Kamis, 05 Mei 2022

Renungan hari ini: “KARAKTER KRISTUS” (1 Petrus 2:23)

 Renungan hari ini:

 

“KARAKTER KRISTUS”



 

1 Petrus 2:23 (TB) "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil"

 

1 Peter 2:23 (NET) "When he was maligned, he did not answer back; when he suffered, he threatened no retaliation, but committed himself to God who judges justly"

 

Sebagai orang yang mengaku percaya dan mengikut Yesus, kita haruslah meneladani karakter Kristus. Walau kita tidak bisa sempurna memiliki karakter Kristus itu, tetapi kita telah menjalani proses pembelajaran untuk menjadi serupa dengan Kristus.  Jika kita mendalami nas hari ini, maka kita akan menemukan beberapa karakter Kristus yang harus kita teladani dan ikuti, yakni:

 

Pertama, kesanggupan untuk diperlakukan kasar, dicaci maki, dan dikhianati tanpa ada kepahitan. Kitab Suci mencatat Yesus selalu mengungkapkan kebenaran Ilahi dan tidak ada tipu daya dari mulut-Nya. Ia dipersiapkan dari sorga sebagai korban Anak Domba dan hidup-Nya di dunia tetap taat membuat Ia tidak bercacat (Ibr. 5:8). Namun fitnah, caci-maki, dan kejahatan yang berangkat dari kecemburuan dan ketakutan para kaum Farisi dan para imam, membawa Dia pada pengadilan dunia. Proses yang dipaksakan demikian cepat dan sepihak menunjukkan proses pengadilan itu tidak benar. Ia dihukum dengan berat dan bahkan dengan cara terkutuk disalibkan dengan para penjahat. 

 

Yesus menghadapi semua itu dengan keteguhan yang kuat. Meski awalnya ada penolakan dari-Nya agar cawan penderitaan itu berlalu (Mat. 26:39), tetapi kemudian Ia dengan teguh mengatakan bahwa biarlah kehendak Bapa yang jadi. Kemanusiaan (sejati) Yesus membuat ada rasa takut, bahwa Allah Bapa yang mengutus-Nya akan meninggalkan Dia, tetapi kerendahan hati-Nya meneguhkan bahwa Ia harus melalui semua itu. 

 

Kedua, kesanggupan untuk rela menjalani penderitaan tanpa harus mengancam. Kristus telah memberikan suatu teladan bagi kita. Ketika Dia diperlakukan dengan kejam, dibully, dihina, disiksa, disakiti, Dia tidak membalas dan mengancam. Dia menanggung semua itu dengan sikap rela. Dia sadar akan apa yang sedang Dia lakukan. Dia sedang menjalankan sebuah pekerjaan penebusan. Dia sedang menanggung penderitaan bagi banyak orang, termasuk kita semua. Dia tahu bahwa apa yang Dia kerjakan akan mendatangkan keselamatan dan kesembuhan bagi banyak orang. Karena itu Dia tidak mau membalas perlakuan orang atas diri-Nya.

 

Ketiga, kesanggupan untuk memberikan hak pengadilan kepada Bapa. Kita jangan sampai menghakimi orang lain sebab itu adalah hak Allah (Rm. 12:19; Mzm. 9:5). Kita juga jangan hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, sebab kalau demikian itu tidak ada nilainya (Luk. 6:32). Dengan melakukan hal itu kita menang melalui keteladanan yang memerlihatkan kasih Kristus dan membawa mereka kepada Dia. Rasul Paulus juga menuliskan hal yang sama pada Efesus 6:5-9; Kolose 3:22-25, sebagaimana juga Yesus mengatakan-Nya dalam Matius 5:46 dan Lukas 6:32-36.

 

Saat ini kita hidup di tengah zaman di mana orang suka saling mencaci maki. Melalui media sosial orang saling mengungkapkan kebenciannya. Dalam dunia nyata juga orang saling mencaci maki. Caci maki dibalas dengan caci maki. Bahkan para tokoh dan pejabat pun, yang seharusnya menjadi panutan buat masyarakat, saling mencaci maki. Kehidupan menjadi bising dan tidak nyaman karena penuh dengan ungkapan kebencian, hujatan, dan makian.

 

Pola hidup dunia mengajarkan jika kita disakiti oleh orang lain kita harus membalasnya dengan menyakiti;  jika orang lain berbuat jahat kepada kita, kita harus membalasnya dengan kejahatan, dan pembalasan lebih kejam dari perbuatan;  jika kita dimusuhi oleh orang lain kita harus menjadikan mereka sebagai musuh.  Menurut kamus, musuh berarti lawan tanding, berseberangan posisi atau oposisi.  Sampai kapan pun selagi hidup di dunia ini setiap kita pasti berhadapan dengan orang-orang yang akan menjadi oposisi.  Terlebih keberadaan orang percaya di tengah-tengah dunia ini seringkali dibenci, dimusuhi, dijahati dan diperlakukan tidak adil.

 

Jangan pernah bertanya mengapa dunia selalu memusuhi dan membenci para pengikut Kristus!  Hal yang perlu kita pertanyakan adalah bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang-orang itu.  Apa yang diajarkan oleh dunia ini sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.  Dia justru mengajarkan kita untuk mengasihi musuh dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.  Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak sekedar berteori, tetapi Ia adalah suri tauladan dalam prinsip ini.  Ketika di caci maki, didera, diolok dan disiksa, Tuhan Yesus justru berdoa dan mengampuni musuh-musuh-Nya walaupun Ia mempunyai kuasa dan hak untuk melakukan pembalasan!  Karena itu setiap orang percaya wajib meneladani Dia. 

 

Secara nalar, apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus yaitu mengasihi musuh, mendoakan mereka dan berbuat baik kepada orang yang membenci adalah sungguh tidak masuk akal.  Tetapi karena ini perintah Tuhan, mau tidak mau, suka tidak suka, sebagai pengikut-Nya kita harus taat melakukan apa yang diperintahkan.

 

Yusuf, walaupun memiliki kesempatan untuk membalas kejahatan dari saudara-saudaranya, tetapi ia memilih untuk mengasihi, mengampuni dan membalasnya dengan kebaikan.  Daud, meskipun beroleh kesempatan untuk membalaskan dendamnya kepada Saul yang jahat, yang selalu berusaha untuk menyingkirkan dan membunuhnya, tapi ia memilih untuk tidak melakukan tindakan balas dendam, bukan karena takut kepada Saul, tetapi ia lebih takut terhadap Tuhan.  Bahkan Daud bisa berkata,  "...aku tidak mau menjamah orang yang diurapi TUHAN"  (1 Sam. 26:23).

 

Tindakan membalas tidak menyelesaikan persoalan. Tindakan membalas akan menghasilkan tindakan membalas juga. Balas-membalas. Tindakan balas-membalas apapun bentuknya, entah pertengkaran, pertikaian, percekcokan, maupun peperangan, akan berujung pada kehancuran di kedua belah pihak. Pertengkaran selalu menyisakan kebencian dan sakit hati yang semakin dalam. Apalagi peperangan mengakibatkan hancurnya peradaban. Tuhan Yesus memberikan sebuah teladan cara mengatasi tindakan kebencian, yaitu dengan memberikan pengampunan. Pengampunan adalah suatu cara yang ampuh untuk mematahkan kebencian. Karena itu, mari terus berjuang untuk meraih  dan mewujudkan karakter Kristus di dalam hidup kita. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...