Minggu,
01 April 2018
“MENJADI SAKSI KEBANGKITAN
KRISTUS”
Kotbah: Kisah 10:39-43 Bacaan: Yunus 2:1-9
Hari ini kita
merayakan Kebangkitan Yesus Kristus dari
alam maut. Yesus bangkit mengalahkan segala kuasa kematian.
Kebangkitan Yesus menjadi suatu kemenangan atas kuasa kematian.
Pada Ibadah
Paskah I ini kita akan membahas tema “Menjadi saksi
kebangkitan Kristus”. Kebangkitan
Yesus adalah suatu peristiwa yang tidak lazim pada masa itu. Tidak ada seorang
pun yang pernah bangkit dari kematian. Bagi orang Israel tidak akan ada lagi
kehidupan dibalik kematian. Tetapi dengan peristiwa kebangkitan Yesus, maka
kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup orang percaya, tetapi menjadi
sebuah awal dari peziarahan hidup untuk masuk ke kehidupan yang kekal yakni
surga.
Pada peristiwa
kebangkitan, yang menjadi saksi pertama adalah kaum perempuan, yakni Maria
Magdalena. Namun, pada perayaan Paskah kali ini, kita semua disebut menjadi
saksi kebangkitan Yesus.
Apakah yang dimaksud dengan saksi? "Saksi"
adalah seseorang
yang menegaskan atau membuktikan sebuah fakta. Untuk menjadi saksi
yang efektif bagi Kristus, seseorang harus memiliki pengetahuan yang langsung
berasal dari-Nya.
Kisah
perjumpaan Petrus
dengan Kornelius
dilatarbelakangi oleh pengalaman spiritual Kornelius, malaikat telah
berbicara kepadanya dalam suatu penglihatan (ps.10:3-6). Hidup Kornelius yang saleh, ia dan juga
seisi rumahnya (ps.10:2), telah menjadi
pintu masuk pekabaran Injil. Keterbukaan Kornelius dan seisi rumahnya menerima
kehadiran Petrus (ps.10:33b) digunakan oleh Petrus untuk menyaksikan Yesus
Kristus. Bagi Petrus, penglihatan yang dialami oleh Kornelius dan kehadirannya
di rumah Kornelius telah memberikan pengertian yang baru bahwa sesungguhnya Allah tidak membedakan
orang (ps.10:34). Kata kuncinya bukan pada “keturunan Abraham”,
sebagaimana yang dipahami oleh orang Yahudi bahwa hanya para keturunan
Abrahamlah yang berhak menerima janji-janji Allah, melainkan pada “yang takut akan Allah dan
yang mengamalkan kebenaran” (ps.10:35), itulah yang berkenan di
hadapan Allah. Selanjutnya, Petrus menyaksikan kepada Kornelius bahwa Yesus Kristus
adalah Tuhan dari semua orang (ps.10:36). Dalam hal ini Petrus
hendak mengatakan kepada Kornelius bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan.
Tuhan yang selama ini, ia dan seisi rumahnya, sembah dalam kesalehan hidup
mereka. Pengajaran Petrus kemudian berlanjut pada sebuah kesaksian tentang
hubungan antara dirinya dan para murid yang lain dengan Yesus Kristus. Petrus dan para
murid yang lain adalah saksi hidup dari segala sesuatu yang diperbuat Yesus Kristus di tanah
Yudea maupun Yerusalem (ps.10:39). Apakah yang telah diperbuat
Yesus dari Nazaret itu?
Dalam
pengajarannya, Petrus menyaksikan bahwa Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus dan kuat kuasa dalam
suatu peristiwa penting yakni pembaptisan-Nya oleh Yohanes (ps.10:37).
Dengan urapan dan kuat kuasa tersebut, Yesus berjalan berkeliling sambil
berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis. Namun perjalanan
Yesus ini kemudian harus berakhir di kayu salib. Yesus mati dibunuh. Apakah
perjalanan Yesus kemudian sunggun-sungguh berakhir?
Dalam
kesaksian selanjutnya, Petrus mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan Allah pada hari yang
ketiga. Bukti kebangkitan Yesus yaitu penampakan Diri-Nya kepada
para murid-Nya (ay.40-41). Petrus juga bersaksi bahwa Yesus memberikan tugas kepada mereka untuk memberitakan kebangkitan-Nya tersebut kepada seluruh bangsa
dan sekaligus juga bersaksi bahwa Yesus itulah yang ditentukan Allah menjadi
Hakim atas orang-orang yang hidup dan orang mati (ay.42). Dan barangsiapa yang
percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa (ay.43).
