Minggu, 17 Pebruari 2019
“SUMBER HIKMAT”
Kotbah: 1Korintus 1:18-25 Bacaan: Ayub 28:20-28
Minggu ini kita memasuki Minggu Sexagesima. Dalam minggu ini kita akan membahas tema “Sumber Hikmat”. Sumber hikmat sejati tentu hanyalah TUHAN. Allah adalah sumber segala sesuatu karena itu Hikmat berasal dari Allah. Istilah hikmat Allah dan hikmat manusia bukanlah menunjukkan dua sumber hikmat, melainkan menunjukkan kedekatan orang yang berhikmat. Mari kita perhatikan dengan baik. Manusia adalah ciptaan Tuhan. Namun, setelah kejatuhan ke dalam dosa, ada manusia yang kita sebut pengikut Tuhan, tapi juga ada pengikut setan. Manusia baru dan manusia lama. Istilah ini, bukanlah berarti bahwa manusia ada dua jenis, dari dua pencipta, melainkan kualitas kerohaniannya. Semua manusia ciptaan Allah, tapi setelah kejatuhan ke dalam dosa, tidak semua yang menjadi umat-Nya. Lebih lanjut, manusia memiliki kemampuan berpikir dengan otaknya. Namun, ada yang memakai pikirannya untuk memuliakan Allah, tapi tidak sedikit yang justru menista Allah. Begitulah hikmat. Yang disebut dengan hikmat Allah, adalah hikmat yang sejalan dengan ketetapan Allah. Para nabi, rasul, dipenuhi oleh hikmat Allah. Sebaliknya, apa yang disebut dengan hikmat manusia adalah hikmat (yang berasal dari Allah), yang dipakai manusia dengan kekuatan dirinya sendiri, dan coba melawan Allah. Inilah realita akibat kejatuhan ke dalam dosa. Manusia lupa pada penciptanya, bahkan tampil melawannya.
Dalam 1 Korintus 1:18-25; rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Korintus tentang situasi keagamaan, dan sikap keimanan yang semestinya. Ada dua blok yang digambarkan di sana.
Yang pertama adalah orang Yunani, yang pada jamannya dikenal sebagai pusat ilmu. Ada istilah di Yunani, jangan membicarakan hal yang kemarin, berbicaralah hal yang baru. Mereka berhikmat dalam ukuran kemanusiaan (anthroposentris).Semua berorientasi pada kemanusiaan. Sehingga mereka menggugat, apakah betul Yesus Kristus itu Allah. Sungguh tidak masuk akal mereka, bahwa Yesus yang Manusia, juga adalah Allah. Hikmat Yunani, sangat terbatas dalam mengerti Allah. Itu sebab rasul Paulus berkata, bagi orang Yunani salib adalah kebodohan, karena tak dapat dimengerti. Yunani gudang ilmu, tapi Allah melampaui segala ilmu yang ada. Jadi, bukan asal usul hikmat, melainkan kualitasnya. Rasul Paulus juga bukan orang bodoh, tapi dia mengerti salib itu adalah kebenaran bukan karena kepintarannya, melainkan karena hikmat Allah yang diberikan kepadanya. Paulus mengalahkan hikmat Yunani, karena Yunani tak mengenal, bahkan melawan penciptanya, sementara Paulus percaya, dan menaklukkan dirinya pada hikmat Allah.
Blok yang kedua, orang Yahudi, meminta tanda. Ini sifat keagamaan yang menuntut mujijat atau peristiwa supranatural. Yahudi ingin menguji Allah, itu sebab rasul Paulus berkata, bahwa salib bagi orang Yahudi akan menjadi batu sandungan. Karena mereka tak pernah bisa memahami salib, bahkan sebaliknya terus menerus menjadi seteru salib. Mereka tersandung, artinya, jatuh ke dalam dosa karena tidak percaya kepada salib Yesus Kristus. Mereka mau Yesus Kristus memenuhi tuntutan mereka, dan bukan sebaliknya mereka memberi diri kepada Kristus.
Salib disebut melampaui hikmat dunia, dalam arti manusia pada dirinya tidak akan pernah mampu memahami salib dengan benar, kecuali oleh pertolongan Roh Kudus. Semua hikmat dari Allah, namun tak semua manusia mengakui-Nya, bahkan melawan Allah yang tidak terbatas dengan hikmat-Nya yang terbatas.
