Minggu, 29 Desember 2019
Kotbah: Mazmur 77:6-16 Bacaan: 1 Timoteus 1:12-17
Minggu ini kita memasuki Minggu Setelan Natal. Tema yang akan kita bahas adalah “Mengingat Perbuatan TUHAN”.Perbuatan TUHAN itu bisa dilihat melalui kehidupan masa lalu kita. Itu sebabnya judul mazmur ini dalam Alkitab dibuat menjadi ”Perbuatan Allah di masa lampau.” Dari sini kita dapat simpulkan bahwa ini refleksi historis-teologis pemazmur. Jadi, pasti menarik untuk diikuti. Selain melihat perbuatan baik TUHAN, pemazmur mencoba mengungkapkan apa yang dibuatnya selama ini, semisal ia mencari Tuhan di masa kesusahan hidup, sebuah tendensi yang biasa bagi manusia. Ia melakukan itu siang dan malam; ia tidak lesu atau bosan dengan hal itu. Pemazmu sampai pada kesimpulan bahwa ALLAH telah melakukan tindakan dan perbuatan ajaib dan positif. Dulu ia ingat bahwa Allah melakukan banyak perbuatan ajaib. Tangan kanan Tuhan bertindak, memperlihatkan kekuatan, membimbing dan menuntun umat.
Namun dalam perjalan kehidupannya, pemzmur juga mengalami pengalaman yang pahit. Dia merasa seolah-olah TUHAN pun tidak melakukan tindakan yang ajaib baginya. Itu sebabnya ia mengatakan bahwa tangan kanan TUHAN berubah (ay. 11). Pemazmur mengalami kekontrasan sikap ALLAH yang dulu dan sekarang. Hal itulah yang menyebabkan hati pemazmur serasa tertikam (ay 11). Seakan Allah sudah berubah: jika dulu tangan kanan-Nya bertindak, kini Ia tidak lagi bertindak.
Apakah sikap ALLAH yang berubah itu sesuatu yang final? Rupanya pemazmur merasa ini belum final. Untuk dapat berharap dan memandang masa kini dan masa depan dengan lebih baik, ia melihat ke masa silam. Ia coba mengingat lagi semua perbuatan Tuhan di masa silam (ay. 12). Niat untuk mengingat kembali perbuatan Allah di masa silam itu, diungkapkan dengan pelbagai cara oleh pemazmur dalam ayat 13,14,15,16. Di sini ia mengungkapkan keyakinan pokoknya bahwa di masa silam Tuhan sudah bertindak dan memperlihatkan keperkasaan dan perbuatannya yang ajaib dan dahsyat.
Pemazmur juga menyatakan bahwa tindakan atau perbuatan Allah itu tampak di alam. Alam semesta merasakan tindakan Allah. Bagi manusia beriman, tindakan Allah itu tampak jejaknya dalam alam. Itu sebabnya dalam ayat 17,18,19,20 disebut beberapa komponen kosmos: air, samudera raya, awan-awan, deru guntur, kilat, bumi, laut. Barulah dalam ayat 20 kita melihat pemazmur menyatakan keyakinan imannya bahwa Allah bertindak sebagai gembala atas umat-Nya, dengan pengantaraan Musa dan Harun. Atas dasar tinjauan historis-teologis ke masa silam, pemazmur dapat berharap untuk mendapat tindakan dan perbuatan Allah lagi di masa kini dan masa akan datang. Iman akan masa depan dipulihkan dengan perjalanan ke masa silam. Paradoksal, tetapi itu benar adanya.
