Selasa, 30 April 2024

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

 Renungan hari ini: 

 

“PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”


 

Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri penahbisan patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu" 

 

Daniel 3:3 (NET) "So the satraps, prefects, governors, counselors, treasurers, judges, magistrates, and all the other provincial authorities assembled for the dedication of the statue that King Nebuchadnezzar had erected. They were standing in front of the statue that Nebuchadnezzar had erected"

 

Nas hari ini mengajarkan tentang pentingnya kepatuhan kepada Allah dalam menghadapi tekanan dari dunia. Dalam teks ini, kita melihat bagaimana Nebukadnezar, seorang raja yang kuat, mengeluarkan perintah untuk semua orang menghadiri upacara penyembahan patung yang dia bangun. Para pejabat dan pemimpin dari berbagai bidang diundang untuk hadir, dan tekanan sosial yang besar ditempatkan pada mereka untuk tunduk kepada perintah raja.

 

Namun, ketika datang pada saat untuk tunduk kepada perintah raja atau memilih setia kepada Allah, tiga pemuda Yahudi—Shadrakh, Meshakh, dan Abednego—memilih untuk tetap setia kepada iman mereka.Mereka menolak menyembah patung yang telah didirikan oleh Nebukadnezar, meskipun itu berarti menghadapi konsekuensi berat, seperti dijatuhkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.

 

Nas ini mengajarkan kepada kita pentingnya untuk memilih setia kepada Allah bahkan di tengah tekanan yang besar dari dunia di sekitar kita. Terkadang, kita mungkin dihadapkan pada situasi di mana norma-norma dunia bertentangan dengan prinsip-prinsip iman kita. Namun, seperti yang diajarkan oleh Shadrakh, Meshakh, dan Abednego, ketika kita memilih setia kepada Allah, Dia akan menyertai kita bahkan di tengah-tengah api yang menyala-nyala. Keberanian dan kepatuhan mereka kepada Allah menginspirasi kita untuk tidak kompromi dengan kebenaran, bahkan ketika tekanan sosial atau bahaya mengancam.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Dari nas hari ini, kita dapat merenungkan beberapa hal:

 

Pertama, kekuatan dan pengaruh pemimpin. Teks ini mencatat bagaimana para pemimpin dan pejabat yang berkuasa berkumpul atas perintah Nebukadnezar. Ini menunjukkan pengaruh besar yang dimiliki seorang pemimpin terhadap orang-orang di sekitarnya. Seorang pemimpin yang kuat dapat memobilisasi orang-orang untuk mengikuti kehendaknya, baik itu baik atau buruk. Kekuatan kepemimpinan ini menekankan tanggung jawab besar yang dimiliki oleh pemimpin terhadap keadilan dan kebenaran.

 

Kedua, pengaruh budaya dan norma. Undangan Nebukadnezar kepada para pemimpin dan pejabat untuk menghadiri upacara penyembahan patung mencerminkan pengaruh kuat budaya dan norma dalam masyarakat. Meskipun sebagian besar dari mereka mungkin menyadari bahwa tindakan itu bertentangan dengan iman mereka, tekanan sosial dan budaya membuat banyak dari mereka tunduk pada kehendak raja.Ini menyoroti tantangan yang dihadapi orang-orang dalam mempertahankan iman mereka dalam konteks budaya yang mengancam.

 

Ketiga, pilihan moral dan ketaatan kepada Tuhan. Meskipun semua pemimpin berkumpul untuk menghadiri upacara penyembahan patung, tidak semua dari mereka memilih untuk menundukkan diri kepada perintah Nebukadnezar. Beberapa di antaranya mungkin dengan diam-diam menentangnya atau merasa tidak nyaman dengan perintah tersebut. Ini menyoroti pentingnya pilihan moral dan ketaatan kepada Tuhan, bahkan ketika kita dihadapkan pada tekanan dari budaya atau pemimpin.

 

Dalam konteks ini, kita sebagai pembaca dapat merenungkan bagaimana kita merespons tekanan budaya dan norma yang bertentangan dengan iman kita. Kita dipanggil untuk tetap setia kepada prinsip-prinsip kebenaran dan iman, bahkan jika itu berarti berdiri sendiri atau menghadapi tekanan dari orang lain. Karena itu, dalam menghadapi tekanan budaya dan norma dunia ini kita harus memiliki keberanian dan kepatuhan kepada Tuhan dan jangan kompromi dengan dunia ini.

 

Selamat memasuki Mei 2024 dan teruslah berkarya untuk TUHAN

Senin, 29 April 2024

Renungan hari ini: “MENGALAMI KEHADIRAN YESUS KRISTUS SECARA PRIBADI” (Lukas 24:32)

 Renungan hari ini:

 

“MENGALAMI KEHADIRAN YESUS KRISTUS SECARA PRIBADI”


 

Lukas 24:32 (TB2) Kata mereka seorang kepada yang lain, "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"

 

Luke 24:32 (NET) They said to each other, “Didn’t our hearts burn within us while he was speaking with us on the road, while he was explaining the scriptures to us?”

 

Nas hari ini mengajak kita untuk mengalami kehadiran Yesus Kristus secara pribadi.  Ketika Yesus berbicara dengan dua murid di jalan ke Emaus, hati mereka terbakar oleh kebenaran-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa iman Kristen bukanlah hanya tentang doktrin atau ritual, tetapi juga tentang hubungan hidup dengan Yesus Kristus. Ketika kita mengalami pertemuan pribadi dengan-Nya melalui doa, Alkitab, dan komunitas, hati kita pun terbakar oleh cahaya-Nya yang memenuhi hidup kita.

 

Pertemuan dengan Yesus tidak selalu terjadi di tempat yang diharapkan atau pada waktu yang tepat. Kadang-kadang, kita menemui-Nya di tengah-tengah perjalanan hidup kita, di saat-saat di mana kita mungkin merasa paling kebingungan atau putus asa. Tetapi justru di saat itulah, Dia muncul untuk menuntun kita dengan kasih-Nya yang penuh pengertian.

 

Ketika Yesus menjelaskan Kitab Suci kepada dua murid, Dia membuka mata dan hati mereka untuk memahami kebenaran ilahi. Ini mengajarkan kita pentingnya memahami Firman Tuhan dalam konteks-Nya yang lebih luas dan dalam terang Roh Kudus. Ketika kita membaca Alkitab dengan pikiran terbuka dan hati yang rendah, Roh Kudus memperdalam pemahaman kita tentang kehendak dan rencana-Nya bagi hidup kita.

