Jumat, 18 Oktober 2019

Renungan hari ini: JADILAH TERANG

Renungan hari ini: 

JADILAH TERANG



Kejadian 1:3 (TB) Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi 

Genesis 1:3 (NET) God said, “Let there be light.” And there was light! 

Jadilah “Terang” merupakan catatan pertama tentang apa yang Allah firmankan dalam Alkitab. “Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi.” Firman Allah membawa terang! Ketika terang tampak, “lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.” Kegelapan tidak terusir lalu tidak ada sama sekali, sepanjang berhubungan dengan bumi, namun hanya dipisahkan dari terang. Selanjutnya, “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam.” Seolah-olah untuk mengantisifasi kesalahmengertian di masa depan, Allah dengan hati-hati mendefinisikan terminologi-Nya! Untuk yang paling pertama kalinya Ia menggunakan kata “siang” (Ibrani yom). Ia menggambarkan itu sebagai “terang,” untuk membedakannya dari “gelap” yang disebut “malam”

Ada beberapa hal yang dapat kita pahami dari kejadian ini:

Pertama,  terjadinya terang tidak serta-merta melenyapkan gelap secara total, sebab Allah masih harus memisahkan di antara keduanya. 


Kedua,  berdasarkan pemisahan antara siang dan malam itulah Allah menciptakan hari.  Artinya, selain menghadirkan terang itu sebagai suatu benda, pada saat yang sama Tuhan juga menciptakan waktu. Belakangan, pada hari keempat Allah menciptakan “benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam…menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun”(ay. 14). Benda-benda penerang yang kemudian kita kenal sebagai matahari dan bulan itu dijadikan “untuk menguasai siang dan…untuk menguasai malam” (ay. 16). Ayat-ayat ini memiliki makna astronomis seperti yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan, di mana hari, bulan, dan tahun dapat dihitung berdasarkan pergerakan benda-benda langit tersebut. 


Ketiga,  Allah memisahkan terang dari gelap.  Baik terang dan gelap berada di bawah kendali Allah, dan tak ada bedanya kedua hal itu terhadap aktivitas dan pengetahuan-Nya (baca Mzm. 139:12). Allah menamai bagian waktu dari terang dan gelap itu, menyebutnya “siang” dan “malam.” Allah berhak memberi nama pada periode-periode waktu tersebut oleh sebab Dia adalah Pencipta waktu. Sebagai Penguasa atas waktu, Allah tidak dibatasi oleh waktu. Sebaliknya, waktu bergantung pada Allah.
Terang yang Allah ciptakan pada hari pertama itu bukan sekadar subtansi fisik tapi juga mengandung aspek supra alami, mungkin terang asli itu serupa dengan sumber terang yang akan menerangi dunia baru nanti (Why. 22:5). Terang yang diciptakan pada hari pertama itu adalah terang hakiki yang bersumber dari Allah, berbeda dari terang yang dipancarkan oleh cahaya matahari dan bulan yang berfungsi sebagai sumber energi vital untuk menopang kehidupan, sehingga terang yang dihasilkan oleh kedua benda angkasa itu lebih merupakan “produk sampingan” yang juga bermanfaat bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini.

Demikian pula, gelap yang ada di hari pertama penciptaan itu adalah gelap hakiki yang bersumber dari Allah, bukan gelap karena ketiadaan terang atau sebuah kondisi hampa cahaya. Allah dapat menciptakan gelap demikian seperti yang sudah dilakukan-Nya terhadap bangsa Mesir pada zaman Musa, yang begitu pekatnya “sehingga orang dapat meraba gelap itu” (Kel. 10:21), suatu kegelapan total yang tak dapat ditembus oleh cahaya apapun, tetapi gelap itu tidak menimpa tempat kediaman orang Israel (ay. 23).

Allah dan terang. Sesungguhnya Allah tak dapat dipisahkan dari terang, sebab Allah sendiri adalah terang yang hakiki. Bahkan, sumber terang dari Allah itu tidak terbatas hanya secara fisik saja, tapi terang-Nya juga mengandung kuasa rohani. “Sebab Allah yang telah berfirman: ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!’ Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor. 4:6).

Juga, terang adalah salah satu ciri yang menyertai hadirat Allah. Kita tidak perlu menduga bahwa terang itu telah diciptakan pada hari pertama Penciptaan, sebab Allah sudah ada sebelum bumi ini dijadikan dan kehadiran-Nya sering dikaitkan dengan terang (1Yoh. 1:5; Why. 22:5). Pada Penciptaan, terang itu diperkenalkan kepada planet yang sebelumnya gelap gulita.

“Manusia dalam kebodohan dan kegelapan moralnya harus memiliki terang, terang rohani; karena dunia tidak mengenal Allah, dan Dia harus dinyatakan kepada pengertian mereka. Kebenaran memandang ke bawah dari surga dan tidak melihat pemantulan citranya; sebab awan tebal kegelapan dan kesuraman moral membungkus dunia ini, dan hanya Tuhan Yesus yang sanggup menguak awan itu: oleh karena Dia adalah Terang dunia. Oleh kehadiran-Nya Dia dapat mengusir bayang-bayang kesuraman yang Setan sudah tempatkan di antara manusia dan Allah. Kegelapan menutupi bumi, dan kegelapan yang pekat atas manusia”.

Apa yang kita pelajari tentang terang yang Allah ciptakan di awal Penciptaan?
Pertama,  terang yang Allah hadirkan di hari pertama penciptaan adalah terang hakiki yang berasal dari Diri-Nya sendiri, dan terang itu kemudian dipisahkan dari kegelapan. Hanya terang yang bersumber dari Allah dapat menembus kegelapan hakiki.


Kedua,  dengan menghadirkan dan memisahkan antara terang dan gelap itu Allah menciptakan waktu, satu periode yang dinamai-Nya “hari.” Jadi, Allah bukan saja menciptakan ruang yang bernama “langit dan bumi” tapi Dia juga menciptakan waktu, dan sebagai Pencipta ruang dan waktu Allah tidak dibatasi oleh kedua hal tersebut.


Ketiga,  terang adalah bagian dari jati diri Allah, dan terang Allah ini berkuasa bukan saja untuk menerangi lingkungan tapi juga menerangi ruang-ruang di dalam hati dan pikiran manusia. Tuhan adalah terang dunia, dalam pengertian fisik maupun rohani.
Karena itu, marilah hidup kita berjalan dalam terang Allah. (rsnh)

Selamat berakhir pekan dan besok ke Gereja

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...