Sabtu, 19 November 2022

KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI Minggu, 20 Nopember 2022 “MAUT TELAH DITELAN DALAM KEMENANGAN” ( 1 Korintus 15:50-58)

 KOTBAH MINGGU AKHIR TAHUN GEREJAWI

Minggu XXIII Setelah Trinitatis

Minggu, 20 Nopember 2022

 

MAUT TELAH DITELAN DALAM KEMENANGAN

Kotbah: 1 Korintus 15:50-58   Bacaan: Pengkotbah 8:9-17


 

Kini kita tiba pada Minggu “Akhir Tahun Gerejawi” (Ujung Taon Parhuriaon) dan sekaligus “Parningotan di angka nadung monding” (Mengenang Orang yang Sudah Meninggal). Sebagai minggu akhir penutup kalender gerejawi, tentu kita masing-masing perlu merenung ulang (flasback) perjalanan kehidupan selama satu tahun kalender gerejawi ini. Kita boleh mengevaluasi kinerja pelayanan dan keuangan Gereja selama setahun. Kita boleh melihat capaian yang telah kita lakukan dan program yang tidak bisa kita selesaikan. Kita juga belajar dari kegagalan dan meningkatkan keberhasilan kita menuju pelayanan yang lebih baik tentunya ke tahun Baru Pelayanan Gerejawi yang akan datang. 

 

Minggu ini juga kita akan mengenang keluarga, sahabat, warga jemaatkita yang telah mendahului kita dari dunia ini. Minggu Mengenang Orang yang Sudah Meninggal ini bukan dalam maksud untuk mendoakan arwah-arwah yang telah meninggal tetapi untuk menyadarkan orang yang hidup, bahwa suatu saat nanti kita pun akan mati seperti mereka. Karena itu, sebelum kita mati, marilah kita mempergunakan hidup yang sementara ini menjadi masa-masa persiapan menuju kematian. Kelak ketika kita mati kita mati di dalam TUHAN.

 

Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Maut Telah Ditelan dalam Kemenangan”Maut selalu dipahami dengan mati. Mengapa Paulus dalam perikope Minggu ini mengatakan maut (baca: mati) telah ditelan kemenangan? Karena pada umumnya manusia takut dengan kematian. Kematian adalah ebuah topik yang dianggap tabu dan paling sering dihindari. Bagi beberapa orang, kematian bahkan terasa abstrak. Sampai ada orang yang paling kita cintai meninggal dunia, barulah saat itu kita sadar bahwa kematian adalah sesuatu yang real dan personal. Cepat atau lambat, jantung kita akan berhenti berdetak. Siapkah kita untuk menghadapi kematian dan bertemu Sang Pencipta?

 

Kematian itu telah mati! “Maut telah ditelan dalam kemenangan (ay. 54).” Hal ini menyatakan kehancuran total dan kemenangan mutlak akan kematian. Ketika Paulus menulis “sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat”, Paulus berkata bahwa dosalah yang membuat kematian itu menjadi mengerikan, lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri. Akan tetapi tidak ada yang dapat menaklukkan kuasa dosa. Menjalankan hukum Tauratpun tidak dapat membuat kita terbebas dari maut, karena justru oleh hukum Taurat kita mengenal dosa (Rm. 3:20). Hanya kuasa Injil yang dapat melepaskan kita dari jerat dosa. Kematian Kristus adalah kemenangan atas maut (ay. 57). Darah kristus telah menetralisir sengat dosa, sehingga kita dapat dibebaskan dari cengkraman dosa. “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (ay. 55). Inilah kabar baik yang harus kita wartakan!

 

Dengan kematian dan kebangkitan Yesus memberikan kita pemahaman baru akan kematian itu sendiri, yakni:

 

Pertama, kematian dalam Tuhan adalah suatu awal hidup yang baru dan kekal (1 Tes.4:13-14). Kematian bukan artinya kehidupan kita tamat, tetapi kita mengalami transformasi dari hidup dengan tubuh jasmani untuk mengalami kehidupan dengan tubuh surgawi. Kematian dalam Tuhan adalah suatu awal hidup yang baru dan kekal.

 

Kedua, kematian dalam Tuhan adalah akhir penderitaan manusia di muka bumi (Why.14:13). Di sorga tidak ada lagi sakit penyakit, tidak ada kesakitan, tidak ada peperangan, tidak ada penderitaan.

 

Ketiga, kematian dalam Tuhan adalah sebuah kemenangan iman (1 Kor. 15:54). Justru dalam kematianlah janji Tuhan dinyatakan dan digenapi: oleh kematian Tuhan kita beroleh hidup yang kekal, di mana maut tidak lagi berkuasa. Kematian bukanlah kekalahan terhadap penyakit atau kutuk atau dosa. Kematian justru kemenangan terhadap maut.

 

Paulus sendiri dalam suratnya kepada jemaat Korintus menegaskan peristiwa kebangkitan Kritus adalah sebuah kemenangan atas maut; “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (ay. 54-55). Lebih lanjut Paulus menegaskan pula bahwa kemenangan itu sebagai sebuah anugerah Allah bagi umat-Nya, “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (ay. 57). Maut telah ditelan dalam kemenangan, sengat maut telah dipatahkan, demi menebus dan menyelamatkan manusia dari cengkraman maut. Oleh karenanya yang patut dilakukan umat adalah menaikan syukur kepada Allah.

