Minggu, 19 September 2021

Renungan hari ini: “JANGAN MENJADI HAMBA UANG” (Ibrani 13:5)

 Renungan hari ini:

 

“JANGAN MENJADI HAMBA UANG”




 

Ibrani 13:5 (TB) Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau"  

 

Hebrews 13:5 (NET) Your conduct must be free from the love of money and you must be content with what you have, for he has said, “I will never leave you and I will never abandon you”

 

Pernyataan penulis Ibrani ini sangat menohok kita, sebab sering kali manusia jatuh dalam perhambaan uang. Seolah-olah hidup ini tujuannya hanya untuk uang. Uang yang menguasai seluruh kehidupannya. Itu sebabnya kita dinasihati agar jangan menjadi hamba uang, tetapi marilah kita mencukupkan dirikita dengan apa yang ada pada dirikita. 

 

Kata “Hamba uang” (Yunani: aphilarguros) berarti tidak tamak, tidak mencintai uang, tidak serakah. Sedangkan “memburu uang”(oregomai), berarti memberi diri untuk mencintai uang, untuk menggenggam dan mementingkan uang, sehingga meregangkan diri dari segala sesuatu.

 

Berdasarkan pengertian di atas, maka mengumpulkan uang, mencari uang, bahkan dapat menjadi kaya bukanlah merupakan kesalahan. Tetapi apabila kehidupan kita lalu menjadi tamak, serakah, dan kemudian mulai mementingkan dan segala kebutuhan jasmani sehingga merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan, dengan sesama, dengan saudara karena yang paling penting adalah uang, maka kita telah membuat kesalahan besar di hadapan Tuhan.

 

Agar kita bisa mengatasi ketamakan akan uang, maka kita harus belajar hidup “Cukup”. Kata “cukup”(arkeo) berarti mempunyai kekuatan hati untuk menangkis hal-hal yang tidak perlu sehingga dapat mencukupkan diri dan menjadi puas.

 

Pernyataan “Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu”, maksudnya adalah puaslah dengan yang kamu punya! Bukan berarti kita nggak bisa membeli sesuatu. Kalau kamu memang benar-benar butuh sesuatu, maka pakailah uang yang merupakan berkat dari Tuhan untuk membelinya. Tidak ada yang salah membeli pakaian baru atau tas sandang baru. Asalkan jangan sampai hal itu justru membuat kita melarat. Saat kita fokus pada materi, hasrat kita pasti tidak bakal pernah sejalan sama keinginan kita. 

 

Hari ini kita diingatkan agar jangan mau diseret dengan beragam godaan dunia. Tapi belajarlah untuk terus memperkuat karakter kita di dalam Tuhan. Supaya kita bisa mematikan semua keinginan daging yang nggak berasal dari surga. Yakinlah saat kita ada di dalam Dia, kita tidak akan sama lagi dengan dunia ini.

 

Mengapa kita harus belajar untuk tidak menjadi hamba uang dan mampu mencukupkan diri dalam segala sesuatu? Firman Tuhan pada Kitab Ibrani pasal 13 merupakan nasihat yang dituliskan setelah peringatan mengenai kedursilaan (ay. 4). Keserakahan dan kedursilaan merupakan kejahatan yang sangat erat dan saling berhubungan. Ketika seseorang menjadi hamba uang, dan selalu berorientasi kepada kelimpahan harta dan kemewahan serta keinginan yang tak henti-hentinya akan kekayaan maka hal itu membuka peluang untuk terjerumus dalam dosa-dosa seksual. Oleh Karenanya nasihat Rasul Paulus kepada Timotius menyatakan bahwa seorang yang memburu uang akan “menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” ( I Tim. 6:10).

 

Janganlah uang menggantikan posisi Tuhan dalam hidup kita, karena kita adalah hamba Tuhan dan “bukan hamba uang.” Uang adalah media bagi kita untuk memperoleh berkat-berkat duniawi bagi kehidupan kita. Tetapi berkat yang utama adalah kasih karunia Allah, keselamatan, dan kesempatan bagi kita untuk menghambakan dan menundukkan diri sebagai pelayan di hadapan-Nya yang tidak mungkin dapat diukur dengan nilai uang. Karena itu, hindarilah hidup kita dari hamba uang, tetapi jadilah hamba TUHAN yang setia. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...