Jadi, dengan hikmat manusia (yang bergantung pada dirinya sendiri), tidak akan mampu mengerti Allah yang adalah sumber hikmat. Ingat, hal ini karena manusia telah jatuh kedalam dosa (Kej. 3), sehingga hikmat manusia itu mengalami kerusakan, dan hanya bisa dibenarkan dengan percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus (Ef. 4:17-24). Pembenaran oleh penebusan Yesus Kristus akan memampukan hikmat manusia mengerti akan Allah. Tanpa pembenaran, manusia tidak akan pernah mampu mengenal Allah dengan hikmatnya sebagai manusia berdosa.
Timbul pertanyaan kita, mengapa hikmat manusia dianggap menjadi sebuah kebodohan?
Pertama,karena manusia tidak mampu mengerti akan makna salib itu sendiri (ay. 18). Manusia sering mencemooh terhadap sesuatu yang sebenarnya ia belum mengerti. Manusia sering menganggap suatu kebodohan terhadap hal-hal yang sebenarnya ia belum pahami. Hal ini terjadi pula ketika manusia itu mendengar berita-berita tentang Yesus yang disalib. Karena ketidak mengertiannya, mereka menganggap berita ini bodoh. Itulah yang dimaksud dengan "Hikmat Manusia" yang dianggap sebagai kebodohan.
Bahwa Allah menyatakan karya-Nya melalui seorang Yahudi yang tersalib tentunya tampak sebagai suatu kebodohan bagi semua orang yang tidak mau menerima berita tersebut. Bagaimana mungkin Allah menyingkapkan diri-Nya dengan cara khusus eksklusif melalui seorang manusia Allah? Itulah yang dimaksud Paulus, pertanyaan dari mereka yang akan binasa (1 Korintus 1:18). Hanya kita yang diselamatkan-lah yang bisa mengerti bahwa berita salib bukanlah kebodohan melainkan hikmat yang paling agung.
Kedua, karena Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan (ay. 19-20). Ayat 19-20, Paulus mengutip Perjanjian Lama sebagai dukungan, yang isinya adalah peringatan dan kecaman dari Allah terhadap “manusia berhikmat” di Yehuda yang mencari bantuan dari Mesir ketika terancam Sanherib (Yes. 29:14, 19:12, 33:18). Kata membinasakan, atau mengacaukan. diambil dari Mazmur 33:10 dari Alkitab berbahasa Yunani. Melalui nabi-Nya. Allah telah lama berjanji untuk menghapuskan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak. Apa yang dulu telah dijanjikan Allah untuk dilakukan, kini telah la lakukan melalui salib. Inilah jawaban negatif Allah, dan penghakiman Allah. terhadap semua penalaran manusia mandiri yang berusaha menemu kan Allah dan keselamatan melalui caranva sendiri. Penalaran itu sendiri tidak dibantah. Memang benar ada ormlg-orang yang sungguh bijak dan pandai di dalam Perjanjian Lama, tetapi itu karcna mereka mengenal Allah melalui penvataan diri-Nva sendiri. Hanya orimg bodoh ym1g mengatakan Allah tidak ada (Mazmur 14:1, 53:1). Paulus juga menggunakan penalarannva yang diberikan Allah untuk menyusun teologinya, tetapi penalarannya adalah untuk melayani penyataan.
Ketiga, karena manusia mencari hikmat dari ahli Turat dan pembantah dari dunia (ay. 20). Paulus tidak menyangkal bahwa ada orang-orang yang bijaksana para ahli Taurat, dan pendebat. Makna dari ketiga rangkaian pertanyaannya ialah ini: Dari manakah mereka memperoleh semua hikmat mereka karena Allah telah membuktikan kesia-siaannya. ketidakmampuannya untuk menemukan kebenaran? Orang yang berhikmat, ahli Taurat, dan pembantah dapat menunjuk pada tiga fungsi dalam aliran-aliran para rabi Yahudi; mempelajari, mengajarkan. dan menafsirkan Taurat adalah hal-hal yang hakiki di dalam Yudaisme untuk mendapatkan pengetahuan tentang Allah. Tetapi yang dipikirkan Paulus bukanlah sekadar usaha-usaha orang Yahudi untuk memahami Allah dan kehendak-Nya. Dunia Yunani pun mempunyai orang-orang bijaksana yang suka membantah dan mendebat pertanyaan-pertanyaan filosofis dan keagamaan, seperti yang ditunjukkan oleh ayat 22.
