Jumat, 23 Desember 2022

OTBAH MALAM NATAL Sabtu, 24 Desember 2022 “RAJA DAMAI TELAH LAHIR” (Mikha 5:1-4)

 KOTBAH MALAM NATAL 

Sabtu, 24 Desember 2022

 

RAJA DAMAI TELAH LAHIR

Kotbah: Mikha 5:1-4  Bacaan: Kisah 13:21-25


 

 

Malam ini kita merayakan Malam Natal tat kala Yesus lahir di kandang domba di Betlehem. Ada banyak kenangan dan inspirasi atas peristiwa ini bagi kita sekarang. Peringatan ini tidak berlalu begitu saja tetapi harus membawa makna bagi kita sekarang. Dalam Malam Natal ini akan membahas tema “RAJA DAMAI TELAH LAHIR”. Kelahiran Raja Damai itu telah dinubuatkan nami Mikha. Dalam Mikha 5, dituliskan bahwa Allah akan membangkitkan seorang dari Betlehem Efrata yang akan memerintah Israel, ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan Tuhan, dalam kemegahan nama Tuhan Allahnya (ay. 3). Tidak hanya itu, orang ini dinubuatkan akan menjadi damai sejahtera (ay. 4). Kata damai sejahtera yang digunakan adalah shalom. Kata ini memiliki arti yang lebih luas dari sekedar kata damai. Shalom dalam bahasa Ibrani berarti utuh, sempurna, kebaikan, kesejahteraan, ketenangan. Shalom sendiri dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan berkat Tuhan (Bil. 6:26).

 

Seruan Mikha yang dituliskan dalam kitab Mikha ditujukan kepada Samaria dan Yerusalem. Salah satu masalah besar yang terdapat di Yerusalem secara khusus pada waktu itu adalah para pemimpin Israel yang menindas umat dan hadirnya nabi palsu yang menyesatkan umat. Dalam Mikha 3:1-2, dituliskan bagaimana para pemimpin kaum Israel membenci kebaikan dan mencintai kejahatan, mereka menindas umat Israel dan perbuatan-perbuatan mereka adalah jahat (3:4).

 

Mengapa Raja Damai perlu dinubuatkan nabi Mikha kala itu? Alasan utamanya adalah karena orang Israel merasakan hilangnya Shalom itu dalam kehidupan mereka. Mereka tidak berlaku adil dan membengkokkan segala yang lurus serta memutuskan hukum karena suap (3:9-11). Kondisi pemimpin bangsa yang demikian tentu mengakibatkan ketidakadilan merajalela dan kejahatan bertumbuh subur. Hal ini tentu berdampak besar bagi umat pada saat itu. Salah satu dampaknya tentu adalah hilangnya shalom di tengah-tengah bangsa Israel. Tidak lagi dirasakan berkat Tuhan berupa ketenangan, kesejahteraan dan kebaikan dalam kehidupan bangsa Israel.

 

Kondisi Israel diperparah dengan hadirnya nabi palsu yang menawarkan kedamaian yang semu. Dalam Mikha 3:5 dituliskan bagaimana para nabi ini menyesatkan umat dan menyerukan damai jikalau mereka mendapatkan sesuatu, tapi menyerukan perang jikalau mereka tidak mendapatkan sesuatu. Umat Israel bukan hanya tidak mendapatkan kedamaian dari pemimpin bangsa mereka, tapi juga dari para pemimpin agama mereka. Dalam kondisi Israel yang demikianlah nubuat tentang kelahiran seorang pemimpin yang akan menjadi damai sejahtera dinyatakan.

 

Ditengah situasi demikian, nabi Mikha memberikan sebuah Pengharapan. Pengharapan bahwa Allah tidak tinggal diam. Pengharapan akan janji Tuhan memulihkan kondisi umat melalui seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang akan menjadi damai sejahtera karena mengalahkan musuh Israel, dan menyelamatkan serta membebaskan Israel dari penindasan.

