Sabtu, 23 Maret 2024

KOTBAH MINGGU PALMARUM Minggu, 24 Maret 2024 “LIHAT RAJAMU DATANG KEPADAMU” (Matius 21:1-11)

 KOTBAH MINGGU PALMARUM

Minggu, 24 Maret 2024

 

“LIHAT RAJAMU DATANG KEPADAMU”

Kotbah: Matius 21:1-11   Bacaan: Mazmur 72:1-11


 

Minggu ini kita memasuki Minggu Palmarum. Minggu Palmarum. Umat Kristiani menyambut hari yang khusus ini sebagai hari yang penting, lima hari menjelang Hari Raya Jumat Agung. Dalam Minggu Palmarum, biasanya kita membawa daun palem ke Gereja. Daun palem adalah lambang keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan sehingga tepatlah jika mereka ingin memperoleh perkara-perkara itu pada diri Tuhan Yesus. Minggu Palmarum tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan Hari Raya Jumat Agung. Makna utama minggu Palmarum yaitu: Minggu penghayatan akan arti penderitaan, juga dimaksud sebagai minggu pemuliaan bagi nama Tuhan Yesus. Dua hal yaitu penderitaan dan kemuliaan seolah berlangsung menyatu. Maka makna dari minggu palmarum berarti menyiapkan penderitaan Kristus, melalui pemuliaan terhadap pribadi Tuhan Yesus.

 

Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Lihat Rajamu Datang Kepadamu”. Kalimat "Lihat, Rajamu Datang Kepadamu" merupakan pernyataan yang terdapat dalam Kitab Matius 21:5 dan merupakan bagian dari pemenuhan nubuat Perjanjian Lama tentang kedatangan Mesias, khususnya dalam Kitab Zakharia 9:9. Ungkapan Raja datang kepadamu ini mengumumkan kedatangan Yesus. Dalam konteks Kitab Matius, Yesus diberi gelar "raja" karena kedatangannya ke Yerusalem sebagai Mesias yang dijanjikan, pemimpin yang diharapkan dan dinantikan oleh umat Israel. Ini menegaskan bahwa Yesus adalah Raja yang diutus oleh Allah.

 

Raja yang datang itu akan membawa Damai. Ungkapan ini menyiratkan bahwa kedatangan sang Raja adalah dalam kedamaian dan bukan untuk memerangi atau memaksa. Yesus memasuki Yerusalem dengan naik keledai, simbol kerendahan hati dan perdamaian, bukan dengan kuda yang merupakan lambang kekuasaan perang.

 

Ungkapan ini menunjukkan pemenuhan nubuat Zakharia 9:9, yang meramalkan kedatangan Raja yang adil dan penuh kemenangan, namun rendah hati dan naik keledai, bukan kuda. Dengan demikian, makna dari pernyataan "Lihat, Rajamu Datang Kepadamu" adalah untuk mengumumkan kedatangan Raja yang dijanjikan, dalam kedamaian dan kerendahan hati, sesuai dengan nubuat Perjanjian Lama, dan untuk memicu pengakuan dan penerimaan dari umat-Nya. Ini adalah panggilan untuk mengakui dan merayakan kedatangan Kristus dalam hidup kita sebagai Raja dan Penebus kita.

 

Minggu Palmarum merupakan sebuah peringatan tentang Yesus yang dielu-elukan dan dimuliakan. Dalam bacaan kita disebutkan bahwa Yesus naik keledai, bukan kuda. Tindakan Yesus yang naik keledai ini sebenarnya hendak memberikan sebuah pesan kepada orang banyak yang mengelu-elukan, bahwa kedatangan Dia bukan sebagai Mesias yang akan memimpin mereka berperang. Keledai dalam tradisi Timur merupakan simbol damai. Jadi kedatangan-Nya adalah sebagai Mesias yang akan memberikan keselamatan dan mendamaikan manusia dengan Allah. Meski pesan itu jelas disampaikan secara tidak langsung oleh Yesus tetapi ternyata pada awalnya para murid tidak memahaminya.

 

Peristiwa Yesus dielu-elukan sebenarnya merupakan sebuah peristiwa di mana orang Yahudi membutuhkan sosok yang sanggup untuk membebaskan mereka. Hal ini hendak mengingatkan kepada kita bahwa Yesus adalah sosok yang sanggup untuk membebaskan dan menolong kehidupan setiap umat. Itulah sebabnya kita perlu selalu menghadirkan Dia dalam seluruh aspek kehidupan kita, bukan hanya ketika kita merasa sudah mentok dan membutuhkan saja.

 

Minggu Palmarum merupakan sebuah peringatan Yesus dielu-elukan dan disambut sebagai Raja. Hal ini mengingatkan kepada kita bahwa kita pun harus selalu menyambut kehadiran Tuhan Yesus yang akan senantiasa menolong dan memberkati kita. Penyambutan kehadiran ini bukan sebuah bentuk formal dengan berseru “hosana diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan”, namun pujian itu harus nyata dalam setiap perilaku kehidupan kita. Mulut memuji tetapi jika tindakan melukai hati Tuhan maka yang terjadi tidak berbeda dengan orang Yahudi yang berseru “hosana diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan”, tetapi lima hari kemudian berseru “salibkan Dia”.

 

Jika kita mendalami teks perikope Minggu ini maka kita akan menemukan beberapa pelajaran penting bagi kita, yakni:

 

Pertama, antusiasme orang-orang Yahudi begitu besar dalam menyambut kedatangan Yesus di Yerusalem. Dalam pikiran orang banyak itu, kedatangan Yesus ke Yerusalem adalah moment yang tepat untuk mengangkat Dia sebagai raja Israel, yang mereka harapkan akan membebaskan mereka sebagai bangsa yang terjajah yang sangat merindukan kemerdekaan. Lalu mereka melantunkan mazmur pujian kepada Allah, sebagaimana diajarkan oleh nenek moyang mereka ketika berziarah ke Bait Allah di Kota Jerusalem. Mazmur pujian itu penuh dengan sukacita karena berlatar belakang kemenangan nenek moyang mereka dalam peperangan pada masa lalu. Namun, mereka mengabaikan kaitannya dengan perkara rohani dan lebih terpukau pada gerakan politik untuk melawan pemerintah penjajahan Romawi. Maka, kedatangan-Nya ke Kota Jerusalem hendak mereka gunakan untuk memobilisasi masa dalam sebuah demonstrasi besar-besaran. Lalu mereka mengelu-elukan kedatangan Tuhan Yesus itu dengan menggunakan daun-daun palem seraya mengangkat-angkat daun palem itu dan berseru, ”Hosana! Hosana!.” Selanjutnya, ucapan mereka benar-benar menyanjung dan menghormati Tuhan Yesus dengan kutipan Mazmur 118:26 yang telah ada sejak zaman dahulu. “Hosana!” yang berarti “Selamat sekarang”. Lalu seruan mereka berlanjut, “Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” Nyata sekali bahwa kedatangan-Nya ke Jerusalem pada dasarnya adalah dengan tujuan baik, nama Tuhan disertakan dan diharapkan membawa berkat. Ia pun datang dengan maksud damai, terbukti mengendarai seekor keledai dan bukan seekor kuda. Ia dan para murid-Nya juga tidak membawa senjata apa pun karena memang kedatangan-Nya ke Jerusalem bukan dengan tujuan untuk berperang. Menyusul sebutan “Raja Israel!”, sebuah sebutan yang tercetus sebagai bentuk harapan dan kerinduan mereka akan datangnya Sang Mesias itu. Namun, para penduduk Kota Jerusalem telah memanipulasi-Nya sebagai gerakan politik dengan cara mengangkat Dia sebagai raja mereka. Namun sangat kontradiktif, ketika lima hari kemudian, seruan “Hosana!” itu berubah menjadi, “Salibkanlah Dia!”.

