluruh ciptaan-Nya.
Ø Kekuasaan Tanpa Batas: Pernyataan ini juga menegaskan bahwa Allah tidak lelah atau keletihan. Dalam pemahaman ini, kita menyadari bahwa Allah memiliki kekuatan dan kebijaksanaan yang tak terbatas. Kekuasaan-Nya yang abadi menjadi sumber penghiburan bagi umat-Nya, karena mereka tahu bahwa mereka dapat bergantung pada Allah yang memiliki kekuatan tanpa batas.
Ø Hikmat Allah yang Tak Terduga: Ayat ini menutup dengan menyatakan bahwa hikmat Allah tidak dapat diselidiki. Ini mengajak kita untuk merendahkan diri di hadapan hikmat dan pemahaman Allah yang melebihi akal manusia. Pemahaman akan keagungan Allah dan pengakuan bahwa hikmat-Nya tidak dapat dipahami sepenuhnya dapat memberikan penghiburan, karena kita percaya pada rencana dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna.
Dengan demikian, "Penghiburan melalui pemahaman akan Keagungan Allah" mengajak kita untuk mencari penghiburan dan kepastian dalam pemahaman akan sifat-sifat Allah yang kekal, kuasa-Nya yang tidak terbatas, dan hikmat-Nya yang luar biasa. Ini adalah panggilan untuk percaya sepenuhnya pada Allah dalam segala keadaan, menemukan penghiburan dalam kebesaran dan keagungan-Nya yang tidak terbandingkan.
Kedua, pemberian Kekuatan dan Pertolongan (ay. 29). Allah dinyatakan sebagai sumber kekuatan bagi yang lemah. Dalam kelemahan dan keterbatasan umat-Nya, Allah menawarkan kekuatan, pertolongan, dan perlindungan. Ini dapat dianggap sebagai respons atas keadaan sulit yang dihadapi oleh umat Israel. Ayat ini menyampaikan bahwa Allah adalah Pemberi kekuatan, dan Ia memberikan kekuatan kepada mereka yang merasa lelah dan lemah. Pemahaman ini memberikan penghiburan dan harapan bahwa Allah mendukung dan memberikan energi kepada mereka yang merasa tidak berdaya.
Ketiga, Allah memberikan kekuatan bagi orang yang menanti-nantikan-Nya (ay. 31). Makna dari ayat ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Ø Orang-orang yang Menanti-nantikan TUHAN: Ayat ini memberikan gambaran orang-orang yang dengan kesabaran dan keyakinan menantikan kedatangan dan pertolongan dari TUHAN. Mereka bukan hanya menunggu secara pasif, tetapi mereka menanti-nantikan dengan harapan dan kepercayaan penuh kepada Allah.
Ø Pemberian Kekuatan Baru: Allah menjanjikan memberikan kekuatan baru bagi mereka yang menanti-nantikan-Nya. Kekuatan ini tidak bersumber dari usaha manusia sendiri, tetapi dari pertolongan dan berkat Allah yang memberikan kekuatan segar untuk menghadapi tantangan dan kelelahan hidup.
Ø Perumpamaan Burung Elang: Perumpamaan ini menggambarkan kebebasan dan ketinggian yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang menanti-nantikan-Nya. Burung elang merupakan simbol kekuatan dan kemampuan untuk naik ke tempat-tempat yang tinggi, menciptakan gambaran tentang keleluasaan dan kemuliaan yang diberikan Allah kepada umat-Nya.
Ø Berlari dan Berjalan tanpa Kelesuan atau Kelelahan: Orang-orang yang mempercayai TUHAN dan menanti-nantikan-Nya akan diberikan kekuatan untuk menghadapi perjalanan hidup dengan daya tahan yang luar biasa. Mereka dapat berlari dan berjalan tanpa menjadi lesu atau lelah, menunjukkan bahwa kekuatan yang diberikan Allah melampaui batas kemanusiaan.
Makna dari ayat ini menyiratkan penghiburan dan harapan bagi umat Allah. Mereka yang menantikan TUHAN tidak hanya menunggu dengan keyakinan bahwa Allah akan datang, tetapi juga mendapatkan kekuatan dan kekuasaan baru untuk mengatasi berbagai cobaan dan tantangan hidup. Pernyataan ini membangun keyakinan bahwa Allah adalah sumber kekuatan yang dapat diandalkan bagi mereka yang berpegang pada-Nya dengan penuh harapan.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan pada Minggu Sexagesima ini? Ada beberapa hal yang hendak kita renungkan dalam Minggu ini, yakni:
Pertama, Kekuasaan dan Kebesaran Allah. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Allah tidak terbatas oleh waktu atau ruang. Dia adalah Pencipta yang kekal, yang memiliki kekuasaan dan kebijaksanaan tanpa batas. Mengingat kebesaran Allah dapat merangsang rasa kagum dan takjub terhadap-Nya.
Kedua, Allah tidak sebanding dengan Dewa-dewa palsu. Dalam konteks Yesaya, pernyataan ini juga dapat diartikan sebagai perbandingan dengan dewa-dewa palsu atau kekuatan-kekuatan yang disembah oleh bangsa-bangsa pada zaman itu. Allah tidak dapat dibandingkan dengan ciptaan manusia atau dewa-dewa yang diciptakan tangan manusia.
Ketiga, Allah sumber kekuatan untuk yang orang yang lemah. Allah adalah sumber kekuatan bagi yang lemah. Pernyataan ini menekankan bahwa tidak peduli seberapa lemah atau terpuruknya seseorang, Allah memberikan kekuatan dan daya tahan. Ini adalah panggilan untuk bergantung pada-Nya dalam kelemahan kita sendiri. Karena itu, kotbah Minggu ini mengajak kita untuk merenungkan tentang kebesaran dan kekuasaan Allah, serta untuk menempatkan harapan dan kepercayaan kita sepenuhnya pada-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN