Senin, 16 Juli 2018

Renungan hari ini: TUHAN MEMBEBASKAN KITA

Renungan hari ini: 

TUHAN MEMBEBASKAN KITA



Keluaran 6:5 (TB) "Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat" 

Exodus 6:6 (NRSV) "Say therefore to the Israelites, 'I am the LORD, and I will free you from the burdens of the Egyptians and deliver you from slavery to them. I will redeem you with an outstretched arm and with mighty acts of judgment” 

Pembebasan sejati hanya datang dari TUHAN. Hal itu telah terbukti ketika Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan di Mesir. Selama 430 tahun, keturunan Israel tinggal di tanah Mesir (Kel. 12:40). Mereka diundang untuk tinggal di sana, semasa terjadinya kelaparan hebat, oleh Yusuf, putra Israel, yang merupakan penguasa kedua setelah Firaun. Yusuf memperoleh kepercayaan dan penghormatan Firaun dengan melaksanakan dan mengawasi rencana pengumpulan makanan selagi panen masih berlimpah, untuk menghadapi masa kelaparan yang panjang setelah itu. 

Pada masa itu, bangsa Israel bertumbuh kembang dalam hal jumlah dan kekuatan di tanah Mesir. Tetapi ketika mereka menjadi lebih kuat, seorang Firaun baru yang tidak mengenal Yusuf memaksa bangsa Israel bekerja rodi karena ia takut kekuatan mereka akan melampaui bangsa Mesir. Firaun membuat kehidupan bangsa Israel bertambah pahit dengan membebankan lebih banyak pekerjaan kepada mereka dan memerintahkan membunuh setiap anak laki-laki Israel yang baru lahir. Tetapi rencana Firaun untuk menghancurkan bangsa Israel tidaklah berhasil. 

Kitab Keluaran memberitahukan bagaimana Allah menyelamatkan umat-Nya, bangsa Israel, dari para penindas mereka. Namun demikian, di sepanjang dua pasal pertama kisah penderitaan bangsa Israel ini, kita tidak melihat kehadiran Allah. Hanya disebutkan secara singkat bahwa Dia memperhatikan para bidan karena mereka takut akan Dia dan membiarkan bayi laki-laki orang Ibrani tetap hidup, menentang perintah Firaun. 

Allah tahu apa yang harus diderita oleh bangsa Israel. Maka saat berbicara dengan Musa di pasal 6, Dia bicara bukan untuk memberikan amanat seperti di pasal 3, tetapi untuk memberikan jaminan: Allah menyatakan kekuatan dan kuasa-Nya dengan berulang kali berkata, "Akulah TUHAN." Allah menekankan keunikan umat ini dengan mengatakan bahwa, walaupun Dia sudah menjadi Allah orang Ibrani sejak zaman Abraham bapa leluhur mereka, merekalah generasi pertama kepada siapa Dia memperkenalkan nama-Nya (6:2). 

Allah meneguhkan kembali perjanjian yang sudah dibuat-Nya dengan nenek moyang mereka (6:3,4), suatu istilah yang tidak digunakan di pasal 3, untuk menunjukkan bahwa Dia ingat pada janji-Nya (6:4). Dia menggambarkan tanah Kanaan bukan dengan karakteristik fisiknya: "suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu" (3:8), tetapi mengacunya dengan istilah yang lebih langgeng sebagai warisan perjanjian (6:7), untuk membuktikan bahwa Dia akan menepati firman-Nya. 


Di pasal 6, kita lihat Allah bukan lagi sosok abstrak seperti di awal Kitab Keluaran, melainkan Allah yang sangat nyata dan konkrit, yang mengulurkan tangan perkasa-Nya untuk memukul Mesir dan lengan kuat-Nya untuk membebaskan Israel. Meskipun bangsa Israel berkecil hati, Allah tetap teguh. Dia sudah bertekad untuk membebaskan umat-Nya, dan tak ada seorang pun yang dapat mengacaukan rencana-Nya. Dia melanjutkan dengan mengirimkan tulah ke atas orang-orang Mesir.  

Bagi bangsa Israel, kata tidak dari Firaun merupakan halangan yang besar. Tetapi bagi Allah, kekeraskepalaan Firaun merupakan sarana untuk menyatakan kuasa dan tanda-tanda ajaib-Nya (3:20; 7:3). Seandainya Firaun membiarkan bangsa Israel bebas sejak awal, mereka mungkin menganggap kebebasan mereka adalah berkat keahlian negosiasi para pemimpin mereka, bukannya memuliakan Allah.  

Bangsa Mesir juga tidak akan dapat menyaksikan kemahakuasaan Allah tunggal yang sejati (7:5). Kalau bukan karena Firaun mengeraskan hatinya, tak akan pernah ada tulah apa pun. Seandainya tak pernah ada tulah, bangsa Mesir tidak akan sebegitu tergesa-gesanya mengusir bangsa Israel; bangsa Israel tidak akan menerima barang-barang dari perak, emas, dan pakaian dari orang-orang Mesir, dengan demikian merampasi mereka (12:33-36).  

Pada saat ditetapkannya perayaan Paskah, sekali lagi Musa memberitahukan kepada bangsa Israel rencana Allah bagi pembebasan mereka. Sekali lagi mereka "berlutut dan sujud menyembah" (12:27), seperti yang mereka lakukan di pasal 4, tetapi kali ini, dengan iman yang sudah teruji dan tetap murni (Rm. 5:3-4).  

Kisah Keluaran ini dapat dibandingkan dengan perjalanan kerohanian kita saat ini. Sama seperti Allah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, Dia membebaskan kita dari beban dunia. Pembebasan tidak selalu langsung mengarah ke kemerdekaan. Sama seperti bangsa Israel harus menempuh perjalanan melalui padang belantara sebelum mencapai tanah perjanjian Kanaan, kita mungkin akan terus mengalami masalah kehidupan setelah kita percaya kepada Yesus Kristus.  

Hadirat Allah mungkin tidak selalu kasat mata. Tetapi dengan mengetahui bahwa Allah bekerja sesuai dengan waktu dan rencana-Nya sendiri, dan melihat tangan Allah yang terulur untuk membebaskan bangsa Israel, kita bisa yakin bahwa, selama kita tidak meninggalkan-Nya, Dia akan terus membawa kita bahkan di masa-masa yang paling sulit, sehingga kita boleh menerima kehidupan kekal yang dijanjikan-Nya. Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci (Rm. 15:4)  - rsnh

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...