 

Renungan ini mengajak kita untuk mengalami kehadiran Yesus Kristus secara pribadi, tidak hanya sebagai tokoh sejarah atau konsep teologis, tetapi sebagai Tuhan yang hidup yang berbicara dengan kita, bahkan di tengah-tengah perjalanan hidup kita yang paling sulit sekalipun. Dalam pertemuan itu, hati kita akan berkobar-kobar oleh kasih-Nya yang tak terbatas dan pengetahuan-Nya yang mendalam, membawa terang dan harapan dalam setiap langkah kita.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Dari nas hari ini, kita dapat merenungkan beberapa hal yang penting:

 

Pertama, pertemuan dengan Yesus di tengah jalan. Pertemuan yang dialami oleh dua murid di jalan ke Emaus mengingatkan kita bahwa Yesus sering kali muncul di tengah-tengah perjalanan hidup kita yang biasa. Dia tidak hanya hadir di dalam gereja atau saat kita sedang berdoa, tetapi juga di saat-saat sehari-hari, di tempat-tempat yang mungkin tidak kita duga. Renungkanlah tentang bagaimana Yesus hadir dalam setiap langkah perjalanan hidup kita, bahkan di tengah-tengah kebingungan dan ketidakpastian.

 

Kedua, pengaruh pembicaraan dengan Yesus. Ketika dua murid itu mengatakan bahwa hati mereka "berkobar-kobar" ketika Yesus berbicara dengan mereka, itu menunjukkan bahwa pertemuan dengan-Nya memiliki kekuatan transformasional yang besar. Renungkanlah tentang bagaimana pembicaraan kita dengan Yesus, melalui doa, meditasi Alkitab, dan pengalaman rohani lainnya, dapat memengaruhi hati dan pikiran kita. Bagaimana kita dapat memperkuat hubungan kita dengan Yesus sehingga hati kita selalu terbakar oleh kasih-Nya?

 

Ketiga, penjelasan Kitab Suci oleh Yesus. Salah satu hal yang membuat hati dua murid itu berkobar-kobar adalah ketika Yesus menjelaskan Kitab Suci kepada mereka. Ini menunjukkan pentingnya pemahaman akan Firman Tuhan dalam kehidupan kita. Renungkanlah tentang bagaimana Yesus, melalui Roh Kudus, membuka pikiran kita untuk memahami kebenaran-Nya yang tersembunyi dalam Kitab Suci. Bagaimana kita dapat memperdalam pemahaman kita akan Firman Tuhan agar dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya? Karena itu, dari renungan ini, kita dapat dipanggil untuk memperkuat hubungan kita dengan Yesus, memahami Firman Tuhan dengan lebih baik, dan memperhatikan kehadiran-Nya dalam setiap aspek hidup kita. Semoga kita selalu siap untuk merespons ketika Yesus berbicara dengan kita di tengah jalan dan menerangkan Kitab Suci kepada kita. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Minggu, 28 April 2024

Renungan hari ini: “KERENDAHAN HATI DAN KEBIJAKSANAAN DALAM KEMENANGAN” (1 Raja-raja 20:11)

 Renungan hari ini:

 

“KERENDAHAN HATI DAN KEBIJAKSANAAN DALAM KEMENANGAN”


 

1 Raja-raja 20:11 (TB2) Tetapi, raja Israel menjawab, katanya: "Katakanlah! Orang yang baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkannya"

 

1 Kings 20:11 (NET) The king of Israel replied, “Tell him the one who puts on his battle gear should not boast like one who is taking it off"

 

Nas hari ini memberikan kita pelajaran yang mendalam tentang kerendahan hati dan kebijaksanaan dalam kemenangan. Dalam konteks ini, raja Israel mengingatkan kita bahwa kita tidak boleh memegahkan diri hanya karena kita telah mencapai kemenangan, terutama jika kemenangan itu belum sepenuhnya kita peroleh. Nas ini membawa kita pada pemahaman bahwa kemenangan bukanlah semata-mata hasil dari kekuatan atau kecakapan kita sendiri, tetapi adalah anugerah dari Tuhan. Kita harus selalu ingat bahwa setiap keberhasilan yang kita raih adalah karunia dari Allah, dan bukanlah alasan untuk membanggakan diri.

 

Ketika kita melihat keberhasilan atau kemajuan dalam hidup kita, baik dalam pekerjaan, hubungan, atau pelayanan, mari kita tetap merendahkan hati dan mengakui bahwa segala sesuatu yang baik datang dari Allah. Kita tidak boleh menyombongkan diri atau merasa lebih dari yang seharusnya, karena pada akhirnya, segala sesuatu berasal dari-Nya. Kerendahan hati membawa kita untuk terus bergantung pada Allah, mengakui bahwa kita adalah hamba yang lemah yang membutuhkan-Nya setiap saat. Mari kita belajar untuk tidak memegahkan diri seperti orang yang sudah menanggalkan pedang, tetapi tetap merendahkan hati, bersyukur, dan terus berserah kepada Allah dalam segala hal.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Nas hari ini memberikan beberapa hal untuk direnungkan, yakni:

 

Pertama, ayat ini mengajarkan kita untuk tidak meremehkan musuh atau situasi yang sulit. Kita tidak boleh menganggap enteng perjuangan atau menganggap diri kita lebih kuat dari yang seharusnya. Bahkan ketika kita baru saja meraih kemenangan, kita perlu ingat bahwa perjuangan belum berakhir. Ini mengingatkan kita untuk tetap waspada dan rendah hati.

 

Kedua, ayat ini juga menekankan pentingnya sikap rendah hati dalam segala hal. Sebagai orang percaya, kita diingatkan untuk tidak membanggakan diri atau menyombongkan diri ketika kita mencapai keberhasilan. Sebaliknya, kita harus mengakui bahwa setiap pencapaian adalah anugerah dari Tuhan dan bahwa kita tidak boleh berbangga atas kekuatan atau kemampuan kita sendiri.

 

Ketiga, pesan dari ayat ini juga mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain dengan hormat dan penghargaan. Ketika kita meraih kemenangan, kita tidak boleh merendahkan mereka yang mungkin sedang berjuang atau belum mencapai apa yang kita capai. Sebaliknya, kita harus bersikap rendah hati dan menginspirasi orang lain dengan kesetiaan kita kepada Tuhan. Karena itu, dengan renungan ini, kita diingatkan untuk tetap rendah hati, waspada, dan penuh kasih dalam setiap langkah hidup kita. Kemenangan bukanlah alasan untuk menyombongkan diri, tetapi panggilan untuk terus berserah kepada Tuhan dan melayani-Nya dengan penuh hati. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN

Sabtu, 27 April 2024

KOTBAH MINGGU KANTATE Minggu, 28 April 2024 “ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI NAMA-NYA” (Mazmur 22:26-32)

 KOTBAH MINGGU KANTATE

Minggu, 28 April 2024

 

“ORANG YANG MENCARI TUHAN AKAN MEMUJI NAMA-NYA”

Kotbah: Mazmur 22:26-32     Bacaan: Matius 15:8-20



Minggu ini kita akan memasuki Minggu Kantate, artinya nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan (Mzm. 98:1). Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Orang yang Mencari TUHAN akan Memuji Nama-Nya”. Kata-kata yang kita dengar dari Mazmur ini menggambarkan bagaimana seorang yang mencari Tuhan dengan setia. Mencari Tuhan bukanlah perjalanan yang berputus asa, tetapi sebuah perjalanan yang membawa harapan. Dalam ayat 26, Daud menyatakan bahwa "orang yang mencari Tuhan akan memuji-Nya." Ini mengisyaratkan bahwa ketika kita berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya, kita akan menemukan alasan untuk bersukacita dan memuji nama-Nya. Meskipun kita menghadapi cobaan dan kesulitan, kehadiran Tuhan dalam hidup kita memberikan harapan yang tak tergoyahkan.

