Renungan hari ini:
“TUJUAN NASIHAT”
1 Timotius 1:5 (TB) "Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas"
1 Timothy 1:5 (NET) "But the aim of our instruction is love that comes from a pure heart, a good conscience, and a sincere faith"
Setiap orang membutuhkan nasihat. Nasihat diberikan agar orang yang dinasihati melaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Tujuan setiap nasihat berbeda-beda. Ada nasihat yang bertujuan untuk menyatakan kesalahan, menghukum, menegor, dan lain sebagainya. Dalam nas hari ini, Paulus dalam suratnya kepada Timotius mengatakan bahwa tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci dan hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas (ay. 5). Jadi jelas bahwa nasihat itu harus diberikan dalam kasih supaya mereka yang mendengar nasihat juga boleh memiliki kasih yang sama dengan kasih kita dan juga kasih Tuhan (ay. 5a). Sebagai contoh, jika ada orang yang sedang dimusuhi oleh orang lain, nasihat apa yang harus kita berikan? Salah satu nasihat yang baik adalah jika kita menasihatkan agar orang tersebut mengampuni orang lain yang memusuhinya. Dalam hal itu kita memberikan nasihat dalam kasih supaya orang tersebut memiliki kasih yang sama dengan kita. Jika kita belum hidup dalam kasih, maka akan mustahil kita dapat memberikan nasihat dalam kasih.
Selanjutnya, nasihat juga diberikan supaya mereka yang mendengarnya dapat memiliki hati nurani yang murni (ay. 5b). Dalam hal ini kita harus punya kecerdasan supaya kita yang mendengar nasihat dapat membedakan mana nasihat yang diberikan dengan maksud yang murni dan mana nasihat yang diberikan dengan maksud yang tidak murni atau tidak tulus. Di sisi lain, kita yang memberikan nasihat juga harus belajar menjaga hati dan motivasi kita supaya nasihat kita adalah nasihat yang lahir dari hati nurani yang murni. Akan sangat berbahaya jika kita memberikan nasihat yang menyesatkan karena niat hati kita tidak tulus untuk membantu, misalnya karena kita iri hati, dendam, atau punya rasa tidak mau kalah dengan orang lain. Di situ nasihat kita akan mulai menyimpang dari jalan yang seharusnya. Betapa berbahayanya jika kesalahan ini dilakukan oleh mereka yang menjadi pemimpin, khususnya pemimpin jemaat. Orang seperti itu tidak hanya merusak dirinya sendiri, tetapi juga akan merusak iman jemaat yang dipimpinnya dengan nasihat yang berasal dari hati nurani yang sudah gelap dan tidak murni lagi.
Terakhir, nasihat juga harus diberikan dari iman yang tulus ikhlas. Di sini ada dua kata penting yaitu iman dan ketulusan/keikhlasan. Nasihat yang diberikan dari iman artinya adalah dalam setiap hal, nasihat yang kita berikan tidak menyimpang dari kebenaran di dalam Injil. Sebagai contoh jika ada seorang wanita datang kepada kita dan mengeluh bahwa suaminya bukan orang percaya dan memaksanya untuk pindah agama ke agama suaminya, maka tentu kita tidak bisa menggunakan ayat “hai istri, tunduklah kepada suamimu”. Kita harus memberikan nasihat dengan bijak yaitu bahwa ia harus lebih tunduk kepada Tuhan daripada kepada suaminya. Dalam hal ini ia harus tetap mengasihi dan tunduk kepada suaminya dalam batas-batas tertentu saja, dan tidak boleh meninggalkan iman percayanya demi suaminya. Nasihat yang diberikan dari iman yang benar akan membuat orang yang mendengar dan melakukan nasihat tersebut semakin beriman kepada Tuhan dan bukannya justru meninggalkan Tuhan.
Selain itu, nasihat juga harus diberikan dengan ketulusan dan kehikhlasan. Artinya dalam memberikan nasihat kita tidak boleh mengharapkan sesuatu. Jangan sampai kita memberikan nasihat kepada orang lain dengan tujuan untuk keuntungan dan/atau kepentingan diri kita sendiri. Sebagai contoh jika ada orang lain sedang sakit, apakah kita boleh menawarkan obat yang kita jual (misal dari MLM yang kita ikuti)? Jika obat tersebut memang benar-benar manjur (dan kita tahu pasti khasiatnya dan penyakit yang diderita orang itu), maka tidak salah kita menawarkan obat yang kita jual. Akan tetapi jika tujuan kita menawarkan obat tersebut hanyalah supaya produk kita laku dijual, kita dapat untung, dapat poin, atau dapat bonus dari MLM tersebut, maka itu bukanlah nasihat yang tulus ikhlas.
Dalam ayat selanjutnya Paulus dengan tegas mengatakan bahwa ada orang-orang yang tidak sampai pada tujuan itu (yaitu tujuan memberikan nasihat denga benar). Akibatnya, mereka tersesat dalam omongan yang sia-sia (ay. 6). Tentu dalam hal ini jika nasihat tidak diberikan dengan benar, maka yang ada hanyalah perdebatan tanpa akhir. Akhirnya terciptalah suatu omongan/perkataan yang sia-sia antara kedua belah pihak. Nasihat yang menyesatkan jika dilakukan maka akan menimbulkan masalah baru. Selanjutnya pihak yang menerima nasihat akan menyalahkan pihak yang memberi nasihat, dan seterusnya.
Oleh karena itu, mereka yang hendak memberi nasihat harus menguji diri sendiri dahulu apakah ia sudah layak dan pantas untuk memberi nasihat dengan benar. Betapa berbahayanya jika orang-orang yang sudah merasa berhak memberikan nasihat, apalagi sudah merasa berhak mengajar, kemudian menyampaikan nasihat dengan cara yang tidak benar. Mereka diibaratkan sebagai orang-orang yang ingin mengajar hukum Taurat, tetapi mereka tidak mengerti pokok-pokok ajaran mereka (ay. 7). Mereka bahkan sebenarnya tidak mengerti perkataan mereka sendiri. Oleh sebab itu tanpa disadari (atau mungkin dengan sadar juga), mereka sedang mengajarkan penyesatan kepada orang lain.
Jika orang tersebut adalah seorang pembicara/pengkhotbah/pendeta, maka jemaat akan dibawa kepada kesesatan yang sistematis. Tidak jarang bahwa pokok-pokok Firman Tuhan atau nasihat-nasihat yang disampaikan adalah bagaimana membangun kerajaan si pembicara tersebut di dunia ini. Mereka mulai mengkultuskan dirinya sendiri, menganggap semua kritik kepada pembicara itu adalah dosa karena pembicara adalah hamba Tuhan, dan lain sebagainya. Akibatnya, gereja seperti ini tidak akan membawa jemaat ke surga tetapi gereja hanya akan memarkir jemaat tersebut di bumi. Di dalam gereja seperti itu, bisa jadi nasihat adalah sesuatu yang langka, karena hanya pendeta yang boleh memberikan nasihat. Lagipula, nasihat yang diberikan juga belum tentu adalah nasihat yang benar, sehingga jemaat tidak akan dibawa kepada pemahaman dan pengenalan akan Tuhan yang benar. Mereka hanya dibuat nyaman di bumi dan lupa untuk memikirkan kekekalan abadi. Karena itu, hendaklah kita berbijak untuk memberikan nasihat yang baik sesuai dengan kehendak TUHAN agar tujuan nasihat itu benar-benar adalah kasih, yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN