Selasa, 12 April 2022

Renungan hari ini: “INGATLAH AKAN UMATMU” (Mazmur 74:2)


 Renungan hari ini:

 

“INGATLAH AKAN UMATMU”



 

Mazmur 74:2 (TB) "Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami."

 

Psalms 74:2 (NET) "Remember your people whom you acquired in ancient times, whom you rescued so they could be your very own nation, as well as Mount Zion, where you dwell"

 

“Ingatlah akan umat-Mu” menjadi seruan pemazmur kepada TUHAN. Umat yang mana? Tentu umat yang telah diperoleh TUHAN sejak zaman purbakala, yang ditebus-Nya menjadi milik-Nya. Pastilah TUHAN ingat akan umat tebusan-Nya. Yang menjadi persoalan adalah umat-Nya yang sering melupakan TUHAN Sang Pencipta dan Penebusnya.

 

Hari ini adalah hari terakhir Mingu Sengsara Yesus. Dalam tradisi Kristen, Minggu sengsara Yesus ini dimulai dari Rabu Abu. Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra Paskah (Lent). Lent adalah masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri bagi Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita. 

 

Biasanya pada Rabu Abu, umat yang datang ke gereja diberi tanda salib dari abu di dahinya sebagai simbol untuk mengingatkan pada ritual Israel kuno ketika seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan. Abu yang dipergunakan berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma setahun sebelumnya, dan telah dibakar.

 

Sejak lama, bahkan berabad-abad sebelum Kristus, abu telah menjadi tanda tobat. Misalnya, dalam Kitab Yunus dan Kitab Ester. Ketika Raja Niniwe mendengar nubuat Yunus bahwa Niniwe akan ditunggangbalikkan, maka turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (Yun. 3:6). Dan ketika Ester menerima kabar dari Mordekhai, anak dari saudara ayahnya, bahwa ia harus menghadap raja untuk menyelamatkan bangsanya, Ester menaburi kepalanya dengan abu (Est. 4:13). Di dalam Mazmur 102:10, penyesalan juga digambarkan dengan “memakan abu”: “Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan.”

 

Rabu Abu sebagai hari untuk mengingat kefanaan dan keterbatasan manusia. Tanda abu pada dahi mendorong umat untuk bertobat, sekaligus sebagai tanda akan ketidakabadian dunia dan tanda bahwa satu-satunya keselamatan ialah dari Tuhan, Allah kita. Pada hari tersebut, umat Kristen yang berusia 18-59 tahun diwajibkan berpuasa, dengan batasan makan kenyang paling banyak satu kali, dan berpantang.

 

Kita melaksanakan puasa karena sesungguhnya puasa dipakai oleh Tuhan untuk melatih rohani kita agar spiritualitas kita semakin terbuka untuk menghayati pertobatan sebagai sikap hidup. Pertobatan yang dimaksud adalah agar kehidupan kita makin berkenan di hati Tuhan dan setia memelihara kekudusan hidup. Itulah sebabnya makna pertobatan bukan terletak pada upacara lahiriah dan kebiasaan keagamaan, melainkan pada pertobatan hati. Yoel 2:13 berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu”. Jadi yang dikehendaki oleh Tuhan dalam ibadah puasa adalah “hati yang mau dikoyakkan” sehingga kita dengan sungguh-sungguh menyesali semua kesalahan dan dosa kita. Kita diajak untuk mengalami kasih dan pengampunan Allah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebab Yahweh adalah Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya (ay. 13b).

 

Sejak Rabu Abu hingga Kamis Putih, umat Kristen diajak berpuasa, berkorban, dan bertobat. Biasanya orang Kristen pada masa ini ikut menderita dengan mengurangi mengkonsumsi makan dan menyisihkannya untuk diberikan kepada orang yang fakir miskin. Minggu sengsara Yesus ini hendak mengajarkan bahwa Yesus telah memberikan nyawanya bagi penebusan dosa kita, masa kita tidak mampu menderita dengan berkorban demi orang yang mengalami kekurangan. Intinya adalah kita belajar berkorban dengan cara puasa agar kita menolong orang yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. 

 

Besok kita akan merayakan Kamis Putih. Perayaan Kamis Putih ini seluruh korban yang kita sisihkan dari pengurangan konsumsi makanan kita dikumpulkan kepada Majelis Gereja dan selanjutnya akan diberikan kepada orang-orang yang sangat berkekurangan agar mereka merasakan kasih Kristus pada masa Jumat Agung dan Paskah. Pada malam Kamis Putih inilah kita merayakan Jamuan Kasih dari TUHAN yang dilambangkan dengan Perjamuan Kudus.

 

Ingatlah akan umat-Mu ya TUHAN, ternyata telah terbukti dengan matinya Yesus di kayu Salib di Golgota. TUHAN mengingat umat-Nya yang berdosa dan mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal sebagai tebusan atas dosa manusia, agar manusia beroleh hidup yang kekal. Karena itu, puji dan mahsyurkanlah TUHAN atas segala kebaikan-Nya bagi kita. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...