 

Kemenangan itu sendiri terwujud ketika Kristus masuk ke dalam kerajaan maut. Salah satu bagian dalam Pengakuan Iman Rasuli kita berbunyi: disalibkan, mati, dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut. Jadi, waktu antara mati dan bangkit adalah saat di mana Kristus masuk dan berperang melawan penguasa kerajaan maut.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah kemenangan apa yang bisa kita raih jika kita bersama dengan Yesus?

 

Pertama, menang atas kuasa dosa (ay. 56). Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Kematian Kristus menebus dosa-dosa kita dan kebangkitan-Nya membuktikan Dia telah mengalahkan dosa. Kemenangan itu kini ada dalam hidup kita yang percaya kepada Kristus sesuai dengan kebenaran, dan itu akan semakin nyata jika kita memiliki hubungan yang erat dengan Kristus, di mana kuasa dosa telah dihancurkan oleh Kristus. Dosa adalah musuh yang telah dikalahkan, ketakutan masa depan dan kematian telah dikalahkan serta iblis pun telah dikalahkan. Dosa adalah suatu pelanggaran terhadap hukum atau perintah Tuhan. Sumber dosa adalah iblis yang menipu dan memperdaya serta mengikat manusia dan menjadikan manusia sebagai budak dosa. Kristus telah menghancurkan pekerjaan kuasa dosa, sehingga kita mampu hidup dalam kebenaran dan tidak lagi diperhamba oleh dosa, serta meraih kemenangan atas keinginan daging dan berjalan dalam kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus.

 

Kedua, menang dalam menghadapi tantangan hidup (ay. 57-58). Kematian Yesus di atas kayu salib bukan hanya memikul dosa saja, tetapi juga beban pergumulan hidup manusia seperti sakit penyakit, kelemahan, rasa tertolak, rasa bersalah, rendah diri, kekurangan, dan lain-lain. Di dalam kebangkitan-Nya, Yesus juga telah menaklukkan semuanya itu. Salah satu pergumulan hidup manusia adalah penyakit, suatu kondisi yang membuat manusia tidak bisa berbuat sesuatu dengan maksimal dan efektif. Dalam kesempatan ini kita percaya bahwa mujizat masih ada bagi kita. Milikilah iman yang kuat bahwa Yesus telah menanggung dan menyembuhkan segala penyakit kita, maka kesembuhan terjadi. 

 

Yesus telah menang mengalahkan maut dan sengatnya. Kemenangan Yesus atas kuasa maut itu membawa dampak besar bagi umat percaya.  Ada beberapa dampak kemenangan Yesus atas maut itu bagi kita, yakni:

 

Pertama, kuasa dosa, maut dan kegelapan telah di kalahkan dan tidak berkuasa lagi bagi orang percaya (ay. 54, 57). Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

 

Kedua, kita mendapatkan kehidupan kekal bersama dengan Allah Bapa di surga. Pada waktu manusia jatuh dalam dosa, maka akses kepada pohon kehidupan tertutup (Kej. 3:22-24). Tetapi kita yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi anak-anak Bapa di surga, ditentukan untuk menang sehingga kita mendapatkan akses untuk masuk ke pohon kehidupan di taman Firdaus Allah.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Akhir Tahun Gerejawi ini?

 

Pertama, persiapkanlah hari kematian kita. Karena setiap orang yang hidup pasti mati, maka mari kita mempersiapkan hari kematian kita agar pada saat kita mati, kita pasti masuk ke surga. Memento mori, adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang artinya adalah "Ingatlah akan kematianmu", tetapi juga "Ingatlah untuk mati." Memento mori mengajarkan kita agar kita selalu memberikan yang terbaik dalam hidup ini, dalam kita menjalani aktivitas sehari-hari lakukanlah semuanya itu seolah-olah itu adalah hari terakhir dalam hidup kita. Sehingga semua yang kita lakukan memiliki arti bagi dirimu maupun orang lain.

 

Kedua, mari mengisi kemenangan atas maut ini dengan berjaga-jaga dan berdoa. Dengan berjaga-jaga dan berdoa maka kita akan selalu memeroleh kemenangan. Ingat peristiwa Petrus dan Yohanes dinasihati Yesus? Karena tertidur, maka Petrus, Yohanes, Yakobus mengalami “kekalahan” sekalipun mereka sedang bersama dengan Tuhan Yesus. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa berjaga-jaga dan berdoa setiap waktu agar kita terus menerus hidup dalam kemenangan.“Berjaga-jagalah dan berdoal” artinya kita melatih hidup kita untuk tidak diam, tidak pasif. Berjaga-jaga dan berdoa harus tidak ada putus-putus-nya supaya kita tidak terjebak dan terseret ke dalam berbagai pencobaan. Jika kita senantiasa berjaga-jaga dan berdoa maka roh kita akan senantiasa terhubung dengan Tuhan. Jika kita terus terhubung dengan Tuhan, maka Roh Kudus akan menuntun kita dalam jalan kemenangan Kristus dan hidup dalam kebenaran firman Tuhan. Karena itu, marilah bersyukur karena kita telah memperoleh kemenangan itu di dalam Kristus Yesus. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...