Selasa, 09 Agustus 2022

Renungan hari ini: “MENGAPA TAKUT DAN TIDAK PERCAYA” (Markus 4:40)

 Renungan hari ini:

 

“MENGAPA TAKUT DAN TIDAK PERCAYA”



Markus 4:40 (TB) Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"

 

Mark 4:40 (NET) And he said to them, “Why are you cowardly? Do you still not have faith?”

 

Pertanyaan ini disampaikan Yesus kepada para murid-Nya yang sedang mengalami badai topan yang begitu dahsyat! Seketika mereka dicekam rasa takut teramat sangat. Dan dalam kepanikan, mereka segera berkata kepada Yesus yang sedang bersama-sama mereka, “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Mrk. 4:38). Perkataan mereka itu menimbulkan pertanyaan, apakah Yesus memahami ketakutan mereka dan peduli? Masalahnya bukan Yesus tidak peduli, tetapi karena para murid tidak menyadari bahwa Yesus bersama mereka. Yesus ada di sana, di buritan, yang juga mengalami goncangan hebat karena topan itu! Maka, setelah meredakan topan yang dahsyat itu, Yesus memberikan tanggapan, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk. 4:40).

 

Ketakutan secara berlebihan, selain bisa melemahkan kerja akal sehat kita, juga bisa melumpuhkan iman kita!Sebetulnya para murid tahu Yesus berada di situ saat topan mendera, dan mereka sudah mengenal Yesus cukup baik. Tetapi mengapa perkataan mereka itu seolah-olah mereka tidak mengenal-Nya?

 

Marilah kita coba pahami. Dalam hal apa terletak kurangnya iman para murid, dibandingkan dengan kepercayaan Yesus? Mereka tidak berhenti percaya pada-Nya; bahkan, mereka memanggil-manggil-Nya. Tetapi, kita melihat bagaimana mereka berseru pada-Nya: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” (ay. 38). Apakah Engkau tidak peduli: mereka berpikir bahwa Yesus tidak tertarik pada mereka, tidak peduli kepada mereka. Salah satu hal yang paling menyakitkan kita dan keluarga kita ketika mendengar dikatakan kepada kita: “Apakah kamu tidak peduli padaku?” Itu adalah ungkapan yang melukai dan memuntahkan badai di hati kita. Ungkapan itu mengguncang Yesus juga. Karena Dia, lebih dari siapa pun, peduli pada kita. Sungguh, segera sesudah mereka memanggil-Nya, Dia menyelamatkan murid-murid-Nya dari keputusasaan mereka.

 

Badai membuka kerapuhan kita dan menyingkapkan kepastian-kepastian keliru dan berlebihan yang dengannya kita telah merancang agenda kita, proyek-proyek kita, kebiasaan-kebiasaan dan prioritas-prioritas kita. Hal ini menunjukkan kepada kita bagaimana kita telah membiarkan diri menjadi tidak peka dan meninggalkan segala hal yang memelihara, menopang, dan meneguhkan hidup kita dan masyarakat kita. Badai itu menelanjangi semua rencana kita yang telah tersusun dan kelalaian kita tentang apa yang menyuburkan jiwa kita; semua upaya yang membius kita dengan cara berpikir dan bertindak yang seharusnya “menyelamatkan” kita.

 

Nas hari ini memberikan beberapa pelajar bagi kita, yakni:

 

Pertama, rasa takut dan tidak percaya membuat kita kehilangan kasih kepada Yesus. Dengan badai yang menggelora di dunia ini membuat manusia lebih menakuti dunia dan mengasihi dunia dari pada mengasihi TUHAN. Karena serakah demi keuntungan, kita membiarkan diri terjebak dalam berbagai hal, dan terburu-buru terpikat dengan dunia ini. Kita tidak berhenti pada teguran TUHAN kepada kita. Kita lebih memilih melanjutkan (langkah) tanpa peduli, sambil berpikir bahwa kita akan tetap sehat di dunia yang sakit. 

 

Kedua, pertanyaan “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” memanggil kita untuk beriman yang benar kepada Yesus. TUHAN hendak menyerukan kepada kita untuk menggunakan saat pencobaan dan badai sebagai waktu untuk semakin beriman yang benar kepada Yesus. Badai yang kita terima menjadi waktu untuk memilih apa yang penting dan apa yang disingkirkan, waktu untuk memisahkan apa yang perlu dari yang tidak perlu. Ini adalah saat untuk mengembalikan arah hidup kita kepada Tuhan, dan kepada sesama kita. 

 

Ketiga, pertanyaan “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” memberikan kesadaran bahwa kita membutuhkan keselamatan. Kita tidak mandiri; sendiri saja, kita mengalami kesulitan: kita membutuhkanTuhan, seperti navigator kuno yang membutuhkan bintang-bintang. Marilah kita mengundang Yesus ke dalam perahu hidup kita. Mari kita serahkan ketakutan kita kepada-Nya sehingga Dia bisa menaklukkan-Nya. Seperti para murid, kita akan mengalami bahwa bersama-Nya di atas kapal tidak akan ada kapal karam. Karena ini adalah kekuatan Allah: berpaling ke segala hal baik yang terjadi pada kita. Dia membawa ketenangan ke dalam badai kita, karena bersama Allah, hidup tidak pernah mati. Karena itu, jadikanlah badai hidup kita sebagai alat untuk semakin mengasihi TUHAN, beriman yang baik dan benar kepada-Nya agar kita beroleh keselamatan kekal. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...