 

Mencari Tuhan membawa pertolongan dan penyelamatan. Daud menegaskan dalam ayat 27 bahwa "Orang yang sengsara akan makan dan minum." Ketika kita merendahkan hati kita di hadapan Tuhan, Dia akan mengangkat kita dan memberikan pertolongan-Nya yang ajaib. Ketika kita mencari-Nya dengan setia, kita akan menemukan bahwa Dia adalah penolong yang setia dalam segala hal.

 

Mencari Tuhan, kita akan mengalami transformasi yang luar biasa. Ayat 28 menyatakan bahwa "segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menymbah di hadapan-Mu." Ketika kita hidup dalam hubungan yang intim dengan Tuhan, kita tidak hanya diubah secara pribadi, tetapi pengaruh kita akan membawa berkat kepada generasi-generasi yang akan datang. Pengalaman kita dengan Tuhan akan menjadi saksi yang hidup bagi kuasa-Nya yang mengubah hati dan membawa pemulihan kepada bangsa-bangsa.

 

Akhirnya, dalam mencari Tuhan, kita akan memuji dan menyembah nama-Nya untuk selama-lamanya. Daud menegaskan dalam ayat 31 bahwa "anak cucu akan beribadah kepada-Nya." Ketika kita menemukan kebesaran dan kasih setia Tuhan dalam hidup kita, kita tidak bisa membungkam kegembiraan kita. Kita dipanggil untuk membagikan kesaksian kita kepada generasi-generasi berikutnya, sehingga nama Tuhan akan dipuji dan dimuliakan di seluruh bumi.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa pemazmur mengajarkan bahwa orang yang mencari TUHAN akan memuji nama-Nya? Berdasarkan Mazmur 22:26-32 ini, kita menemukan beberapa alasan mengapa "Orang yang Mencari Tuhan Akan Memuji Nama-Nya":

 

Pertama, karena ada janji pertolongan Tuhan (ay. 27). Dalam ayat 27, disebutkan bahwa "orang yang mencari Tuhan akan mendapatkan makan dan kenyang bahkan hatinya akan bersukacita senantiasa." Ini menunjukkan janji Tuhan untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang sungguh-sungguh mencari Dia. Ketika seseorang mencari Tuhan dengan setia, mereka akan menemukan bahwa Dia adalah sumber kekuatan dan pertolongan dalam segala keadaan.

 

Kedua, karena pengalaman Kasih dan Kebesaran Tuhan (28-29). Daud menggambarkan dalam ayat 28-29 bagaimana orang-orang yang mencari Tuhan akan merasakan kasih-Nya yang luar biasa. Mereka akan mengalami perubahan dalam kehidupan mereka dan merasakan kebesaran Tuhan dalam cara yang luar biasa. Pengalaman pribadi dengan Tuhan akan membangkitkan dalam diri kita rasa syukur dan kekaguman yang mendalam, sehingga kita tidak bisa tidak memuji nama-Nya.

 

Ketiga, karena terjadi transformasi hati dan hidup (ay. 30). Ayat 30 menyatakan bahwa "semua orang sombong di bumi akan berlutut di hadapan-Nya." Ini menunjukkan bahwa pencarian akan Tuhan membawa transformasi yang luar biasa dalam hidup seseorang. Ketika kita mencari Tuhan dengan setia, hati dan hidup kita akan diubah sedemikian rupa sehingga kita menjadi saksi hidup bagi kuasa-Nya yang mengubah.

 

Keempat, karena terjadi kesaksian yang tak terbendung (ay. 31). Dalam ayat 31, Daud menyatakan bahwa "anak cucu akan beribadah kepadanya, dan kepada keturunan yang akan datang diceritakan tentang TUHAN." Orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan akan memiliki kesaksian yang tak terbendung tentang karya Tuhan dalam hidup mereka. Mereka akan menjadi saksi yang hidup bagi kebaikan dan kasih setia Tuhan, sehingga nama-Nya dipuji dan dimuliakan di seluruh bumi. Dengan demikian, Mazmur 22:26-32 memberikan alasan yang kuat mengapa orang yang mencari Tuhan dengan setia akan memuji dan memuliakan nama-Nya.

 

RENUNGAN 

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Kantate ini? Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dalam merayakan Minggu Kantate ini, yakni:

 

Pertama, tugas mencari Tuhan merupakan tugas prioritas utama. Mazmur ini menegaskan bahwa mencari Tuhan harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Ketika kita mengalihkan perhatian dan fokus kita kepada pencarian Tuhan, kita akan menemukan kekuatan, pertolongan, dan transformasi yang kita butuhkan dalam hidup.

 

Kedua, janji pertolongan Tuhan yang tak terpatahkan. Kitab Mazmur mengandung banyak janji Tuhan untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang mencari-Nya dengan setia. Renungkanlah betapa Tuhan adalah setia dalam memenuhi janji-Nya kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencari-Nya.

 

Ketiga, milikilah pengalaman pribadi dengan Tuhan. Mazmur 22:26-32 menyoroti pentingnya pengalaman pribadi dengan Tuhan. Saat kita mencari Tuhan dengan setia, kita akan mengalami kasih dan kebesaran-Nya secara pribadi. Renungkanlah pengalaman-pengalaman khusus yang Tuhan telah berikan kepada Anda dalam pencarian-Nya.