 

Nubuat dalam kitab Mikha ini adalah janji Allah bukan hanya bagi Israel pada masa itu tapi juga bagi umat manusia yang digenapi dalam kelahiran Yesus Kristus. Kepada umat Israel pada masa Mikha Allah membangkitkan seorang pemimpin yang memberikan kepada Israel damai sejahtera, yakni kalahnya musuh Israel dan selamatnya Israel dari penindasan. Kepada umat-Nya di masa kini, Allah melalui Yesus Kristus memberikan sebuah damai sejahtera yang bersifat kekal, yakni damai dengan Allah.

 

Manusia berdosa sesungguhnya adalah musuh Allah. Dosa membuat manusia memusuhi Allah dan putus hubungan dengan Allah. Manusia berdosa seharusnya dihukum oleh Allah. Akan tetapi, melalui kematian-Nya, Yesus Kristus mendamaikan kita dengan Allah (Rm. 5:10). Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman dalam darah-Nya (Rm. 3:25). Melalui pengorbanan Yesus, Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia berdosa. Melalui kelahiran-Nya dalam dunia ini, manusia mendapatkan kesempatan untuk mengalami damai dengan Allah. Tidak ada lagi ketakutan akan penghakiman dan penghukuman.

 

Kelahiran Yesus tidak hanya mendamaikan manusia dengan Allah, tapi juga memberikan kedamaian bagi manusia terlepas dari apapun kondisi manusia. Damai yang tidak diperoleh dari luar, tetapi damai yang berasal dari dalam hati yang percaya kepada Yesus. Damai sejahtera yang Dia berikan tidaklah seperti yang diberikan oleh dunia (Yoh. 14:27).

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang dibawa Raja Damai yang telah Lahir itu bagi kita? Ada beberapa hal yang dibawa oleh Raja Damai itu bagi kita, yakni:

 

Pertama, Raja Damai itu membawa Kedamaian Sejati. Menurut dunia, ide tentang damai seringkali dikaitkan dengan kalahnya kejahatan, berhentinya perang, tidak adanya konflik, perselisihan bahkan ketiadaan masalah yang dianggap dapat memberikan rasa tenang dan tenteram dalam hati. Tentu, kalahnya musuh, hilangnya kejahatan, terciptanya keamanan, ketenangan dan kesejahteraan adalah sebuah konsep kedamaian yang sangat diharapkan.

 

Namun, pada kenyataannya, dalam hidup manusia, ada kalanya kondisi yang damai – tidak adanya perang, konflik ataupun masalah – tidak dapat memberikan rasa tenang dan tenteram (damai) yang sejati di dalam hati. Meski tidak ada masalah, namun ketakutan dan kekuatiran akan kehidupan seringkali dapat menghilangkan kedamaian dalam hati. Meski tidak ada konflik ataupun perselisihan dengan sesama, namun kelemahan karakter dan keakuan manusia seringkali melahirkan kebencian dan iri hati yang menghilangkan rasa damai dalam hati seseorang.

 

Damai yang diberikan oleh Yesus, bukan hanya damai yang lahir karena masalah, penderitaan dan kejahatan hilang dari muka bumi, tapi juga damai yang tetap lahir meski situasi sulit. Hal ini terlihat dalam kondisi dunia saat Yesus lahir. Masa saat Yesus lahir dalam dunia ini adalah masa dimana umat Allah juga tidak mengalami kedamaian. Roma menindas umat dengan pajak yang sangat tinggi, bahkan para pemimpin agama yang seharusnya memberikan penghiburan dan penguatan bagi umat justru membebankan umat dengan hukum-hukum buatan mereka.

 

Kelahiran Yesus tidak serta merta menghilangkan penderitaan umat. Umat masih mengalami penindasan dari berbagai pihak. Namun demikian, kelahiran Yesus yang adalah Imanuel, memberikan sebuah kepastian akan kehadiran Allah di tengah-tengah penderitaan yang dialami oleh umat. Kepastian akan kehadiran Allah yang menghibur, memelihara serta menguatkan umat yang tertindas. Kepastian bahwa Allah tidak tinggal diam tapi bertindak untuk memulihkan kondisi umatNya.

