Renungan hari ini:
“KAMU ADALAH TERANG DI DALAM TUHAN”
Efesus 5:8 (TB) "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang"
Ephesians 5:8 (NET) "For you were at one time darkness, but now you are light in the Lord. Walk as children of the light"
Terang dan gelap merupakan dua kutub magnit kekuatan yang saling mempengaruhi kehidupan manusia. Unsur dikotomi (tarik-menarik) antara terang dan gelap itu selalu ada dan terhadap kedua kutub magnit ini, manusia diminta untuk menentukan sikap! Kita ditempatkan di dunia ini menjadi terang yaitu untuk membawa perubahan dan bukan untuk dipengaruhi dunia. Jadilah anak-anak terang dan membawa kemajuan dan perubahan bagi banyak orang.
Gelap sesungguhnya adalah ketidadaan terang. Ketika terang hadir, maka kegelapan pun segera akan sirna. Namun ketika sumber terang tidak dapat berfungsi, maka ia justru tenggelam dalam kegelapan itu sendiri. Karenanya, terang itu harus dijaga cahayanya adar ia dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Itu sebabnya Paulus mengingatkan kita agar berlaku sebagaimana identitas kita sebagai terang. Sebagai tarang, maka hidup kita tidak lagi dalam kegelapan, namun haruslah di dalam terang.
Kegelapan tidak dapat menang! Kita menyalakan lampu dan kegelapan akan hilang begitu saja. Kegelapan tidak dapat menahan dan mengalahkan terang. Entah kegelapan menyukai terang atau tidak, terang tetap menembusi kegelapan. Dengan demikian, terang dan kesaksian orang Kristen harus mampu menembusi dan mengatasi kegelapan.
Orang Kristen harus mencolok seperti terang, sehingga kegelapan benar-benar mengambil perhatian. Terang gereja begitu lemah. Gereja memiliki begitu sedikit terang – jika ada sama sekali – sehingga dunia tidak perlu mempedulikan gereja…., apalagi mengatasi dunia. Kita harus menonjol di dalam kehidupan ini sebagai suatu umat yang berbeda. Orang-orang yang tinggal bersama kita, apakah mereka memperhatikan sesuatu yang berbeda dengan kehidupan kita? Jika tidak, maka ada sesuatu yang tidak beres mengenai kehidupan kita. Mereka seharusnya memperhatikan bahwa kita menonjol berbeda dari orang yang lain.
Hidup sebagai anak terang berarti kita tidak lagi "...turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu" (Ef. 5:11). Dengan kata lain kita tidak lagi berkompromi dengan dosa, kita tidak lagi hidup menuruti keinginan daging. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal. 5:19-21). Sementara, dunia saat ini dipenuhi kegelapan yang hanya bisa dikalahkan oleh terang. Kegelapan tidak dapat mengalahkan terang, tetapi terang dapat mengalahkan kegelapan. Ketika kita menyalakan sebuah lampu atau obor di tempat yang gelap seketika itu juga kegelapan akan sirna. Sepekat apa pun kegelapan itu, terang tetap mampu menembusnya.
Sebagai anak-anak terang kita harus mampu menembus dan mengalahkan kegelapan dunia ini yaitu melalui keteladanan hidup kita, sebab keteladanan itu jauh lebih dahsyat dari kekuatan perkataan. Kekristenan adalah sesuatu yang bisa dilihat, bukan hanya di dalam gedung gereja dengan segala kegiatan yang berbau pelayanan, tetapi harus bisa dilihat oleh dunia, baik melalui perkataan dan perbuatan, sebab iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati.
Pertanyaan kita sekarang, apakah konkritnya hidup dalam terang itu? Buah daripada terang sudah sangat jelas dan gamblang, yakni berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran. Itu buah hidup terang. Jika ada orang yang mengaku hidup dalam terang, tapi nyatanya hidupnya tidak membuahkan kebaikan, maka pernyataannya hidup dalam terang patut diragukan. Sebailknya, jika ada orang mengaku hidup dalam terang, namun tidak melakukan keadilan dan kebenaran, maka sesungguhnya orang itu tidak sedang ada di dalam terang. Sebab orang yang dalam terang tidak akan menutupi kebenaran yang mencerahkan itu dengan bertindak sebaliknya. Kalau bertindak berlainan dari kebenaran, maka orang itu sesungguhnya sedang bersembunyi di dalam pengakuan diri bahwa dirinya adalah terang, padahal sebenarnya gelap.
Paulus smengajak kepada pembaca suratnya untuk merefleksikan diri. Apakah kita sudah menjadi terang? Apakah betul kita anak-anak terang? Jika sudah terang maka, yang pertama dilakukan adalah sama-sama merefleksikan identitas diri yang katanya terang dengan standar sejati hidup dalam terang. Dengan demikian bukan sekadar pengakuan; tapi sebuah uji diri. Selanjutnya, jika diri betul sudah ada dalam terang, maka sudah pasti hidupnya mencari perkenanan Sang Terang, Tuhan sendiri, dan bukan orang lain. Hidup dalam terang bukan untuk diterima orang; hidup terang bukan untuk dikagumi dan puji orang. Tapi hidup dalam terang adalah mencari perkenan Tuhan. Pengamsal berkata, "...jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari" (Ams. 4:18). Karena itu, teruslah hidup dalam terang untuk menerangi dunia sekitar kita. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini