Sabtu, 31 Maret 2018

KOTBAH PASKAH I Minggu, 01 April 2018 “MENJADI SAKSI KEBANGKITAN KRISTUS”

Minggu, 01 April 2018

“MENJADI SAKSI KEBANGKITAN KRISTUS”
Kotbah: Kisah 10:39-43  Bacaan: Yunus 2:1-9


Hari ini kita merayakan Kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut. Yesus bangkit mengalahkan segala kuasa kematian. Kebangkitan Yesus menjadi suatu kemenangan atas kuasa kematian.

Pada Ibadah Paskah I ini kita akan membahas tema “Menjadi saksi kebangkitan Kristus”. Kebangkitan Yesus adalah suatu peristiwa yang tidak lazim pada masa itu. Tidak ada seorang pun yang pernah bangkit dari kematian. Bagi orang Israel tidak akan ada lagi kehidupan dibalik kematian. Tetapi dengan peristiwa kebangkitan Yesus, maka kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup orang percaya, tetapi menjadi sebuah awal dari peziarahan hidup untuk masuk ke kehidupan yang kekal yakni surga.

Pada peristiwa kebangkitan, yang menjadi saksi pertama adalah kaum perempuan, yakni Maria Magdalena. Namun, pada perayaan Paskah kali ini, kita semua disebut menjadi saksi kebangkitan Yesus.

Apakah yang dimaksud dengan saksi? "Saksi" adalah seseorang yang menegaskan atau membuktikan sebuah fakta. Untuk menjadi saksi yang efektif bagi Kristus, seseorang harus memiliki pengetahuan yang langsung berasal dari-Nya.

Kisah perjumpaan Petrus dengan Kornelius dilatarbelakangi oleh pengalaman spiritual Kornelius, malaikat telah berbicara kepadanya dalam suatu penglihatan  (ps.10:3-6). Hidup Kornelius yang saleh, ia dan juga seisi rumahnya (ps.10:2), telah menjadi pintu masuk pekabaran Injil. Keterbukaan Kornelius dan seisi rumahnya menerima kehadiran Petrus (ps.10:33b) digunakan oleh Petrus untuk menyaksikan Yesus Kristus. Bagi Petrus, penglihatan yang dialami oleh Kornelius dan kehadirannya di rumah Kornelius telah memberikan pengertian yang baru bahwa sesungguhnya Allah tidak membedakan orang (ps.10:34). Kata kuncinya bukan pada “keturunan Abraham”, sebagaimana yang dipahami oleh orang Yahudi bahwa hanya para keturunan Abrahamlah yang berhak menerima janji-janji Allah, melainkan pada “yang takut akan Allah dan yang mengamalkan kebenaran” (ps.10:35), itulah yang berkenan di hadapan Allah. Selanjutnya, Petrus menyaksikan kepada Kornelius bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dari semua orang (ps.10:36). Dalam hal ini Petrus hendak mengatakan kepada Kornelius bahwa Yesus Kristus itulah  Tuhan. Tuhan yang selama ini, ia dan seisi rumahnya, sembah dalam kesalehan hidup mereka. Pengajaran Petrus kemudian berlanjut pada sebuah kesaksian tentang hubungan antara dirinya dan para murid yang lain dengan Yesus Kristus. Petrus dan para murid yang lain adalah saksi hidup dari segala sesuatu yang diperbuat Yesus Kristus di tanah Yudea maupun Yerusalem (ps.10:39).  Apakah yang telah diperbuat Yesus dari Nazaret itu?

Dalam pengajarannya, Petrus menyaksikan bahwa Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus dan kuat kuasa dalam suatu peristiwa penting yakni pembaptisan-Nya oleh Yohanes (ps.10:37). Dengan urapan dan kuat kuasa tersebut, Yesus berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis. Namun perjalanan Yesus ini kemudian harus berakhir di kayu salib. Yesus mati dibunuh. Apakah perjalanan Yesus kemudian sunggun-sungguh berakhir?

Dalam kesaksian selanjutnya, Petrus mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga. Bukti kebangkitan Yesus yaitu penampakan Diri-Nya kepada para murid-Nya (ay.40-41). Petrus juga bersaksi bahwa Yesus memberikan tugas kepada mereka untuk memberitakan kebangkitan-Nya tersebut kepada seluruh bangsa dan sekaligus juga bersaksi bahwa Yesus itulah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang yang hidup dan orang mati (ay.42). Dan barangsiapa yang percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa (ay.43).

Apa dampak pengajaran Petrus selanjutnya bagi keluarga Kornelius dan seisi rumahnya? Dalam ayat 44-45 dikisahkan bahwa para pendengarnya pada waktu itu menerima Roh Kudus sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak membaptis mereka.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi inspirasi untuk menolong kita tiba pada ketiga tujuan yang dimaksud yaitu: keyakinan umat terhadap Yesus, keyakinan umat terhadap pengurapannya, dan tugas pemulihan (penyembuhan).