 

Kedua, makna seruan Hosana dan daun Palem. Dalam Yohanes 12:12-13 dikatakan “Keesokan harinya orang banyak yang sudah datang untuk merayakan Paskah mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem. Maka mereka mengambil daun-daun palem lalu pergi menyambut Dia, sambil bersorak-sorak, “Pujilah Allah! Diberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan. Diberkatilah Raja Israel!” Menjelang Paskah, orang-orang Israel selalu menggunakan daun-daun palem di Bait Allah dalam perayaan Pondok Daun, itu sebabnya ketika Yesus tiba di Yerusalem mereka melambai-lambaikan daun palem sebagai tanda penghormatan terhadap Yesus.  

 

Seruan “Hosanna” mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan daun palem. Kata “Hosanna” merupakan sebuah bentuk penekanan dari Mazmur 118:25, ”Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!”, yang kemudian menjadi sebuah sambutan bahkan pujian. 

 

Dalam perayaan Pondok Daun, koor Bait Allah akan menyanyikan Mazmur 113-118 (Hallel) setiap pagi dan ketika mereka tiba pada Mazmur 118:25 dan mengatakan “Hosanna” maka semua laki-laki (muda dan dewasa) di Bait Allah melambai-lambaikan lulab (melati yang diikatkan dengan daun palem) sambil menyerukan “hosanna” 3 kali. Tindakan ini merupakan sebuah ekspresi dari sukacita atau kemenangan. Sehingga orang-orang Yahudi sudah biasa mengasosiasikan lulab tersebut dengan seruan “hosanna.” Itulah sebabnya mereka secara spontan menyerukan Mzm 118:26 “diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan,” ketika mereka melambai-lambaikan daun palem. Ucapan ini pada awalnya ditujukan kepada para peziarah yang datang ke Bait Allah, namun ucapan ini juga memiliki aplikasi yang khusus kepada Mesias.

 

“Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan!” menjelaskan bahwa berkat itu akan datang dari Tuhan, khususnya dari rumah Tuhan. Oleh sebab itulah jikalau kita menginginkan berkat dari Tuhan kita harus datang ke tempat yang memang Tuhan inginkan berkat itu dilimpahkan yaitu gereja Tuhan. Ulangan 12:5 dan Ibrani 10:25 memberitahukan kepada kita di tempat yang dipilih Tuhan itulah kita harus benar-benar menjaga konsistensi kita di dalam mengikuti pertemuan ibadah. Ditambah lagi jikalau kita dengan giat melayani Tuhan, disitulah Tuhan memerintahkan berkat untuk ada di tempat yang sudah Ia tentukan, yaitu hidup untuk selama-lamanya (Mzm. 133:3b). Dengan demikian, kita akan memperoleh berkat jikalau kita tetap mendekatkan diri kepada Tuhan lewat gereja-Nya.

 

Ketiga, Yesus naik keledai. Perikop ini memberikan keterangan lebih detil mengenai persiapan Yesus masuk ke Yerusalem dan dielu-elukan. Yesus menggunakan keledai dan bukan seekor kuda. Yesus melakukan hal tersebut (naik keledai muda) untuk menggenapi nubuatan Nabi Zakharia “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Zak. 9:9). Selain untuk menggenapkan apa yang dinubuatkan nabi, Yesus sebenarnya menyampaikan pesan kepada orang banyak yang menyambutnya bahwa Dia adalah Mesias tetapi Dia bukanlah mesias seperti yang dipikirkan oleh bangsa Israel. Yesus tidak akan memimpin bangsa itu untuk melakukan peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel. Ia datang untuk memberikan keselamatan kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Yesus adalah utusan Bapa supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Binatang keledai dalam tradisi timur merupakan lambang binatang yang damai, tidak seperti kuda, yang melambangkan binatang peperangan. Karenanya, seorang raja akan datang menunggangi kuda jika hendak berperang dan naik keledai jika hendak menunjukkan bahwa ia datang dengan damai. Yesus datang menunggangi keledai melambangkan kedatangan-Nya sebagai Raja Damai, bukan untuk berperang. 

 

Keempat, Tuhan memerlukan keledai. Dalam rangka kedatangan-Nya ke Yerusalem, Dia memerlukan keledai sebagai alat transportasi-Nya. Dia menggunakan milik umat Israel dengan menyuruh murid-Nya untuk melepaskan seekor keledai sebagai alat transportasi-Nya. 