 

Keempat, kita harus mengalami transformasi hati dan hidup. Pencarian akan Tuhan membawa transformasi yang luar biasa dalam hidup seseorang. Renungkanlah bagaimana Tuhan telah mengubah hati dan hidup Anda melalui pencarian yang sungguh-sungguh akan-Nya. Karena itu, dengan kotbah ini, kita dipanggil untuk mempertimbangkan kembali prioritas hidup kita, mempercayai janji-janji Tuhan, mengalami hubungan yang lebih dalam dengan-Nya, dan menjadi saksi hidup bagi kebaikan-Nya di tengah-tengah dunia yang penuh dengan tantangan. (rsnh) 

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Jumat, 26 April 2024

Renungan hari ini: “HUBUNGAN YANG KHUSUS ANTARA TUHAN DAN ISRAEL” (Yesaya 44:21)

 Renungan hari ini:

 

“HUBUNGAN YANG KHUSUS ANTARA TUHAN DAN ISRAEL”


 

Yesaya 44:21 (TB2) "Ingatlah semuanya ini, hai Yakub, sebab engkaulah hamba-Ku, hai Israel. Aku telah membentuk engkau, engkaulah hamba-Ku; hai Israel, engkau tidak Kulupakan"

 

Isaiah 44:21 (NET) "Remember these things, O Jacob, O Israel, for you are my servant. I formed you to be my servant; O Israel, I will not forget you!"

 

Nas hari ini berbicaran mengenai hubungan yang khusus antara Dia dan umat-Nya, Israel. Dalam kehidupan kita yang sibuk dan penuh dengan perubahan, mudah bagi kita untuk melupakan siapa kita sebenarnya dan siapa yang telah membentuk kita. Namun, di tengah kegelapan dan kebingungan, Tuhan mengajak kita untuk mengingat kembali identitas kita dalam-Nya. Kita adalah milik Tuhan. Seperti yang Dia sampaikan kepada Yakub dan Israel, kita juga adalah hamba Tuhan. Dia yang menciptakan kita dan membentuk kita sesuai dengan rencana-Nya yang sempurna. Kita bukanlah milik diri sendiri, tetapi milik-Nya sepenuhnya.

 

Meskipun kita mungkin lupa atau mengalihkan perhatian kita dari-Nya, Tuhan tidak pernah melupakan kita. Dia tetap setia dan penuh kasih, selalu siap untuk mengasihi dan membimbing kita kembali kepada-Nya. Nas ini memanggil kita untuk selalu mengingat kembali hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita merasa tersesat atau terpisah dari-Nya, ingatlah bahwa Dia selalu dekat dan siap untuk menerima kita kembali. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, kita dapat menemukan ketenangan dan kepastian dalam hubungan kita dengan Tuhan. Dia adalah dasar yang kokoh di tengah badai kehidupan.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Dari nas ini, terdapat beberapa hal yang dapat direnungkan:

 

Pertama, identitas dalam Tuhan. Tuhan mengingatkan Yakub dan Israel akan identitas mereka sebagai hamba-Nya. Hal ini mengingatkan kita bahwa identitas sejati kita adalah sebagai anak-anak Allah yang dipilih dan dicintai oleh-Nya. Ketika kita mengenali identitas kita dalam Tuhan, itu memberi makna dan arah bagi hidup kita.

 

Kedua, Penciptaan dan Pembentukan. Tuhan menyatakan bahwa Dia telah membentuk Yakub dan Israel. Ini menyoroti kedalaman kasih-Nya dan perhatian-Nya terhadap setiap detail hidup kita. Kita direncanakan dan dibentuk dengan sempurna oleh-Nya, dan kita memiliki nilai yang luar biasa di hadapan-Nya.

 

Ketiga, kesetiaan Tuhan. Meskipun manusia cenderung melupakan atau mengabaikan Tuhan, Tuhan tetap setia kepada umat-Nya. Pesan ini menggugah kita untuk mengenali kesetiaan Tuhan dalam hidup kita dan untuk bersyukur atas kasih-Nya yang tak berkesudahan.

 

Keempat, panggilan untuk mengingat TUHAN. Tuhan mengingatkan umat-Nya untuk mengingat kembali segala yang Dia telah lakukan bagi mereka. Hal ini memicu panggilan untuk refleksi dan pengakuan atas berkat-berkat yang telah diberikan Tuhan dalam hidup kita.

 

Renungan dari teks ini mengajak kita untuk lebih menghargai hubungan kita dengan Tuhan, mengenali identitas kita dalam-Nya, dan mengingat kembali perbuatan-Nya yang besar dalam hidup kita. Dengan memperkuat hubungan kita dengan Tuhan dan mengenali nilai sejati kita sebagai hamba-Nya, kita dapat hidup dengan penuh arti dan tujuan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Karena itu, mari kita merenungkan kesetiaan dan kasih Tuhan dalam hidup kita. Dalam mengingat identitas kita dalam-Nya, kita menemukan kedamaian dan kekuatan untuk melangkah maju dengan keyakinan yang kokoh. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Kamis, 25 April 2024

Renungan hari ini: “ANUGERAH ALLAH YANG BESAR TELAH MENYELAMATKAN SEMUA MANUSIA” (Titus 2:11)

 Renungan hari ini:

 

“ANUGERAH ALLAH YANG BESAR TELAH MENYELAMATKAN SEMUA MANUSIA”


 

Titus 2:11 (TB2) "Sebab, sudah nyatalah anugerah Allah yang menyelamatkan semua manusia"

 

Titus 2:11 (NET) "For the grace of God has appeared, bringing salvation to all people"

 

Dalam nas hari ini kita disajikan dengan kebenaran yang memukau: anugerah Allah yang besar telah menyelamatkan semua manusia. Kata-kata ini tidak hanya menyiratkan kebijaksanaan ilahi, tetapi juga menawarkan sebuah panggilan bagi kita sebagai pengikut Kristus. Nas ini mengingatkan kita akan kedahsyatan anugerah Allah. Anugerah itu sendiri adalah hadiah yang tidak dapat kita peroleh atau layakkan dengan cara apapun. Ini murni dan tak ternilai, datang dari Allah yang Maha Pengasih dan Maha Adil. Anugerah itu menjangkau semua manusia, tanpa memandang ras, budaya, atau latar belakang sosial. Ini adalah kasih yang universal yang dinyatakan dalam karya penyelamatan Kristus bagi semua umat manusia.

 

Nas ini juga menuntun kita untuk merenungkan tanggung jawab kita sebagai penerima anugerah. Sebagai mereka yang diselamatkan oleh kasih karunia Allah, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan standar-Nya. Kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kekudusan, menunjukkan kepada dunia buah dari transformasi yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam hidup kita. Hidup yang tercermin dalam kasih, kebaikan, kesabaran, dan pengampunan adalah tanggapan yang tepat atas anugerah yang telah kita terima.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Nas hari ini dapat memberikan beberapa hal yang perlu direnungkan, yakni:

 

Pertama, keselamatan untuk semua manusia. Kata-kata ini menyatakan secara jelas bahwa keselamatan yang ditawarkan Allah melalui Yesus Kristus bukanlah hak istimewa yang terbatas pada segelintir orang, tetapi ditujukan bagi semua manusia. Ini menunjukkan bahwa rahmat Allah terbuka bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang, kekayaan, status sosial, atau dosa-dosa masa lalu.