 

Yesus menawarkan damai sejahtera yang kekal, yang berbeda dari apa yang ditawarkan oleh dunia. Damai yang Yesus tawarkan memberikan sebuah kepastian, jaminan bahwa meskipun masalah datang silih berganti, keadilan dan kejahatan merajalela, musuh tetap ada, perang tetap bergolak, namun ada Dia yang senantiasa hadir beserta kita. Allah hadir dalam masa terburuk manusia, keyakinan akan kehadiranNya yang tidak tinggal diam, kehadiranNya yang bekerja mendatangkan kebaikan memberikan damai dalam hati kita.

 

Kedua, Raja Damai itu akan mendamaikan kita dengan Allah Bapa. Kedatangan Raja Damai itu akan mendamaikan kita dengan Allah. Paulus menyatakan, ”Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu (Ef. 2:13-16). Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus (Rm. 5:1). Damai sejahtera dengan Allah inilah yang paling penting untuk kita miliki. Jika seseorang belum berdamai dengan Allah, maka dia tidak akan mengalami damai sejahtera itu dalam hidupnya. walaupun seseorang berlimpah materi, dan memilikis egala sesuatu, dia tidak akan ada damai sebelum berdamai dengan Allah. Measia yang dinubuatkan ini, telah datang dan mendamikan manusia dengan Allah sehingga kita saat ini dapat memiliki kehidupan yang damai. Kalau sudah berdamai dengan Allah, maka akan merasakan damai sejahtera Allah walaupun berada dalam keadaan susah, sakit.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan pada Malam Natal ini?

 

Pertama, Raja Damai itu akan mendatangkan sukacita, kegembiraan dalam hubungan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Dari dalam hati, pikiran, dan tingkah laku kita akan mengalir dan memancar sukacita dan kegembiraan, yang dapat menular kepada orang lain. Sukacita yang ada di dalam diri kita memberikan dampak yang luar biasa karena orang-orang yang berada di sekitar kita dapat turut merasakannya. Silakan Anda mencoba bangun pagi besok dengan muka muram, sinis, dan menunjukkan kemarahan, maka orang yang kita temui juga akan memberikan respons yang sama. Berbeda bila setelah bangun pagi, kita menunjukkan sikap yang ramah, wajah penuh senyum, dan pandangan mata yang hangat dan penuh kasih. Pasti orang yang melihat kita akan menyapa dengan senyum dan keramahan.

 

Kedua, Raja Damai itu akan memberikan semangat hidup dan semangat kerja yang tinggi. Jika orang-orang di sekitar kita bertampang cemberut, memiliki sorot mata yang penuh curiga, dan tidak ada rasa saling percaya, maka suasana seperti ini akan membuat kita tidak betah. Berbeda bila lingkungan kerja kita penuh dengan sukacita, kita akan senang dan rindu untuk bekerja. Paulus mengatakan bahwa Allah itu sumber damai sejahtera. Allah itulah yang menyertai kita! Dalam terjemahan lain dikatakan, “My peace I give unto you!” (Damai sejahtera itu Aku berikan kepadamu!). Allah tahu kebutuhan mendasar kita, yakni damai sejahtera! Jalanilah hidup ini bersama Allah dengan damai sejahtera-Nya. 

 

Ketiga, Raja Damai itu melampaui segala keraguan, ketidaklayakan, dan permasalahan hidup kita. Karena itu berdamailah dengan segala keraguan, rasa tidak layak dalam diri, ataupun masalah yang kita hadapi. Sebab Allah mengasihi kita lebih dari segala kesalahan masa lalu maupun segala masalah yang kita alami. Karena itu setiap kali hati kita dihakimi oleh kesalahan masa lalu atau ketika jiwa kita diancam oleh masalah yang sedang kita hadapi. Karena itu, terimalah kehadiran Raja Dam aitu di dalam hidup kita, keluarga, dan Gereja kita agar kita mampu merasakan ketenangan, dan kedamaian selalu walau situasi kita masih tetap sulit dan menderita. (rsnh)

 

Selamat Malam Natal 24 Desember 2022 bagi kita semua!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...