 

Alasan mengapa Yesus menggunakan transportasi keledai adalah Yesus hendak memenuhi nubuat dalam kitab suci, khususnya dalam kitab nabi Zakharia 9:9 yang menyatakan bahwa Mesias akan datang ke Yerusalem dengan naik keledai. Dalam konteks kebudayaan pada waktu itu, keledai dianggap sebagai simbol kehormatan dan kebesaran, tetapi juga sebagai simbol kedamaian dan kerendahan hati.

 

Selain itu, pemilihan kendaraan yang sederhana dan biasa seperti keledai juga dapat menunjukkan sikap kerendahan hati dan kesederhanaan Yesus sebagai pemimpin. Dalam peristiwa ini, Yesus tidak memilih untuk naik kuda, yang pada waktu itu merupakan simbol kekuasaan dan kehormatan. Dengan menggunakan kendaraan yang sederhana seperti keledai, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya dan umat-Nya untuk mengutamakan kesederhanaan dan kepatuhan kepada kehendak Allah.

 

Selain itu, memilih keledai sebagai alat transportasi juga dapat memudahkan perjalanan Yesus ke Yerusalem. Keledai merupakan hewan yang mudah didapatkan pada waktu itu dan dapat digunakan oleh orang biasa. Dengan menggunakan kendaraan yang mudah didapatkan seperti keledai, Yesus dapat mengajarkan umat-Nya bahwa kehadiran-Nya sebagai Mesias tidak hanya ditujukan bagi orang-orang kaya atau berkuasa, tetapi juga bagi orang biasa dan miskin.

 

Dalam konteks peristiwa ini, perintah Yesus untuk melepaskan keledai juga menunjukkan bahwa Yesus memiliki otoritas dan kuasa sebagai Mesias. Murid-murid-Nya menuruti perintah Yesus dan melepaskan keledai tersebut sebagai tanda ketaatan dan penghormatan mereka terhadap Yesus sebagai guru dan pemimpin mereka.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan pada perayaan Minggu Palma ini? Ada beberapa hal yang hendak kita renungkan dalam Minggu ini, yakni:

 

Pertama, berilah dirikita untuk dipakai TUHAN. Yesus ke Yerusalem dengan menggunakan seekor keledai. Dia menyuruh murid-Nya untuk melepaskan keledai itu untuk dipaka-Nya. Kita pun sebagai umat ciptaan-Nya harus bersedia dipakai TUHAN sebagai alat-Nya di dunia ini untuk membawa Kabar Baik bagi semua orang. Karenanya, jika TUHAN memanggil kita sebagai alat-Nya, segeralah melepaskan ikatan dunia ini dan ikutlah Dia.

 

Kedua, mari kita merendahkan hati. Ketika Yesus datang ke Yerusalem menunggang seekor keledai, pertama,mengingatkan kita bahwa Tuhan setia pada janji-Nya yang telah dinubuatkan lewat para nabi jauh sebelumnya, kedua, menunggang keledai merupakan gambaran kerendahan hati, kelembutan dan kedamaian. Yesus bukanlah raja Israel dalam arti politis, tetapi Yesus adalah Raja Damai. Yesus bukanlah juruselamat dalam arti pahlawan perang gagah perkasa yang turun ke medan pertempuran dengan senjata untuk membebaskan orang Israel dari belenggu kolonialisme Roma, tetapi Yesus adalah Juruselamat Dunia, yang mau mengorbankan diriNya di atas kayu salib untuk membebaskan seluruh manusia dari belenggu dosa. Dengan demikian jika kita melayani TUHAN, mari rendahkanlah hati kita di hadapan-Nya agar pelayanan kita menjadi kemuliaan bagi TUHAN dan membawa damai sejahtera bagi kita dan semua umat TUHAN. Karena itu, sambutlah Yesus yang datang di dalam nama TUHAN dengan memberikan dirikita sebagai alat-Nya agar hidup kita diberkati-Nya. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...