KOTBAH MINGGU XXIII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 03 Nopember 2024
“MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA”
Kotbah: Markus 12:28-34 Bacaan: Ulangan 6:1-9
Kini kita tiba pada Minggu Keduapuluh tiga Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Mengasihi TUHAN ALLAH dan Sesama Manusia”. Makna “Mengasihi Tuhan Allah dan Sesama Manusia” merupakan inti dari ajaran Yesus yang merangkum seluruh hukum dan perintah Tuhan. Berikut adalah beberapa aspek yang bisa kita pelajari dari makna ini:
Pertama, Kasih sebagai dasar hubungan dengan Tuhan dan manusia. Mengasihi Tuhan dan sesama berarti memahami bahwa seluruh hukum dan kehidupan iman kita berpusat pada kasih. Kasih bukan hanya sekadar emosi atau perasaan, tetapi suatu komitmen yang mempengaruhi setiap tindakan, pikiran, dan keputusan kita. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita membangun hubungan yang erat dan mendalam dengan-Nya, bukan hanya hubungan formal atau keagamaan semata. Kasih kepada Tuhan adalah dasar dari segala sesuatu dalam hidup kita, yang kemudian mempengaruhi cara kita berhubungan dengan orang lain.
Kedua, Kasih kepada Tuhan sebagai bentuk pengabdian total. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan berarti memberikan diri sepenuhnya kepada-Nya. Kita menempatkan Tuhan di atas segala hal, menghormati dan memuliakan Dia dalam segala aspek kehidupan kita. Ini juga berarti kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya, menaati firman-Nya, dan berusaha untuk hidup dalam kekudusan. Mengasihi Tuhan bukan hanya sekadar melakukan ritual atau ibadah, tetapi juga hidup dengan prinsip yang sesuai dengan kehendak-Nya dan menjadikan-Nya sebagai pusat hidup kita.
Ketiga, Kasih kepada sesama sebagai cerminan Kasih kepada Tuhan. Yesus mengajarkan bahwa kasih kepada sesama manusia sama pentingnya dengan kasih kepada Tuhan. Ini berarti bahwa cara kita memperlakukan orang lain adalah cerminan langsung dari kasih kita kepada Tuhan. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kasih itu akan tampak dalam cara kita memperlakukan orang lain: dengan kebaikan, kesabaran, kepedulian, dan pengampunan. Kasih kepada sesama bukanlah pilihan atau tambahan, melainkan bagian penting dari kehidupan iman kita.
Keempat, mengasihi sesama seperti diri sendiri. Makna mengasihi sesama seperti diri sendiri mengajarkan kita untuk melihat nilai dan martabat setiap orang. Seperti kita menghargai, menjaga, dan mempedulikan diri sendiri, kita juga dipanggil untuk melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Ini berarti kita harus memiliki empati dan keinginan untuk membantu orang lain mencapai kebaikan, sama seperti kita menginginkan hal-hal baik bagi diri kita. Kasih ini tidak bersifat egois, tetapi mendorong kita untuk memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan orang lain.
Kelima, Kasih yang tulus dan tanpa pamrih. Mengasihi Tuhan dan sesama harus dilakukan dengan tulus, tanpa pamrih atau harapan akan balasan. Kasih ini adalah kasih yang murni, di mana kita mengasihi karena kita ingin mengikuti perintah Tuhan, bukan untuk keuntungan pribadi. Mengasihi sesama dengan tulus berarti kita bersedia memberi tanpa mengharapkan imbalan, mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, dan selalu berusaha membawa damai dan kebaikan dalam setiap relasi.
Makna dari “Mengasihi Tuhan Allah dan Sesama Manusia” adalah panggilan untuk hidup dengan kasih sebagai pusat segala sesuatu. Kasih kepada Tuhan melibatkan penyerahan total, penghormatan, dan pengabdian kepada-Nya, sementara kasih kepada sesama mengajak kita untuk hidup dengan empati, pengertian, dan ketulusan terhadap orang lain.
Dengan menjalankan kasih ini, kita bukan hanya memenuhi perintah Tuhan, tetapi juga menjadi saluran kasih-Nya bagi dunia. Kasih kepada Tuhan dan sesama adalah panggilan yang tidak terbatas pada tindakan tertentu, melainkan gaya hidup yang membawa dampak positif dan menjadi teladan bagi orang lain.
Bagaimanakah cara kita mengasihi TUHAN ALLAH dań sesama Manusia berdasarkan kitab Markus 12:28-34? Berikut adalah cara kita dapat mengasihi Tuhan Allah dan sesama manusia berdasarkan Markus 12:28-34:
Pertama, kita harus mengasihi Tuhan Allah dengan cara:
a. Segenap Hati: Memberikan prioritas utama kepada Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Melibatkan perasaan, kehendak, dan komitmen yang kuat untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
b. Segenap Jiwa: Mengabdikan diri dalam hubungan yang intim dengan Tuhan melalui doa, ibadah, dan membaca firman-Nya. Menyandarkan hidup kita kepada-Nya dan mengandalkan-Nya dalam setiap keputusan.
c. Segenap Akal Budi: Menggunakan akal untuk memahami dan merenungkan firman Tuhan. Terlibat dalam disiplin rohani, seperti belajar dan mengajarkan ajaran Alkitab, serta membagikan pengetahuan iman kepada orang lain.
d. Segenap Kekuatan: Menggunakan semua sumber daya yang kita miliki, termasuk waktu, tenaga, dan harta, untuk melayani Tuhan dan memperluas kerajaan-Nya di bumi. Ini dapat dilakukan melalui pelayanan gereja, misi, dan karya amal.