Apa
dampak pengajaran Petrus selanjutnya bagi keluarga Kornelius dan seisi
rumahnya? Dalam ayat 44-45 dikisahkan bahwa para pendengarnya pada waktu itu menerima Roh Kudus
sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak membaptis mereka.
Ada
beberapa hal yang dapat menjadi inspirasi untuk menolong kita tiba pada ketiga
tujuan yang dimaksud yaitu: keyakinan umat terhadap Yesus, keyakinan umat
terhadap pengurapannya, dan tugas pemulihan (penyembuhan).
Inspirasi
pertama,
tanggapan Petrus terhadap undangan Kornelius bahwa Allah tidak membedakan
orang, bahwa Petrus telah memiliki pengertian yang baru tentang Allah; kedua,
kesaksian Petrus tentang Yesus, bahwa Petrus memakai perjumpaannya dengan
Kornelius sebagai kesempatan untuk bersaksi; ketiga, kehadiran Petrus
di rumah Kornelius merupakan bagian dari pemenuhan tugas dari Allah.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah yang
kita lakukan sebagai saksi Kebangkitan Yesus Kristus saat ini?
Pertama, kita harus mampu bersaksi di
dalam perbuatan.
Yakobus 2 mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman dan perbuatan
adalah bagaikan kembar. Iman tidak dapat dilihat orang tetapi perbuatan dapat.
Perbuatan kita sehari-hari adalah kesaksian kita. Mata orang dunia sangat jeli.
Kalau kelakuan kita tidak lebih baik dari mereka maka mereka tidak akan percaya
Yesus. Perbuatan yang baik dari orang percaya adalah lebih baik dari
kotbah di mimbar karena kotbah di mimbar hanya bersifat teoritis.
Kedua, kita harus mampu bersaksi di dalam perkataan. Paulus mengatakan hendaklah kata-kata kita itu memberi rasa seperti garam. Di dalam berkata-kata kita harus berhati-hati. Saring dan pikirkan terlebih dahulu apakah kata-kata kita itu akan berpengaruh terhadap orang lain. Kata-kata kita adalah suara dari hati kita. Dari kata-kata kita orang lain dapat menilai pribadi kita. Kata-kata orang percaya dapat mempengaruhi satu jiwa untuk selamat atau tidak. Hari ini banyak orang percaya yang tidak dapat mengontrol kata-katanya sehingga mereka tidak dapat menjadi saksi kebangkitan Yesus sebaliknya menjadi batu yang masih menutupi kubur Yesus. Orang Kristen paling tidak harus bertobat di dalam 4 hal yaitu: 1) bertobat dengan lidahnya; 2) bertobat dengan otaknya; 3) bertobat dengan pikirannya; 4) bertobat dengan dompetnya. Orang yang sudah percaya adalah ciptaan baru (2Kor. 5:17).
Ketiga, kita harus mampu menggunakan keluarga sebagai tempat bersaksi. Setiap keluarga orang percaya hendaknya mengadakan Kebaktian Rumah Tangga secara berkala misalnya setiap minggu atau sebulan sekali sehingga orang lain dapat melihat bahwa mereka adalah keluarga yang percaya Tuhan. Keluarga adalah sangat penting. Markus 5 mengajarkan bahwa Yesus mau pertama-tama menyelamatkan orang di keluarga kita. Gereja mula-mula adalah gereja rumah, dari situlah Injil diberitakan. Ketika itu Paulus dan Barnabas juga tinggal di rumah-rumah jemaat sehingga menjadi pos-pos penginjilan. Keluarga-keluarga itu meneruskan pemberitaan Injil setelah Paulus pergi. Paulus ke Eropah ke rumah Lidia yang kemudian dijadikan gereja Filipi. Keluarga Lidia menjadi keluarga yang memuliakan Tuhan.
Keempat, kita harus mampu menggunakan tempat kerja/profesi sebagai tempat bersaksi. Janganlah kita hanya berani berdoa dan memuji Tuhan di gereja tetapi di tempat kerja kita takut dan malu. Menjadi orang percaya harus berani menanggung resiko bahwa setiap kali kita membuka mulut memberitakan Tuhan mungkin kita akan dicemoohkan. Paulus menghadapi dan tantangan yang berat di dalam memberitakan Injil tetapi dia sama sekali tidak mundur (2Kor. 11:24-33). Kita tidak perlu seperti berkotbah di mimbar di tempat kerja kita tetapi yang paling penting kita beritakan tentang kebaikan dan kelakuan Yesus sehingga orang dapat melihat kebangkitan Yesus di dalam diri kita.
Saat ini kita hidup di
era postmo yang spirit zamannya ditandai dengan
relativisme, individualisme, materialisme, gaya hidup yang hedonis dan pragmatis.