 

Kedua, panggilan untuk menerima Anugerah. Meskipun anugerah Allah telah tersedia bagi semua manusia, tetapi manusia perlu menerima dan meresponsnya dengan iman. Ini menegaskan pentingnya kesediaan manusia untuk menerima kasih karunia Allah dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya melalui iman dalam Kristus.

 

Ketiga, tanggapan hidup yang diinginkan. Kehadiran anugerah Allah yang menyelamatkan harus menciptakan perubahan dalam hidup kita. Sebagai penerima anugerah, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, menjalani hidup yang saleh dan kudus sebagai ungkapan syukur atas kasih karunia-Nya.

 

Keempat, Kabar Baik yang menginspirasi. Kesadaran akan anugerah Allah yang menyelamatkan adalah sumber kegembiraan dan penghiburan bagi umat Kristen. Ini adalah kabar baik yang membebaskan dan menginspirasi kita untuk hidup dalam kedamaian, sukacita, dan keberanian yang bersumber dari kekuatan Allah yang bekerja dalam hidup kita.

 

Akhirnya, dalam refleksi kita atas Titus 2:11, mari kita bersyukur untuk anugerah penyelamatan ini. Kita tidak berhak menerimanya, tetapi Allah memberikannya kepada kita dengan murah hati-Nya. Kita dipanggil untuk hidup sebagai saksi-saksi akan kebaikan-Nya, mengumumkan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada semua yang kita temui. Karena itu, renungan ini menjadi panggilan bagi kita untuk hidup dalam pengakuan akan anugerah Allah yang mengubah, dan untuk membagikan berkat ini dengan dunia di sekitar kita. Semoga kita semua dapat hidup sebagai cahaya dan garam, mencerminkan kasih karunia Allah kepada semua manusia. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Rabu, 24 April 2024

Renungan hari ini: “KEKUATAN HARAPAN YANG MENDALAM KEPADA TUHAN” (Mazmur 130:6)

 Renungan hari ini:

 

“KEKUATAN HARAPAN YANG MENDALAM KEPADA TUHAN”


 

Mazmur 130:6 (TB2) "Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, dari pada pengawal mengharapkan pagi"

 

Psalms 130:6 (NET) "I yearn for the Lord, more than watchmen do for the morning, yes, more than watchmen do for the morning"

 

Nas hari ini mengajarkan tentang kekuatan harapan yang mendalam kepada Tuhan. Ketika seseorang membandingkan harapannya kepada Tuhan dengan pengawal yang menantikan datangnya pagi, hal itu mencerminkan intensitas dan kestabilan keyakinan yang ada dalam hatinya. Pengawal yang menunggu fajar adalah gambaran dari ketekunan dan kesetiaan. Mereka berjaga di tengah kegelapan, menantikan kedatangan cahaya dan keamanan yang membawa pagi. Namun, Mazmur ini mengajarkan bahwa harapan kepada Tuhan jauh melampaui harapan yang ditempatkan pada hal-hal duniawi.

 

Jiwa yang mengharapkan Tuhan melebihi pengawal yang menantikan pagi adalah gambaran dari kebutuhan manusia akan Allah dalam hidupnya. Sebagaimana pagi membawa cahaya yang mengusir kegelapan, begitu pula kehadiran Tuhan membawa penghiburan dan kekuatan yang mengatasi segala kesulitan dan kegelapan dalam kehidupan.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Ada beberapa hal yang perlu direnungkan dari nas hari ini, yakni:

 

Pertama, kekuatan harapan. Sebagaimana pengawal yang tegar menunggu fajar, demikian pula kita harus memiliki keteguhan hati dan kesetiaan dalam menaruh harapan kepada Tuhan. Harapan kepada Tuhan adalah sumber kekuatan yang tak terbatas bagi jiwa kita. Ketika kita mempercayakan segala sesuatu kepada-Nya, kita menemukan kepastian dan ketenangan di tengah-tengah kesulitan.

 

Kedua, pioritas harapan. Ayat ini menegaskan bahwa harapan kepada Tuhan harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Pengawal menunggu pagi sebagai sesuatu yang sangat penting bagi mereka. Demikian pula, kita harus memperlakukan hubungan kita dengan Tuhan sebagai hal yang paling penting dalam hidup kita, melebihi segala yang lain.

 

Ketiga, kesabaran dan penantian. Seperti pengawal yang sabar menanti kedatangan fajar, kita juga harus memiliki kesabaran dan ketekunan dalam menanti jawaban atas doa-doa dan harapan-harapan kita kepada Tuhan. Kita percaya bahwa pada waktunya, Tuhan akan menjawab dan memenuhi setiap kebutuhan kita.

 

Keempat, kedalaman hubungan dengan Tuhan. Kata-kata "lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, dari pada pengawal mengharapkan pagi" menunjukkan intensitas dan kedalaman hubungan jiwa dengan Tuhan. Ini adalah panggilan untuk kita untuk memperdalam hubungan kita dengan Tuhan, sehingga harapan kita kepada-Nya tidak pernah pudar bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

 

Renungan ini mengajak kita untuk menilai di mana sejatinya letak harapan kita. Adakah kita memasang harapan pada hal-hal duniawi semata, ataukah kita memiliki harapan yang kokoh pada Tuhan? Ketika jiwa kita mengharapkan Tuhan melebihi segalanya, kita akan menemukan ketenangan yang dalam meskipun di tengah badai kehidupan. Karena itu, dengan merenungkan ayat ini, kita dipanggil untuk mengevaluasi dan memperdalam hubungan kita dengan Tuhan serta memperkuat harapan kita kepada-Nya, karena di dalam-Nya kita menemukan kekuatan, perlindungan, dan pengharapan yang abadi. (rsnh)

 

Selamat berkarya untukTUHAN

Selasa, 23 April 2024

Renungan hari ini: “KEHADIRAN DAN KEKUASAAN ALLAH YANG MELIPUTI SEGALA SESUATU” (Yeremia 23:24)

 Renungan hari ini:

 

“KEHADIRAN DAN KEKUASAAN ALLAH YANG MELIPUTI SEGALA SESUATU”



Yeremia 23:24 (TB2) "Sekiranya seseorang menyembunyikan diri di tempat tersembunyi, apakah Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN"

 

Jeremiah 23:24 (NET) “Do you really think anyone can hide himself where I cannot see him?” the Lord asks. “Do you not know that I am everywhere?” the Lord asks

 

Nas hari ini mengingatkan kita akan kehadiran dan kekuasaan Allah yang meliputi segala sesuatu. Allah tidak terbatas oleh ruang atau waktu. Bahkan ketika seseorang berusaha menyembunyikan diri di tempat yang paling tersembunyi sekalipun, Allah tetap melihatnya. Ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang dapat tersembunyi dari pandangan-Nya.