Inspirasi pertama, tanggapan Petrus terhadap undangan Kornelius bahwa Allah tidak membedakan orang, bahwa Petrus telah memiliki pengertian yang baru tentang Allah; kedua,  kesaksian Petrus tentang Yesus, bahwa Petrus memakai perjumpaannya dengan Kornelius sebagai kesempatan untuk bersaksi; ketiga, kehadiran Petrus di rumah Kornelius merupakan bagian dari pemenuhan tugas dari Allah.

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang kita lakukan sebagai saksi Kebangkitan Yesus Kristus saat ini?

Pertama, kita harus mampu bersaksi di dalam perbuatan.  Yakobus 2 mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman dan perbuatan adalah bagaikan kembar. Iman tidak dapat dilihat orang tetapi perbuatan dapat. Perbuatan kita sehari-hari adalah kesaksian kita. Mata orang dunia sangat jeli. Kalau kelakuan kita tidak lebih baik dari mereka maka mereka tidak akan percaya Yesus. Perbuatan yang baik dari orang percaya adalah lebih baik dari kotbah di mimbar karena kotbah di mimbar hanya bersifat teoritis.

Kedua, kita harus mampu bersaksi di dalam perkataan. Paulus mengatakan hendaklah kata-kata kita itu memberi rasa seperti garam. Di dalam berkata-kata kita harus berhati-hati. Saring dan pikirkan terlebih dahulu apakah kata-kata kita itu akan berpengaruh terhadap orang lain. Kata-kata kita adalah suara dari hati kita. Dari kata-kata kita orang lain dapat menilai pribadi kita. Kata-kata orang percaya dapat mempengaruhi satu jiwa untuk selamat atau tidak. Hari ini banyak orang percaya yang tidak dapat mengontrol kata-katanya sehingga mereka tidak dapat menjadi saksi kebangkitan Yesus sebaliknya menjadi batu yang masih menutupi kubur Yesus. Orang Kristen paling tidak harus bertobat di dalam 4 hal yaitu: 1) bertobat dengan lidahnya; 2) bertobat dengan otaknya; 3) bertobat dengan pikirannya; 4) bertobat dengan dompetnya. Orang yang sudah percaya adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17). 

Ketiga, kita harus mampu menggunakan keluarga sebagai tempat bersaksi. Setiap keluarga orang percaya hendaknya mengadakan Kebaktian Rumah Tangga secara berkala misalnya setiap minggu atau sebulan sekali sehingga orang lain dapat melihat bahwa mereka adalah keluarga yang percaya Tuhan. Keluarga adalah sangat penting. Markus 5 mengajarkan bahwa Yesus mau pertama-tama menyelamatkan orang di keluarga kita. Gereja mula-mula adalah gereja rumah, dari situlah Injil diberitakan. Ketika itu Paulus dan Barnabas juga tinggal di rumah-rumah jemaat sehingga menjadi pos-pos penginjilan. Keluarga-keluarga itu meneruskan pemberitaan Injil setelah Paulus pergi. Paulus ke Eropah ke rumah Lidia yang kemudian dijadikan gereja Filipi. Keluarga Lidia menjadi keluarga yang memuliakan Tuhan. 

Keempat, kita harus mampu menggunakan tempat kerja/profesi sebagai tempat bersaksi. Janganlah kita hanya berani berdoa dan memuji Tuhan di gereja tetapi di tempat kerja kita takut dan malu. Menjadi orang percaya harus berani menanggung resiko bahwa setiap kali kita membuka mulut memberitakan Tuhan mungkin kita akan dicemoohkan. Paulus menghadapi dan tantangan yang berat di dalam memberitakan Injil tetapi dia sama sekali tidak mundur (2Kor. 11:24-33). Kita tidak perlu seperti berkotbah di mimbar di tempat kerja kita tetapi yang paling penting kita beritakan tentang kebaikan dan kelakuan Yesus sehingga orang dapat melihat kebangkitan Yesus di dalam diri kita. 

Saat ini kita hidup di era postmo yang spirit zamannya ditandai dengan relativisme, individualisme, materialisme, gaya hidup yang hedonis dan pragmatis. Hal ini menantang kekristenan untuk membuktikan pada dunia ini arti hidup yang sesungguhnya. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang menekankan kebebasan hidup pribadi, di mana tidak ada standar yang mutlak sehingga kita bebas melakukan apa saja yang menurut kita baik dan benar, dan di sinilah kekristenan berperan untuk menunjukkan standar hidup yang tinggi, yang jelas berbeda dengan dunia ini. Belum lagi pengaruh materialisme yang menilai seseorang berdasarkan apa yang dimilikinya sehingga banyak orang terdorong menjadi konsumtif. Spirit ini kian merebak seiring dengan laju era yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian bagi seseorang sebagai individu.

Hidup di tengah spirit zaman yang demikian mengakibatkan kekosongan spiritualitas, hilangnya pengharapan dan kehancuran moralitas. Sebagai mahasiswa Kristen yang sedang melintasi zaman ini, mau tidak mau kita harus berhadapan dengan pilihan antara dilindas oleh spirit zaman ini atau berdiri tegak di atas kebenaran keyakinan kita yang absolut, dan tetap relevan di segala zaman.
  
Mengapa kita harus menyaksikan kebangkitan Yesus kepada dunia ini?

Pertama, karena kuasa Kebangkitan Kristus memberi kemenangan atas dosa kita. Ketika Yesus bangkit, Ia mendekati murid-murid-Nya dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Mat. 28:18). Kemenangan atas dosa dan kejahatan sungguh-sungguh sudah diperoleh. Kuasa-kuasa kegelapan dan keputusasaan sudah tidak berkutik lagi di bawah telapak kaki Kristus yang menang.

Kedua, karena kuasa kebangkitan Kristus itu nyata dalam hidup orang-orang Kristen dari abad ke abad. Mereka telah dimenangkan oleh Yesus Kristus yang bangkit setelah mereka mengundang Dia masuk ke dalam kehidupan mereka.

Ketiga, karena kuasa Kebangkitan Kristus itu haruslah menjadi demonstrasi dari kemenangan kepada kemenangan dalam hidup orang-orang percaya di sepanjang sejarah, di seantero jagad. Pekik kemenangan dan kesaksian yang hidup akan terus terngiang menyebarkan keharuman nama Kristus yang memerdekakan itu.

Keempat, karena kuasa Kebangkitan Kristus mengubahkan seseorang menjadi berani menyatakan kebenaran. Kematian Kristus serta merta menghancurkan pengharapan murid-murid-Nya. Mereka mengharapkan adanya pemulihan kerajaan bagi Israel dan dengan demikian mereka mendapat kedudukan dalam kerajaan tersebut. Ketika Yesus ditangkap para laskar Bait Allah, mereka meninggalkan-Nya dan lari menyelamatkan diri, sebab mereka takut ditangkap dan dipenjarakan (Mrk. 14:50). Mereka menjadi takut sehingga menonton penyaliban itu dari kejauhan (Luk. 23:26), mereka tidak berani secara nyata memperkenalkan diri sebagai orang-orang yang dekat dengan Yesus. Namun beberapa hari kemudian, semuanya itu berubah. Orang-orang Galilea yang kalut ini mulai mengumandangkan berita baru di Yerusalem. Mereka menegaskan dalam pemberitaan mereka bahwa Yesus itu benar Mesias (Kis. 2:36). 

Dapat dikatakan bahwa kuasa kebangkitan Kristus itu nyata di dalam perubahan radikal yang terjadi dalam diri murid-murid. Mereka yang sebelumnya adalah orang-orang yang penakut dan pengecut diubahkan menjadi berani dan penuh keyakinan. Petrus mempertaruhkan hidupnya dengan berkata dengan suara nyaring bahwa Ia telah melihat Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Ia berkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi dan semua yang tinggal di Yerusalem. 

Kelima, kuasa kebangkitan Kristus mengenyahkan segala ketakutan kita untuk menyatakan kebenaran dalam kondisi apapun juga (Mat. 10:28). Tuhan Yesus berkata, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”

Keenam, karena kuasa Kebangkitan Kristus memberi pengharapan untuk menatap masa depan. Rasul Paulus berkata: “Yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1Kor. 15:20). Kematian sudah dikalahkan. Yesus adalah buah sulung tuaian yang akan datang dari orang mati, anak sulung dari anak-anak kebangkitan. Karena Ia telah bangkit, kita pun akan hidup di balik kubur dalam orde baru Allah. Kebangkitan mendesak mundur masa depan kita ke batas-batas kekekalan, dan ini mempunyai dampak yang tak terhitung banyaknya pada setiap kehidupan. Tidak perlu kita berpegang kuat-kuat pada kehidupan di sini, sebab hidup di dunia ini hanya permulaan dari hidup kekal yang menunggu kita sesudah mati dan kemenangan sudah menjadi milik kita di dalam Dia.

Ada pengharapan bahwa semua perjuangan di dalam dunia yang penuh penderitaan akan berakhir diganti sukacita yang tiada tara bagi warga negara sorgawi. Pengharapan ini membuat kita gigih berjuang melalui hidup yang menentang arus zaman ini.

Ketujuh, karena kuasa Kebangkitan Kristus memberikan sukacita dan kedamaian. Rasul Paulus berkata, “Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan tidak terkatakan” (1Ptr. 1:8). Mengetahui bahwa Ia bersama kita dan mengasihi kita dengan kasih mendalam yang berlimpah-limpah menimbulkan sukacita di atas segala sukacita dalam hati.

Ia “dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rom. 4:25). Yesus yang bangkit merupakan janji bahwa pengorbanan-Nya untuk membuat pendamaian benar-benar bermanfaat bagi kita: dosa kita lenyap dan di dalam Kristus kita diterima di hadapan Allah.

Sukacita dan damai sejati hanya bisa terjadi jika ada jaminan kepastian masa depan. Kebangkitan Kristus adalah jaminan yang kokoh. Inilah yang menjadi dasar bagi kita untuk menyebarkan aroma sukacita dan damai itu di tengah spirit zaman ini. (rsnh)


Selamat Merayakan Hari Kebangkitan Yesus

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...