Kedua, kita mengasihi sesama manusia dengan cara:
a. Seperti Diri Sendiri: Memperlakukan orang lain dengan cara yang kita inginkan diperlakukan. Ini berarti berempati, menghargai, dan melayani mereka secara tulus.
b. Tindakan Kasih: Melakukan tindakan konkret seperti memberi bantuan kepada yang membutuhkan, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menyediakan dukungan emosional atau fisik ketika dibutuhkan.
c. Menunjukkan pengertian dan pengampunan: Bersikap sabar dan memahami kelemahan orang lain. Mempraktikkan pengampunan terhadap kesalahan yang dilakukan oleh orang lain kepada kita.
d. Membagikan Kebaikan dan Berkat: Menggunakan kesempatan untuk membagikan berkat yang telah kita terima dari Tuhan kepada orang lain, seperti memberikan waktu kepada sesama, melakukan pelayanan sosial, atau sekadar memberi senyuman dan kata-kata penghiburan.
Mengasihi Tuhan dan sesama adalah fondasi dari iman kita. Dengan mengasihi Tuhan sepenuh hati dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri, kita mencerminkan karakter Kristus dalam hidup kita dan memenuhi hukum-Nya. Kita diundang untuk hidup dalam kasih setiap hari, baik dalam pikiran, perkataan, maupun tindakan. Semoga kita dapat menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari kita.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita refleksikan dalam Minggu Keduapuluh tiga Setelah Trinitatis? Refleksi dari tema "Mengasihi Tuhan Allah dan Sesama Manusia" berdasarkan Markus 12:28-34 dapat melibatkan beberapa aspek penting yang perlu dipikirkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita renungkan:
Pertama, Kasih sebagai dasar dari segala sesuatu dalam hidup kita. Markus 12:28-34 menunjukkan bahwa perintah yang terutama bukanlah soal ritual, aturan agama, atau tindakan lahiriah, melainkan kasih. Mengasihi Tuhan dan sesama adalah inti dari semua hukum dan perintah Tuhan. Ini mengingatkan kita bahwa iman kita bukan hanya soal aturan, tetapi bagaimana kita menghidupi kasih dalam setiap aspek kehidupan kita. Kita diajak untuk menempatkan kasih sebagai dasar dari semua tindakan dan keputusan yang kita ambil. Apakah tindakan kita mencerminkan kasih Tuhan? Apakah pilihan hidup kita menunjukkan kasih kepada sesama?
Kedua, hubungan pribadi dengan Tuhan yang berlandaskan Kasih. Mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan berarti kita menjadikan Tuhan sebagai pusat dari seluruh hidup kita. Refleksi ini mengajak kita untuk menilai kembali apakah kita benar-benar telah menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama atau apakah kita masih lebih mencintai hal-hal duniawi. Kasih kepada Tuhan bukan sekadar rasa takut atau kewajiban, melainkan cinta yang tulus dan dalam. Kasih ini mengundang kita untuk mengenal Tuhan lebih intim dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya dengan sepenuh hati.
Ketiga, Kasih kepada sesama sebagai cerminan Kasih kepada Tuhan. Yesus menekankan bahwa mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah perintah yang tidak kalah pentingnya dengan mengasihi Tuhan. Ini mengingatkan kita bahwa kasih kepada Tuhan harus tercermin dalam cara kita memperlakukan orang lain. Jika kita mengaku mengasihi Tuhan tetapi tidak peduli terhadap kebutuhan atau perasaan sesama, maka kasih kita belum sepenuhnya sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Ini menantang kita untuk memperluas kasih kepada orang di sekitar kita, terlepas dari perbedaan atau kesalahan mereka.
Keempat, mengasihi dengan keseluruhan diri dan tanpa batas. Mengasihi Tuhan dan sesama berarti kita tidak boleh membatasi kasih kita. Tuhan meminta kita untuk mengasihi-Nya dengan “segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan,” yang artinya dengan keseluruhan diri kita. Tidak ada ruang untuk separuh hati dalam kasih kepada Tuhan. Demikian pula, kasih kepada sesama haruslah tulus dan penuh. Kasih yang sejati tidak memiliki batas; kita dipanggil untuk mengasihi mereka yang mungkin sulit untuk kita kasihi, termasuk mereka yang berseberangan dengan kita atau bahkan yang pernah menyakiti kita.
Kelima, Kasih yang dinyatakan melalui tindakan nyata. Kasih yang sejati harus diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam kata-kata. Refleksi ini mengajak kita untuk mempertimbangkan, “Apa saja yang telah kita lakukan untuk menunjukkan kasih kepada Tuhan dan sesama?” Mengasihi Tuhan bisa kita nyatakan dalam kepatuhan kepada firman-Nya dan komitmen dalam menjalani kehidupan yang berkenan kepada-Nya. Sementara itu, mengasihi sesama bisa kita tunjukkan dalam bentuk kepedulian, pengampunan, dan bantuan nyata kepada mereka yang membutuhkan.
Perintah Yesus untuk mengasihi Tuhan dan sesama adalah panggilan untuk hidup dengan integritas iman yang nyata. Kasih ini bukanlah sekadar perintah yang harus ditaati, tetapi gaya hidup yang harus kita terapkan setiap hari. Kasih kepada Tuhan menuntun kita untuk hidup dengan tujuan ilahi, sementara kasih kepada sesama menuntun kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Karena itu, refleksi dari tema ini mengajak kita untuk terus-menerus mengevaluasi diri: Apakah kita sudah sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, dan apakah kasih itu terlihat dalam cara kita memperlakukan sesama manusia? Kasih adalah perintah yang terbesar, dan dengan kasih, kita memenuhi semua hukum Tuhan. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!