 

Nas ini membawa kita pada kesadaran akan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari. Tak peduli seberapa jauh kita berpikir bisa menyembunyikan tindakan atau pikiran kita dari pandangan manusia, kita tidak pernah terlepas dari pengawasan Allah. Ini adalah panggilan bagi kita untuk hidup dengan integritas dan taqwa, bahkan ketika tidak ada orang lain yang melihat.

 

Selain itu, teks ini juga menegaskan bahwa Allah adalah Sang Pencipta langit dan bumi. Kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu yang ada. Ini mengingatkan kita akan kedaulatan dan kebesaran Allah yang tidak terbatas. Dalam momen ketidakpastian atau tantangan dalam hidup, kita bisa mengambil ketenangan dari keyakinan bahwa Allah adalah Sang Penguasa alam semesta, yang mampu mengatasi segala hal.

 

Apa yang hendak kita renungkan dari nas hari ini? Nas hari ini memberikan beberapa hal untuk direnungkan:

 

Pertama, ketidakmampuan manusia untuk bersembunyi dari Allah. Firman ini mengingatkan kita bahwa tidak ada tempat yang tersembunyi atau terlindung dari pandangan Allah. Ketika seseorang berpikir bahwa dia bisa menyembunyikan tindakannya atau maksudnya dari pandangan manusia, Allah tetap melihat dan mengetahui semuanya. Ini mengajarkan pentingnya hidup dengan integritas dan kesadaran akan kehadiran Allah dalam segala hal yang kita lakukan.

 

Kedua, kedaulatan dan kekuasaan Allah. Allah adalah Sang Pencipta langit dan bumi, yang memenuhi segala sesuatu. Tidak hanya melihat, tetapi Allah juga menguasai dan memelihara seluruh alam semesta. Renungkanlah akan kebesaran Allah ini dan bagaimana hal itu menginspirasi ketenangan dan kepercayaan dalam hidup kita, karena kita tahu bahwa Allah adalah penguasa atas segala sesuatu.

 

Ketiga, tantangan untuk hidup sesuai dengan Kehendak Allah. Dengan kesadaran bahwa Allah melihat segala sesuatu, kita dihadapkan pada panggilan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ini mencakup tidak hanya tindakan kita, tetapi juga pikiran dan niat kita. Renungkanlah apakah hidup kita sesuai dengan kehendak Allah, dan jika tidak, mari berserah diri dan bertobat, karena Allah selalu siap untuk mengampuni dan membimbing kita.

 

Melalui renungan atas teks ini, kita dipanggil untuk hidup dengan integritas, kesadaran akan kehadiran Allah, dan ketaatan kepada-Nya dalam segala hal. Ini adalah panggilan untuk merenungkan tentang bagaimana kita hidup dan bagaimana kita dapat lebih dekat kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Karena itu, dengan memahami dan merenungkan ayat ini, kita diingatkan akan pentingnya hidup dalam kesadaran akan kehadiran dan kekuasaan Allah serta hidup dengan integritas dan takwa dalam segala hal yang kita lakukan. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Senin, 22 April 2024

Renungan hari ini: “MEMANDANG HIDUP DENGAN PERSPEKTIF YANG LEBIH LUAS DAN KEKAL” (2 Korintus 5:1)

 Renungan hari ini:

 

“MEMANDANG HIDUP DENGAN PERSPEKTIF YANG LEBIH LUAS DAN KEKAL”



2 Korintus 5:1 (TB2) "Karena kami tahu bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia" 

 

2 Corinthians 5:1 (NET) "For we know that if our earthly house, the tent we live in, is dismantled, we have a building from God, a house not built by human hands, that is eternal in the heavens"

 

Nas hari ini mengajak kita untuk memandang hidup ini dengan perspektif yang lebih luas dan kekal. Ketika kita memikirkan tentang kerentanan dan sementara dari segala sesuatu di dunia ini, kita diingatkan bahwa kehidupan ini hanyalah sementara. Kemah tempat kediaman kita di bumi, yang merupakan lambang dari segala sesuatu yang kita anggap penting di dunia ini, dapat dibongkar dan lenyap.

 

Namun, di tengah kekayaan dunia yang fana, kita diajak untuk memandang ke arah keabadian yang telah disediakan oleh Allah. Tempat kediaman di surga yang telah dijanjikan bagi kita adalah suatu realitas yang kekal dan tak tergantikan oleh apa pun di dunia ini. Hal ini mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah persiapan bagi tempat kediaman kekal di surga. Dalam pandangan yang lebih luas, ayat ini mengajak kita untuk melepaskan keterikatan kita terhadap hal-hal duniawi yang fana dan untuk fokus pada apa yang abadi. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan visi yang lebih tinggi, memandang segala sesuatu dari perspektif kekekalan yang diberikan oleh iman kita kepada Allah.

 

Apa yang perlu direnungkan dari nas hari ini? Dari nas hari ini, kita dapat merenungkan beberapa hal yang penting:

 

Pertama, keterikatan terhadap dunia ini. Ayat ini mengingatkan kita akan sifat sementara dari kehidupan di dunia ini. Kemah tempat kediaman kita di bumi, yang melambangkan segala hal yang kita anggap penting dan stabil di dunia ini, dapat dibongkar. Ini adalah pengingat bahwa apa pun yang kita miliki di dunia ini tidak bersifat abadi dan akan berakhir suatu hari nanti.

 

Kedua, janji surga. Meskipun segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara, Allah telah menjanjikan suatu tempat kediaman di surga bagi kita yang kekal dan tak ternilai harganya. Ini adalah janji yang menenangkan dan memberikan harapan bagi kita sebagai umat-Nya. Surga adalah tempat di mana tidak akan ada lagi kesedihan, penderitaan, atau kehancuran, tetapi hanya kebahagiaan dan kekekalan bersama Allah.

 

Ketiga, kepercayaan dan harapan. Ayat ini menegaskan bahwa kita dapat memiliki keyakinan dan harapan yang kokoh dalam janji Allah. Kita tidak perlu takut akan apa pun yang terjadi di dunia ini, karena kita tahu bahwa Allah telah menyiapkan sesuatu yang jauh lebih baik bagi kita di surga. Ini memanggil kita untuk hidup dengan keyakinan yang kuat akan janji Allah dan untuk menempatkan harapan kita sepenuhnya pada-Nya. 