Paulus menggemakan dari Yesaya dengan pertanyaan-pertanyaan yang umumnya serupa dengan penerapan: "Di manakah orang-orang bijaksanamu?" (Yes. 19:12). dan "Di manakah para ahli Taurat?" (Yes. 33:18 dalam Septuaginta). Setiap usaha untuk menemukan Allah. untuk memahami-Nya, tanpa penyataan-Nya di dalam Yesus Kristus sebagai Tuhan yang disalibkan, dikutuk sebagai tidak lebih daripada hikmat dunia yang dijadikan oleh Allah sebagai kebodohan (Yes. 44:25). Hikmat dunia adalah bagian dari dunia ini dengan dosa dan kebodohannya; ia bukanlah bagian dari zaman ycmg baru, dunia yang akan datang, yang telah dibukakan Allah bersarna Anak-Nya.
Melalui nabiNya, Allah menyatakan untuk menghapuskan "hikmat orang-orang berhikmat" dan "kearifan orang-orang bijak", yaitu manusia-manusia yang melakukan penalarannya sendiri dalam usahanya mencari Allah Dan keselamatan melalui caranya sendiri, menurut penalaran itu sendiri.
Pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah sumber hikmat TUHAN itu?
Pertama, sumber hikmat TUHAN itu adalah berita penyaliban Kristus (ay. 18). Berita Injil membalikkan penilaian manusia, yakni: Apa yang sepintas tampak sebagai yang bodoh dari Allah, namun hal ini sebenarnya lebih bijaksana daripada semua hikmat manusia yang masih bekerja dengan hikmat dunia ini. Apa yang lemah dari Allah masih lebih kuat daripada apa yang dianggap sebagai kekuatan manusia. Apa yang dianggap sebagai "kebodohan" dan "kelemahan" Allah, disingkapkan sebagai hikmat dan kekuatan sejati di dalam kemampuannya menciptakan iman dan penyelamatan.
Kedua, sumber hikmat Allah adalah Kristus yang disalibkan (ay. 23). Salib bukanlah suatu peristiwa kebetulan, suatu kegagalan dari terlaksananya keadilan, suatu tragedi manusia, melainkan klimaks dari suatu rencana ilahi. Tanpa iman, Kristus yang tersalib akan tetap menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi; seorang Mesias yang tersalib sungguh tidak masuk akal. Bagaimana mungkin kematian yang memalukan untuk satu orang di dalam sejarah memiliki berita yang mutlak dan final bagi segala zaman dan semua orang'? Injil tentunya akan tetap menjadi suatu kebodohan bagi orang-orang bukan Yahudi, bagi semua orang yang ingin menemukan kebenaran di dalam celah-celah pikiran mereka sendiri.
Makna Salib hanya dapat dilihat di dalam terang kebangkitan. Tanpa iman, Kristus yang tersalib akan tetap menjadi "batu sandungan" bagi orang-orang Yahudi; sebab menurut nalar Yahudi, seorang Mesias yang mati tersalib sungguh tidak masuk akal. Bagaimanakah mungkin kematian yang “memalukan” untuk satu orang dalam sejarah memiliki berita mutlak/ final tentang suatu keselamatan?
Ketiga, Kristus adalah sumber hikmat Allah (ay. 24). Allah harus berbicara kepada manusia melalui seorang Yahudi yang tersalib tentunya tampak sebagai suatu kebodohan, kalau bukan kegilaan semata-mata, bagi semua orang yang tidak menerima berita tersebut. Bagaimana mungkin Allah menyingkapkan diri-Nya dalam suatu cara yang khusus dan eksklusif melalui seorang individu di dalam sejarah? Itulah, kata Paulus, pertanyaan dari mereka yang akan binasa. Hanya kita yang diselamatkanlah yang mengerti bahwa berita salib bukanlah kebodohan yang paling hina melainkan hikmat yang paling agung.
Keempat, sumber hikmat itu adalah yang bodoh dan yang lembah dari Allah (ay. 25). Apa yang sepintas tampak sebagai yang bodoh dari Allah, masih lebih bijaksana daripada semua hikmat manusia yang masih bekerja dengan hikmat dunia ini. Apa yang lemah dari Allah masih lebih kuat dari pada apa yang dianggap sebagai kebodohan dan kelemahan Allah. Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian (Ayb. 12:13).
Di dalam Salib, mempunyai kekuatan hikmat dan kuasa Allah yang sejati. Ini adalah karunia yang terbuka bagi orang Yahudi maupun non-Yahudi, artinya semua orang dari latar belakang kebangsaan apapun dapat terpanggil dalam iman kepada Yesus Kristus. Iman diberikan kepada mereka yang dipanggil. Sebab, hanya melalui imanlah seseorang dapat melihat Kristus yang disalib didalam perspektif yang sebenarnya, sebagai suatu pembuktian besar tentang kasih Allah dalam karya penyelamatan. Itulah kuasa dan hikmat Allah yang hanya dapat dimengerti manusia didalam iman. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN