Sabtu, 27 Agustus 2022

KOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS Minggu, 28 Agustus 2022 “MENYANGKAL DIRI, MEMIKUL SALIB, DAN MENGIKUT YESUS” (Matius 16:21-28)

 KOTBAH MINGGU XI SETELAH TRINITATIS

Minggu, 28 Agustus 2022

 

“MENYANGKAL DIRI, MEMIKUL SALIB, DAN MENGIKUT YESUS”

Kotbah: Matius 16:21-28     Bacaan: Yeremia 2:4-13




 

Kita telah memasuki Minggu Kesebelas Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Menyangkal Diri, Memikul Salib, dan Mengikut Yesus”. Menjadi pengikut Yesus Kristus itu menjadi sesuatu yang sangat berbeda, artinya kita bisa saja memiliki agama yaitu agama Kristen, tapi tidak menjadi pengikut Yesus. Artinya bisa seseorang masuk ke gereja, tapi judi jalan terus. Orang pergi ke gereja, tapi mabuk masih dilakukan tiap minggu. Kita masuk ke gereja, tapi tidak pernah melakukan apa yang Firman Tuhan perintahkan. Hal-hal tersebut yang dinamakan bisa memiliki agama, tapi bukan menjadi pengikut Yesus. Mengikut Kristus bukanlah suatu pilihan, tetapi panggilan. Kita tidak bisa memilih, apakah mau ikut Kristus atau mau mengikuti dunia. Alkitab tidak mengajarkan mengenai pengambilan keputusan untuk menjadi pengikut Kristus sebagai suatu pilihan, tapi ini merupakan panggilan. Alkitab jelas sekali mengatakan "Bukan kamu yg memilih Aku, tetapi Akulah yg memilih kamu." Banyak orang berpikir, saya ingin memilih Kristus saja, karena itu kelihatannya menguntungkan. 

 

Setelah Kristus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita, dan bahwa Ia telah siap dan bersedia untuk menderita (ay. 21), Ia memberi tahu murid-murid-Nya sekarang bahwa mereka juga harus ikut menderita, dan harus siap dan bersedia untuk itu. Perkataan dalam ayat-ayat ini sungguh sangat bernilai maknanya. Di sinilah asas-asas pemuridan diletakkan dan persyaratannya ditetapkan, dan berdasarkan asas-asas inilah kita memperoleh kehormatan dan manfaat sebagai murid (ay. 24). Hal ini dikatakan-Nya kepada murid-murid-Nya, supaya bukan saja mereka harus mengajarkannya kepada orang lain, tetapi juga supaya mereka menggunakan asas-asas ini untuk menguji keamanan diri mereka sendiri.

 

Apa artinya menjadi murid Kristus itu. Menjadi Murid Kristus artinya, mengikuti Dia. Ketika Kristus memanggil para murid-Nya, Ia mengucapkan kata-kata perintah, "Ikutlah Aku" (Mat. 4:19; 8:22; 9:9; 19:21; Mrk. 1:17; 2:14; 10:21; Luk. 5:27; 9:59; 18:22; Yoh. 1:43; 21:19; 21:22). Murid Kristus yang sejati adalah seorang yang mengikut Dia di dalam menjalankan tugas, dan akan terus mengikut Dia sampai mencapai kemuliaan-Nya. Orang itu harus mengikut Dia, bukan mengatur-atur Dia melakukan ini dan itu, seperti yang barusan diperbuat Petrus yang lupa daratan.Seorang murid Kristus akan mengikut Dia, seperti domba mengikut gembalanya, seperti pelayan yang mengikut tuannya, prajurit yang mengikut komandannya. Ia adalah orang yang menuju kepada tujuan akhir yang sama dengan yang dituju Kristus, yaitu kemuliaan Allah dan kemuliaan sorga. Ia seorang yang berjalan di jalan yang sama yang dilalui Kristus, dipimpin oleh Roh-Nya, mengikuti Jejak langkah-Nya, tunduk kepada perintah-perintah-Nya. dan mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi (Why. 14:4).

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah syarat-syarat yang harus kita penuhi untuk bisa menjadi pengikut Yesus? 

 

Pertama, harus menyangkal diri. Sebelumnya Petrus menasihati Kristus untuk menyayangkan diri-Nya sendiri (ay. 22), dan dia mungkin akan memberi nasihat yang sama untuk kasus yang serupa. Namun, Kristus memberi tahu mereka semua. bahwa mereka harus sangat jauh dari menyayangkan diri mereka sendiri, dan malah sebaliknya, harus menyangkal diri sendiri. Dalam hal ini mereka harus mengikut Kristus, karena kelahiran-Nya, kehidupan-Nya, dan kematian-Nya, semua merupakan tindakan penyangkalan diri yang tiada henti-hentinya, sebuah pengosongan diri sendiri (Lih. Flp. 2:7-8). Penyangkalan diri memang merupakan pelajaran yang sulit dan keras, dan bertentangan dengan watak daging dan darah. Namun, tindakan ini tidak lebih dari apa yang telah dipelajari dan dikerjakan oleh Guru kita di hadapan kita dan untuk kita, keduanya untuk penebusan kita dan sebagai petunjuk bagi kita. Lagi pula seorang hamba tidak tebih dari tuannya, Perhatikanlah, semua murid dan pengikut Yesus Kristus harus menyangkal diri mereka sendiri. Inilah aturan dasar untuk bergabung di dalam sekolah Kristus. Pelajaran pertama dan besar yang akan dipelajari di sekolah ini adalah menyangkal diri sendiri. Aturan dan pelajaran ini merupakan pintu yang sesak dan jalan yang sempit. Keduanya perlu bagi kita sebagai dasar untuk mempelajari pelajaran-pelajaran baik lainnya yang akan diajarkan kemudian. Kita harus menyangkal diri kita sendiri sepenuh-penuhnya, kita tidak boleh mengagumi bayangan kita sendiri atau melampiaskan suasana hati kita sendiri yang uring-uringan. Kita tidak boleh bersandar pada pengertian kita sendiri atau mencari kepentingan diri sendiri, juga tidak boleh hidup untuk tujuan kita sendiri. Kita harus menyangkal diri untuk suatu tujuan, harus menyangkal diri bagi Kristus, bagi kehendak-Nya dan kemuliaan-Nya, dan melayani kepentingan-Nya di dunia ini. Kita harus menyangkal diri demi saudara-saudara kita dan demi kebaikan mereka. Dan kita harus menyangkal diri demi kebaikan diri kita sendiri, menyangkal nafsu tubuh jasmani demi kebaikan jiwa kita. 

 

Kedua, harus memikul salibnya. Yang dimaksudkan dengan salib di sini adalah seluruh penderitaan kita, baik yang kita derita sebagai manusia maupun sebagai orang Kristen, meliputi segala kemalangan karena ketentuan ilahi, penganiayaan oleh karena kebenaran, setiap masalah yang menimpa kita, baik karena berbuat baik ataupun karena tidak melakukan sesuatu yang jahat. Segala kesukaran yang kita derita sebagai orang Kristen sangat cocok disebut salib-salib, karena mengingatkan kita akan kematian di atas kayu salib, yang dialami Kristus karena ketaatan-Nya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita bersedia menerima segala kesukaran kita dan tidak usah takut kepadanya. Salib-Nya itu seharusnya membuat kita sadar bahwa sama dengan Dia. kita juga harus menanggung kesukaran, karena Dia juga telah menanggungnya sebelumnya bagi kita. 

 

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam memikul salib ini, yaitu: 

 

(a)     Setiap murid Kristus memiliki salibnya masing-masing. Setiap orang harus sadar akan ini dan bersiap-siap. Karena setiap orang memiliki tugas khusus yang harus dilaksanakannya, maka setiap orang juga memiliki masalah khusus yang harus ditanggung masing-masing. Setiap orang merasakan paling banyak dari bebannya sendiri. Salib adalah nasib yang dimiliki secara umum oleh anak-anak Allah. Tetapi walaupun umum sifatnya, setiap orang memiliki bagian tertentu. Itulah salib yang telah ditetapkan bagi kita oleh Sang Hikmat yang Tak Terbatas, yang diletakkan di atas pundak kita oleh Sang Pemelihara Yang Mahakuasa, dan salib itu sangatlah sesuai bagi kita masing-masing. Sangat baik bagi kita, bila kita menyebut salib yang kita pikul sebagai milik ki/a sendiri, dan menyambutnya dengan semestinya. Kita cenderung berpikir bahwa kita sanggup memikul salib orang lain dengan lebih baik daripada salib kila sendiri. Namun, yang terbaik adalah, kita harus memi¬kul salib kita masing-masing sebaik-baiknya. 

 

(b)     Setiap murid Kristus harus memikul salibnya yang telah ditetapkan oleh Allah dengan bijaksana.  Hal ini mengingatkan kita akan kebiasaan Romawi yang memaksa orang yang dihukum mati dengan cara disalibkan untuk memikul salibnya sendiri. Ungkapan ini digambarkan ketika Simon harus memikul salib Kristus di belakang Dia. Pertama, ini artinya bahwa salib itu ada di tengah jalan kita, dan tersedia bagi kita. Kita tidak boleh membuat salib bagi diri kita sendiri, tetapi harus menerima bagi diri sendiri salib yang telah dibuat Allah bagi kita. Aturan yang kita anut adalah, jangan pernah meninggalkan kewajiban: kita harus memikul salib kita itu, dan jangan sampai kehilangan. Kita tidak boleh, karena tergesa-gesa dan ceroboh, menghancurkan salib itu sesuai pemikiran kita sendiri, tetapi kita harus memikulnya ketika salib itu diletakkan di jalan kita. Kita harus mengelola dengan baik penderitaan kita supaya tidak menjadi batu sandungan atau hambatan bagi kita dalam melayani Allah. Kita harus memikulnya dan membawanya keluar dari jalan kita, dengan segera membereskan salib sebagai batu sandungan. Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, dan kita harus berjalan terus sambil memikul salib di jalan kita, meskipun salib itu menindih berat. Kedua, yang harus kita lakukan bukan hanya memikul salib itu (yang dapat saja berupa sebalok kayu, sebuah batu, atau sepotong tongkat), tidak hanya berdiam diri di bawahnya, tetapi kita harus mengangkatnya ke atas, harus mengembangkannya agar dapat memberi keuntungan yang baik. Kita tidak boleh berkata, "Ini suatu kemalangan, saya harus memikulnya, karena saya tidak dapat menghindarinya," tetapi, "ini suatu kemalangan, saya akan memikulnya, karena hal ini akan mendatangkan kebaikan bagi saya." Hanya dengan bersukacita dalarn penderitaan kita, dan bermegah di dalamnya, barulah kita bisa mengangkat salib itu. Hal ini sesuai dengan ajaran penyangkalan diri, karena orang yang tidak mau menyangkal diri terhadap kesenangan dosa clan keuntungan-keuntungan dunia ini bagi Kristus, maka orang itu tidak akan mau memikul salibnya ketika timbul kesesakan.

 

Ketiga, harus mengikut Yesus. Khususnya dalam hal memikul salib, Orang-orang kudus yang menderita haruslah memandang Yesus, dan menerima petunjuk serta dorongan semangat dari-Nya ketika menderita. Apakah kita sedang memikul salib itu? Kalau ya, itu berarti, kita mengikut Dia, yang telah memikul salib itu di depan kita, menanggungnya bagi kita, dan dengan demikian mengambil dan memikulnya dari kita. la telah memikul bagian berat dari ujung salib itu, bagian yang mengandung kutuk, bagian yang berat itu. Dengan demikian la membuat bagian lain dari salib itu terasa ringan dan mudah bagi kita, Atau, secara umum ini berarti bahwa kita harus mengikut Kristus dalam segala kekudusan dan ketaatan. Perhatikanlah, murid-murid Kristus harus belajar meneladani Guru mereka, dan bertingkah laku sesuai contoh yang Ia berikan, dan terus melaksanakannya dengan baik, apa pun salib yang menghalangi jalan mereka, Bekerja dengan benar dan menderita karenanya, itulah mengikut Kristus, Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menuruti Aku. Tampaknya hal itu adalah idem per idem - hal yang sama berulang lagi. Apakah perbedaannya? Pasti yang dimaksudkan adalah seperti ini, "Setiap orang yang mau mengikut Aku. yaitu dengan mengakui Aku, sehingga mendapat nama dan penghargaan sebagai seorang murid, ia harus menuruti atau mengikuti Aku dalam kebenaran, dan karena itu, ia harus melakukan pekerjaan dan kewajiban sebagai seorang murid." Atau dengan perkataan lain, "Kalau sedari awalnya seseorang sudah mengikut Aku dengan baik. maka hendaknya ia terus mengikut Aku dengan segala ketekunan," Itulah yang dimaksud dengan mengikut Tuhan dengan segenap hati, seperti yang dilakukan Kaleb. Orang-orang yang ingin mengikut Kristus harus menuruti Dia.

 

RENUNGAN

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu kesebelas setelah Trinitatis ini?

 

Pertama, mengikut Kristus artinya setia mengikuti Kristus dan taat melaksanakan segala firman-Nya. Ketika Yesus mengajak murid-murid yang pertama (Simon Petrus, Andreas, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes) untuk menjadi murid Kristus, mereka meninggalkan jala, perahu, dan ayah mereka, dan mengikut Yesus (Mat. 4:18-22). Dari peristiwa ini kita belajar komitmen mengikuti panggilan Kristus, dan taat melaksanakan segala firman-Nya dalam hidup kita. Ketika berada di antara kerumunan orang-orang, seorang ahli Taurat berkata kepada Yesus: “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus menjawab, ”Serigala mempunyai liang dan burung memiliki sarang, tetapi Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat. 8:19-20). Jawaban Yesus ini menjadi suatu pernyataan bahwa sebenarnya Yesus tidak mendapat tempat di hati orang Farisi itu. Walaupun dia berkata akan mengikut Yesus, tetapi Yesus tahu keberatan hatinya. Mengapa? Karena ia adalah seorang Farisi yang sulit meninggalkan segala reputasi dan otoritasnya yang besar dalam sistem agama Yahudi. Saat ini pergumulan seperti orang Farisi itu cenderung dialami orang Kristen.

 

Kedua, mengikut Kristus adalah mengutamakan Kristus di atas segalanya, bukan menempatkan Kristus di bawah kepentingan yang lain. Bila kita mau mengikut Kristus, kita perlu taat melaksanakan ajaran Kristus dan mempersaksikan kebenaran Kristus kepada sesama melalui setiap perkataan, sikap dan perbuatan kita sehari-hari. Hal utama yang perlu kita laksanakan sebagai murid Kristus adalah meneladani gaya hidup Kristus untuk hidup saling mengasihi dengan sesama (Yoh. 13:34-35). Dengan kita hidup saling mengasihi, kita turut mewujudnyatakan misi Kristus dalam menghadirkan kasih dan damai sejahtera bagi dunia.

 

Ketiga, menjadi murid Kristus bukan suatu prestasi untuk menunjukkan kehebatan dan kemampuan kita melaksanakan semua ajaran Kristen/gereja. Menjadi murid Kristus adalah suatu pembelajaran kita dapat terus mengenal Kristus, memberi diri dituntun oleh Roh Kudus, serta taat melaksanakan setiap ajaran-Nya. Matius 16:24 (menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus) menjelaskan secara sederhana bagaimana kita dapat terus diproses dan diperlengkapi menjadi murid Kristus. Bila kita senantiasa berusaha menjadi murid Kristus, maka sebenarnya kita turut mewujudkan kehendak Allah agar kita hidup serupa dengan Kristus (Rm. 8:29). Karena itu, mari sangkal diri, pikul salib dan ikutlah Yesus agar Ia senantiasa menyertai langkah hidup kita. (rsnh)

 

Selamat Beribadah untuk TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...