 

Dengan merenungkan ayat ini, kita diingatkan untuk tidak terlalu terikat pada dunia ini dan untuk mengarahkan pandangan dan harapan kita pada janji kekekalan yang telah diberikan oleh Allah. Ini memotivasi kita untuk hidup dengan visi yang lebih tinggi, mengutamakan hal-hal yang abadi daripada hal-hal yang sementara di dunia ini. Karena itu, mari kita tinggalkan kekhawatiran dan keterikatan kita pada dunia ini, dan mari kita fokus untuk membangun hidup yang sesuai dengan keabadian yang telah dijanjikan oleh Allah. Sebab hanya di dalam-Nya, kita menemukan tempat kediaman yang benar-benar kekal dan abadi. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Minggu, 21 April 2024

Renungan hari ini: “LARANGAN MEMBERIKAN KESAKSIAN DUSTA TERHADAP SESAMA” (Keluaran 20:16)

 Renungan hari ini:

 

“LARANGAN MEMBERIKAN KESAKSIAN DUSTA TERHADAP SESAMA”


 

Keluaran 20:16 (TB2) "Jangan memberikan kessaksian dusta terhadap sesamamu"

 

Exodus 20:16 (NET) “You shall not give false testimony against your neighbor"

 

Nas hari ini berbicara mengenai larangan untuk memberikan kesaksian palsu atau dusta terhadap sesama. Ini mengajarkan prinsip kejujuran, integritas, dan keadilan dalam interaksi manusia dengan sesama. Memberikan kesaksian palsu atau dusta dapat merugikan orang lain secara tidak adil, menyebabkan ketidakpercayaan dalam hubungan, serta merusak integritas sistem hukum dan keadilan.

 

Latar belakang pernyataan ini dapat dipahami dalam konteks masyarakat dan sistem hukum pada masa itu, ketika hukum dan aturan moral diberikan kepada umat Israel melalui Musa. Pada zaman itu, seperti pada zaman modern, keadilan dianggap sangat penting dalam menjaga ketertiban dan keharmonisan masyarakat. Memberikan kesaksian palsu dapat merusak keadilan dan mengakibatkan penindasan terhadap orang yang tidak bersalah.

 

Pemberian kesaksian palsu dapat merusak integritas sistem hukum dan membuat orang kehilangan kepercayaan pada proses pengadilan. Hal ini dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik. Perintah-perintah yang diberikan kepada umat Israel juga bertujuan untuk mengajarkan etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Melalui larangan memberikan kesaksian palsu, Tuhan mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan kasih sesama.

 

Larangan memberikan kesaksian palsu juga dapat dilihat sebagai upaya untuk melindungi hak asasi individu. Dengan memberikan kesaksian yang benar, seseorang tidak hanya menghormati keadilan, tetapi juga menghormati martabat dan hak-hak orang lain. Memberikan kesaksian palsu dapat merusak hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu, perintah ini juga dapat dipahami sebagai upaya untuk memelihara hubungan yang sehat dan saling percaya di antara anggota masyarakat. Secara keseluruhan, pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kejujuran, keadilan, dan perlindungan hak asasi individu dalam masyarakat, serta pentingnya memelihara hubungan yang baik antar sesama manusia.

 

Apa yang perlu direfleksikan dari nas hari ini? Nas hari ini menyoroti beberapa hal yang perlu direfleksikan:

 

Pertama, perlunya kejujuran dan integritas. Pentingnya untuk selalu bertindak dengan kejujuran dan integritas dalam semua interaksi dengan sesama. Memberikan kesaksian yang benar adalah bagian dari integritas moral dan etika yang penting.

 

Kedua, perlu memerhatikan tanggung jawab terhadap kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan kita memiliki dampak besar pada orang lain. Oleh karenanya, kita memiliki tanggung jawab moral untuk tidak menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan yang dapat merugikan orang lain.

 

Ketiga, perlunya keadilan dan perlindungan hak asasi. Memberikan kesaksian yang benar adalah bagian dari mendukung keadilan dan melindungi hak asasi manusia. Kesaksian palsu bisa merugikan orang yang tidak bersalah dan merusak kepercayaan dalam sistem hukum.

 

Keempat, perlunya hubungan sesama manusia. Pentingnya membangun hubungan yang kuat dan saling percaya dengan sesama manusia. Kesaksian palsu dapat merusak hubungan dan memecah belah masyarakat. Karena itu, renungan ini mengingatkan kita tentang pentingnya integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sosial dalam interaksi kita dengan sesama manusia. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN

Sabtu, 20 April 2024

KOTBAH MINGGU JUBILATE Minggu, 21 April 2024 “YESUS GEMBALA YANG BAIK” ( Yohanes 10:11-18)

 KOTBAH MINGGU JUBILATE

Minggu, 21 April 2024

 

“YESUS GEMBALA YANG BAIK”

Kotbah: Yohanes 10:11-18     Bacaan: Mazmur 23:1-6


 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu Jubilate. Jubilate yang artinya “bersorak-soraklah bagi Allah, hai seluruh bumi” (Mzm. 66:1). Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Yesus Gembala yang Baik”.  "Gembala" adalah seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keamanan kawanan domba atau ternak lainnya. Makna dari peran seorang gembala memiliki kedalaman filosofis dan spiritual yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks.

 

Seorang gembala tidak hanya bertugas untuk mengawasi kawanan ternaknya, tetapi juga untuk mengasihi dan merawat mereka dengan penuh perhatian. Ini mencakup memberi makan, menjaga kebersihan, memeriksa kesehatan, dan memberikan perlindungan. Dalam konteks spiritual, analogi tentang Yesus sebagai Gembala yang Baik dalam Kitab Yohanes mencerminkan hubungan yang intim antara Yesus dan umat-Nya. Dia adalah pemimpin yang peduli, yang memberikan hidup-Nya untuk melindungi dan membimbing umat-Nya ke arah kehidupan yang berlimpah. Analogi ini menggambarkan kasih, perhatian, dan kesetiaan-Nya yang tak terbatas kepada umat-Nya. Sebagai Gembala yang Baik, Yesus menunjukkan kasih yang mendalam dan perhatian yang tak terbatas terhadap umat-Nya. Dia mengasihi setiap individu secara pribadi dan mengambil tanggung jawab atas kesejahteraan spiritual mereka.

 

Gembala yang Baik melindungi domba-dombanya dari bahaya dan ancaman. Demikian pula, Yesus memberikan perlindungan spiritual kepada umat-Nya dari kuasa dosa, kegelapan, dan kekuatan jahat. Seperti gembala yang memandu domba-dombanya ke padang rumput yang subur, Yesus sebagai Gembala yang Baik memimpin umat-Nya dalam kebenaran dan kehidupan yang berkelimpahan. Dia memberikan panduan melalui Firman-Nya dan Roh Kudus. Gembala yang Baik bersedia mengorbankan dirinya untuk kepentingan domba-dombanya. Dalam kasus Yesus, Dia memberikan pengorbanan terbesar-Nya, yaitu hidup-Nya sendiri, sebagai jaminan keselamatan bagi umat-Nya. Dia juga setia dalam mengasihi, meskipun umat-Nya seringkali tidak setia. Gembala yang Baik memiliki hubungan yang intim dengan domba-dombanya. Demikian pula, Yesus mengundang setiap individu untuk memiliki hubungan pribadi yang dekat dengannya, di mana umat-Nya mengenal suara-Nya dan mengikuti-Nya dengan setia. Makna dari "Yesus Gembala yang Baik" mencerminkan karakter-Nya yang penuh kasih, kepedulian, dan kesetiaan terhadap umat-Nya. Ini juga menggambarkan peran-Nya sebagai pemandu, pelindung, dan penyelamat bagi mereka yang percaya kepada-Nya.