Mazmur ini memberitahu kita bahwa pergumulan orang percaya waktu itu sangat berat. Yedutun, seorang pelayan Tuhan dari suku Lewi, menyimpulkan bahwa tangan kanan Tuhan Yang Mahatinggi berubah (ay. 11), artinya pergumulan terasa semakin berat seolah-olah Tuhan tidak lagi menghiraukan pergumulan orang percaya saat itu. Dia memakai pergumulan dan kesusahan sebagai kaca mata untuk melihat Allah (ay. 2-11). Hasilnya, kesusahan membuat Allah terasa jauh (ay. 2). Kesusahan membuat mengenang Allah terasa memilukan (ay. 3). Gambaran yang ideal tentang Allah terasa sangat mengecewakan bila dibandingkan dengan pergumulan yang dihadapi manusia. Kesusahan membuat Tuhan terasa seperti menolak dan tidak bermurah hati (ay. 8). Kesusahan membuat janji Tuhan terasa seperti tidak berlaku (ay. 9). Kesusahan membuat Allah nampak seperti melupakan janji-Nya (ay. 10). Sekalipun demikian, dalam ayat 12-21, Yedutun memakai kebaikan Tuhan sebagai kacamata untuk melihat kesusahannya. Hasilnya, dengan mengingat kebaikan Tuhan di masa lalu, dia mengaku bahwa Allah itu sangat besar dan berkuasa. Saat Yedutun mengalami pergumulan, Allah tidak berubah. Kebaikan Tuhan membuat Yedutun percaya bahwa Allah akan menuntun umat-Nya keluar dari kesusahan seperti di zaman Musa dan Harun (ay. 21). Kuatkanlah dan teguhkanlah hati kita. Lihatlah kebaikan Tuhan agar kita bisa memiliki pengharapan saat menantikan Tuhan.
Tindakan mengingat-ingat apa yang telah Tuhan perbuat di waktu lalu, jika tanpa dilandasi oleh sikap iman, hanya akan menghasilkan nostalgia belaka. Namun jika tindakan mengingat-ingat karya Tuhan ini dilandasi dengan sikap iman atau respons hati yang positif akan menghasilkan kekuatan dan peneguhan untuk lebih berkomitmen makin setia kepada Tuhan. Mengingat-ingat perbuatan-perbuatan Tuhan dan keajaiban kuasa-Nya adalah hal yang harus kita lakukan, terlebih-lebih ketika sedang dalam masalah atau penderitaan, karena pada situasi itu seringkali kita mudah sekali menjadi lemah, putus asa, dan kehilangan pengharapan. Yosua berusaha mengingatkan umat Israel untuk tidak melupakan begitu saja karya keselamatan Tuhan dan mengajak mereka untuk membuat pilihan hidup yang benar. Ia mau bahwa keputusan yang mereka ambil bukan karena keterpaksaan, tapi benar-benar atas kesadaran dan kerelaan hati. "Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini" (Yos. 24:15). Tindakan Yosua ini mencerminkan sikap seorang pemimpin yang arif dan bijak. Yosua menambahkan, "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos. 24:15b). Keteladanan yang ditunjukkan Yosua berdampak, umat Israel pun membuat pilihan hidup yang benar dengan berkata, "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!" (Yos. 24:16). Pula karya keselamatan yang Kristus kerjakan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib hendaknya semakin menguatkan dan meneguhkan kita untuk bersungguh-sungguh lagi dalam mengiring Tuhan. "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Kor. 6:20).
Kita tentu pernah mengalami keajaiban TUHAN di dalam hidup ini, bukan? Jadi marilah kita tetap beriman dan bersandar pada-Nya. Pengalaman masa lalu kita telah membuktikan, bahwa TUHAN tidak pernah meninggalkan kita. Dia akan selalu setia kepada janjiNya. Kita yang adalah orang-orang tebusan-Nya, yang telah menerima kasih karunia lewat pengorbanan Anak-Nya di kayu salib, hendaklah kita terus memegang keyakinan bahwa “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia” (Rm. 8:32).
Apa yang hendak kita renungkan dari Firman Tuhan hari ini?
Pertama, agar kita tidak melupakan perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan dalam gurun kehidupan di dunia ini.Jikalau kita memiliki kuasa dan kekuatan jangan kita sombong. Semuanya karena kebaikan Tuhan. Apabila kita mengalami kegagalan atau hal lain yang tidak membuat hati gembira, bersandarlah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Kudus, gereja dan orang tua berkewajiban mengingatkan anak cucunya akan kasih setia Tuhan.
Kedua, apa pun masalah dan pergumulan yang sedang kita hadapi, jangan pernah melupakan kebesaran Tuhan. Ingatlah perbuatan-perbuatan luar blaaa yang pernah Dia lakukan untuk kita pada masa lalu. Dan percayalah, Dia masih sanggup dan mau melakukannya lagi. Hari ini, esok dan selamanya. Sebab Dia Allah yang tetap sama (Ibr. 13:8). (rsnh)
Selamat Beribadah dan Menikmati Lawatan TUHAN!