Kamis, 15 April 2021

Renungan hari ini: “ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH PERCAYANYA” (Habakuk 2:4)

 Renungan hari ini:

 

“ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH PERCAYANYA”




 

Habakuk 2:4 (TB) "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya"

 

Habakkuk 2:4 (NET) "Look, the one whose desires are not upright will faint from exhaustion, but the person of integrity will live because of his faithfulness"

 

Melalui nas hari ini kita hendak ditegur Tuhan melalui Habakuk sekaligus mengajar kita bahwa ada dua model orang di hadapan-Nya. Pertama, model orang yang membusungkan dadanya yang sombong dan khianat. Model orang seperti adalah orang-orang yang tidak lurus hatinya dan mereka ini yang tidak akan tetap ada. Kedua, model orang benar. Model orang ini adalah orang yang hatinya lurus dan orang-orang inilah yang akan tetap bertahan hidup oleh karena percayanya. Iman keyakinan percayanyalah yang membawa orang-orang benar ini tetap bertahan di tegah berbagai goncangan hidup. 

 

Orang benar akan hidup oleh percayanya, dia akan memastikan imannya kepada Tuhan, membangun ibadah dan mezbahnya bagi Tuhan, dan mengelola dirinya menurut ukuran iman. Orang percaya diajar untuk menaruh atau meletakkan seluruh pengharapannya bukan pada kehidupan hari ini, tetapi kehidupan yang akan datang. Itulah sebabnya, Paulus juga bisa mengatakan:  “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Kor. 5:7). Fokus hidup orang percaya bukan pada kehidupan hari ini, tetapi pada kehidupan di dunia lain, di langit baru dan bumi yang baru. Dengan demikian, penderitaan yang mereka alami tidak menjadi sesuatu yang menyakitkan, sampai membuat mereka menyangkali imannya. Justru penderitaan yang mereka alami, merupakan nilai lebih dalam kehidupan ini, yang membuat mereka menjadi mulia atau terhormat. 

 

Pengharapan memperoleh kemuliaan di balik kehidupan tersebut, membuat mereka menjadi teguh dan kokoh dalam menghadapi segala tantangan yang begitu berat. Hal ini berbeda dengan orang-orang Kristen duniawi, yang tidak menaruh pengharapannya kepada kehidupan yang akan datang; mereka tidak akan sanggup menghadapi tantangan seperti yang dialami gereja mula-mula. Maka tidak heran sekarang pun di zaman ini, orang-orang Kristen seperti itu tidak sanggup menghadapi serbuan pengaruh materialisme dan berbagai godaan untuk berbuat dosa. 

 

Dalam Roma 10:10 telah dijelaskan bahwa orang percaya menghadapi tantangan atau musuh dalam bentuk kekuatan dari kekaisaran Romawi, yang menyiksa dan menganiaya mereka secara fisik. Tetapi orang percaya pada waktu itu, tetap kuat dan benar-benar dapat mengalahkan pergumulan mereka dalam aniaya tersebut dengan kesetiaan yang tinggi kepada Tuhan Yesus, sehingga mereka dapat setia sampai mati. Orang-orang Kristen tersebut tidak takut menderita, tidak takut menjadi miskin, dan terhina oleh kekuatan Roma. 

 

Dengan keteguhan hati melawan tantangan, orang-orang Kristen tersebut barulah menjadi pemenang dan dapat dikatakan sebagai pemenang. Pemenang di sini maksudnya adalah orang percaya dapat menanggulangi tantangan dalam bentuk aniaya dan berbagai penderitaan, tanpa mengorbankan iman mereka, sebaliknya mereka malah menjadi semakin sempurna atau iman mereka semakin murni. Dengan demikian aniaya yang mereka harus alami, menjadi berkat kekal bagi mereka. Penderitaan karena nama Yesus membuat mereka berhenti berbuat dosa (1 Ptr. 4:1) dan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus (Rm. 8:17).

 

Demikian pula seharusnya dengan orang percaya pada zaman sekarang. Orang percaya hari ini menghadapi tantangan atau musuh bukan dalam bentuk aniaya fisik, tetapi kekuatan materialisme dan godaan atau bujukan berbuat dosa. Orang percaya harus menang melawan tantangan pada zaman ini. Untuk bisa menang, maka:

• Orang percaya seharusnya tidak takut menjadi miskin, tidak takut dianggap tidak mulia atau tidak terhormat karena tidak memiliki barang-barang dunia fana.

• Orang percaya seharusnya tidak takut menjadi orang yang tidak memiliki kebahagiaan dari dunia ini.

• Orang percaya harus berani tidak menjadi kaya demi kebenaran dan kesucian hidup

• Orang percaya harus berani tidak menikmati dunia dengan segala kesenangannya.

• Orang percaya harus berani menolak dosa, walaupun ia merasakan ada sesuatu yang hilang di dalam daging dan jiwanya.

 

Dengan demikian orang percaya bisa menjadi pemenang dan dapat dikatakan sebagai pemenang. Memang betul ada 3 hal yang perlu dibangun oleh seseorang jika ia mau memiliki kehidupan yang berkemenangan. Pertama, kita harus memantapkan keyakinan iman percaya di dalam Tuhan. karena iman adalah dasar yang sangat menentukan kuatnya bangunan hidup. Orang diselamatkan pertama-tama bukan oleh perbuatannya melainkan oleh imannya, dan orang akan mengalami dan menerima segala sesuatu sesuai yang dia imani. Kita adalah orang-orang yang sudah dibenarkan oleh iman di dalam Kristus Yesus, maka hiduplah dalam iman yang teguh karena olehnya kita beroleh jalan masuk ke dalam kasih karunia sehingga kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan untuk menerima kemuliaan Allah (Rm. 5:1-2). 

 

Kedua, kita harus membangun ibadah sebagai wujud niat kuat untuk menghormati Allah dan kerinduan yang kuat untuk tetap dekat melekat dengan-Nya. Sebab latihan ibadah berguna untuk segala hal, karena mengandung janji baik untuk hidup ini maupun yang akan datang (1 Tim. 4:8). Nuh membangun mezbah dan menghadirkan keharuman bagi Tuhan sehingga janji-Nya terjadi bahwa tak akan berhenti musim menanam dan menuai (Kej. 8: 21). Abraham membangun mezbah di Betel manakala dia menerima janji berkat dan menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi (Kej. 12: 8). Yakub mendirikan mezbah bagi Tuhan di tempat perjumpaannya dengan Tuhan yang memberi kekuatan dan pertolongan kepadanya dalam pelarian yang menakutkannya (Kej. 28: 22). Di sanalah dia kembali membangun mezbah bagi Tuhan yang menghadirkan kedahsyatan Allah meliputi kota-kota sehingga mereka terlepas dari kejaran musuh (Kej. 35: 3-5). 

 

Ketiga, kita harus bisa mengelola hidupnya dengan baik. Kita harus mampu mengelola tubuh, pikiran, dan juga emosi perasaan kita. Penguasaan diri itu bukan sekedar menahan diri melainkan mengatur dan mengelola dalam kesadaran untuk mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi diri dan orang-orang di sekitar. Kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar kita sebagaimana kita mau dan harapkan, namun yang bisa kita kendalikan dan kelola adalah diri kita yang mencakup tubuh, pikiran, perasaan, dan perilaku kita. Karena itu, mari terus bangun iman percaya kita kepada TUHAN maka kita akan beroleh kehidupan yang kekal. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...