 

Latar belakang yang melingkupi pengajaran ini adalah konteks kehidupan peternakan yang akrab bagi masyarakat pada zaman itu, terutama di daerah Palestina. Peternakan dan perawatan domba menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Domba-domba merupakan harta yang berharga bagi gembala, dan gembala bertanggung jawab atas keamanan, keberlimpahan, dan perlindungan mereka. Dalam konteks ini, Yesus menggunakan metafora ini untuk menjelaskan perhatian dan kasih-Nya terhadap umat-Nya. Dia menyatakan bahwa Dia adalah Gembala yang baik yang mengasihi, melindungi, dan mengorbankan diri-Nya demi domba-domba-Nya (umat-Nya).

 

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, pendengar Yesus akan memahami pentingnya peran gembala dalam melindungi domba dari serangan predator, memandu mereka ke padang rumput yang subur, dan menyediakan sumber air yang bersih. Dengan menggunakan metafora ini, Yesus menyampaikan pesan tentang perhatian, perlindungan, dan perhatian-Nya terhadap umat-Nya. Jadi, latar belakang penulisan pasal tersebut adalah untuk memberikan gambaran yang kuat dan mudah dimengerti tentang kasih dan perhatian Yesus sebagai Gembala yang Baik terhadap umat-Nya.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah mengapa Yesus disebut “Gembala yang Baik”. Yesus menyebut diri-Nya sebagai "Gembala yang Baik" dalam Yohanes 10:11-18 dengan beberapa alasan yang penting:

 

Pertama, karena Yesus memiliki kepedulian yang mendalam. Dalam perumpamaan ini, Yesus menyoroti hubungan yang intim antara gembala dan domba-domba-Nya. Sebagai Gembala yang Baik, Dia menekankan bahwa Dia peduli secara pribadi terhadap kebutuhan dan kesejahteraan domba-domba-Nya. Ini mencerminkan kasih-Nya yang mendalam terhadap umat-Nya.

 

Kedua, Yesus memiliki ketegasan untuk memberi Hidup. Yesus menyatakan bahwa seorang gembala yang asing atau pembantu tidak akan peduli dengan kesejahteraan domba seperti gembala yang sejati. Gembala yang asing tidak akan mengorbankan dirinya untuk domba-domba itu. Dalam kasus Yesus, Dia mengklaim bahwa Dia adalah Gembala yang bersedia memberikan hidup-Nya untuk domba-domba-Nya. Ini menunjukkan komitmen-Nya untuk memberikan hidup yang kekal bagi umat-Nya, bahkan hingga kematian-Nya di salib.

 

Ketiga, Yesus memberikan pemahaman atas Kehendak Bapa. Yesus menyebutkan bahwa Dia tidak hanya bertindak atas keinginannya sendiri, tetapi sesuai dengan kehendak Bapa-Nya yang mengutus-Nya. Dalam konteks ini, Yesus menunjukkan bahwa tindakan-Nya sebagai Gembala yang Baik adalah bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan dan mengasihi umat-Nya. Ini menegaskan ketaatan dan kesetiaan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya.

 

Keempat, Yesus memiliki kepemimpinan yang unik. Yesus mengklaim bahwa Dia adalah satu-satunya Gembala yang Baik. Ini menunjukkan eksklusivitas posisi-Nya dalam hubungan dengan umat-Nya. Yesus menegaskan bahwa hanya melalui-Nya, sebagai Gembala yang Baik, umat-Nya dapat mencapai kehidupan yang kekal dan memenuhi panggilan rohani mereka. Jadi, dalam Yohanes 10:11-18, Yesus menyebut diri-Nya sebagai Gembala yang Baik untuk menekankan kasih-Nya yang mendalam, kesiapan-Nya untuk mengorbankan hidup-Nya, ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, dan posisi unik-Nya sebagai satu-satunya Juru Selamat bagi umat-Nya.

 

RENUNGAN

 

Apa yang menjadi renungan kita pada Minggu Jubilate ini? Refleksi kita dari teladan "Yesus sebagai Gembala yang Baik" berdasarkan kitab Yohanes 10:11-18 dapat mencakup beberapa hal yang penting:

 

Pertama, kita harus memiliki kasih yang mendalam. Yesus menunjukkan kasih-Nya yang mendalam kepada umat-Nya dengan menggambarkan diri-Nya sebagai Gembala yang Baik. Demikian pula, kita dipanggil untuk mengasihi sesama dengan kasih yang tulus dan tanpa pamrih, siap untuk mengorbankan diri kita untuk kepentingan orang lain.

 

Kedua, kita harus mampu menjadi pemimpin yang melayani. Yesus, sebagai Gembala yang Baik, mengajarkan kepada kita tentang pemimpin yang melayni. Dia tidak hanya memberikan hidup-Nya untuk domba-domba-Nya, tetapi Dia juga memberikan teladan tentang bagaimana kita harus memimpin dengan pelayanan dan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain.

 

Ketiga, kita harus memiliki ketaatan kepada Kehendak Bapa. Yesus menekankan bahwa tindakan-Nya sebagai Gembala yang Baik selaras dengan kehendak Bapa-Nya yang mengutus-Nya. Kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah dan mencari-Nya dalam semua tindakan dan keputusan kita.

 

Keempat, kita harus mengimani keistimewaan Kristus. Yesus menyatakan bahwa hanya Dia adalah Gembala yang Baik dan satu-satunya jalan menuju keselamatan yang kekal. Ini menunjukkan pentingnya iman eksklusif kepada Kristus sebagai Juruselamat dan pemimpin spiritual kita.

 

Kelima, kita harus mampu memberikan perhatian dan perlindungan. Gembala yang baik peduli dan melindungi domba-dombanya dengan penuh kasih. Kita dipanggil untuk menjadi instrumen kasih dan perlindungan bagi mereka yang lemah, terpinggirkan, dan membutuhkan perlindungan. Karena itu, dengan merenungkan teladan Yesus sebagai Gembala yang Baik, kita dapat belajar untuk lebih mengasihi, melayani, dan mengikuti-Nya dengan setia dalam hidup kita sehari-hari. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...