Hal ini menantang kekristenan untuk membuktikan pada dunia ini arti hidup yang
sesungguhnya. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang menekankan kebebasan
hidup pribadi, di mana tidak ada standar yang mutlak sehingga kita bebas
melakukan apa saja yang menurut kita baik dan benar, dan di sinilah kekristenan
berperan untuk menunjukkan standar hidup yang tinggi, yang jelas berbeda dengan
dunia ini. Belum lagi pengaruh materialisme yang menilai seseorang berdasarkan
apa yang dimilikinya sehingga banyak orang terdorong menjadi
konsumtif. Spirit ini kian merebak seiring dengan laju era yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian bagi seseorang sebagai individu.
Hidup di tengah spirit zaman yang
demikian mengakibatkan kekosongan spiritualitas, hilangnya pengharapan dan
kehancuran moralitas. Sebagai mahasiswa Kristen yang sedang melintasi zaman
ini, mau tidak mau kita harus berhadapan dengan pilihan antara dilindas
oleh spirit zaman ini atau berdiri tegak di atas kebenaran keyakinan
kita yang absolut, dan tetap relevan di segala zaman.
Mengapa
kita harus menyaksikan kebangkitan Yesus kepada dunia ini?
Pertama, karena kuasa Kebangkitan Kristus memberi kemenangan atas dosa
kita. Ketika Yesus bangkit, Ia
mendekati murid-murid-Nya dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa
di sorga dan di bumi” (Mat. 28:18). Kemenangan atas dosa dan kejahatan
sungguh-sungguh sudah diperoleh. Kuasa-kuasa kegelapan dan keputusasaan sudah
tidak berkutik lagi di bawah telapak kaki Kristus yang menang.
Kedua, karena kuasa kebangkitan Kristus itu nyata dalam hidup
orang-orang Kristen dari abad ke abad. Mereka telah dimenangkan oleh
Yesus Kristus yang bangkit setelah mereka mengundang Dia masuk ke dalam
kehidupan mereka.
Ketiga, karena kuasa Kebangkitan Kristus itu haruslah menjadi
demonstrasi dari kemenangan kepada kemenangan dalam hidup
orang-orang percaya di sepanjang sejarah, di seantero jagad. Pekik kemenangan
dan kesaksian yang hidup akan terus terngiang menyebarkan keharuman nama
Kristus yang memerdekakan itu.
Keempat, karena kuasa Kebangkitan Kristus mengubahkan seseorang
menjadi berani menyatakan kebenaran. Kematian Kristus serta merta
menghancurkan pengharapan murid-murid-Nya. Mereka mengharapkan adanya pemulihan
kerajaan bagi Israel dan dengan demikian mereka mendapat kedudukan dalam
kerajaan tersebut. Ketika Yesus ditangkap para laskar Bait Allah, mereka
meninggalkan-Nya dan lari menyelamatkan diri, sebab mereka takut ditangkap dan
dipenjarakan (Mrk. 14:50). Mereka menjadi takut sehingga menonton penyaliban
itu dari kejauhan (Luk. 23:26), mereka tidak berani secara nyata memperkenalkan
diri sebagai orang-orang yang dekat dengan Yesus. Namun beberapa hari kemudian,
semuanya itu berubah. Orang-orang Galilea yang kalut ini mulai mengumandangkan
berita baru di Yerusalem. Mereka menegaskan dalam pemberitaan mereka bahwa
Yesus itu benar Mesias (Kis. 2:36).
Dapat dikatakan bahwa kuasa kebangkitan Kristus
itu nyata di dalam perubahan radikal yang terjadi dalam diri murid-murid.
Mereka yang sebelumnya adalah orang-orang yang penakut dan pengecut diubahkan
menjadi berani dan penuh keyakinan. Petrus mempertaruhkan hidupnya dengan
berkata dengan suara nyaring bahwa Ia telah melihat Yesus yang bangkit dari
antara orang mati. Ia berkhotbah di hadapan orang-orang Yahudi dan semua yang
tinggal di Yerusalem.
Kelima, kuasa kebangkitan Kristus mengenyahkan segala ketakutan
kita untuk menyatakan kebenaran dalam kondisi apapun juga (Mat. 10:28).
Tuhan Yesus berkata, “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat
membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama
kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
Keenam, karena kuasa Kebangkitan Kristus memberi pengharapan untuk
menatap masa depan. Rasul Paulus
berkata: “Yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang
mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1Kor. 15:20).
Kematian sudah dikalahkan. Yesus adalah buah sulung tuaian yang akan datang
dari orang mati, anak sulung dari anak-anak kebangkitan. Karena Ia telah
bangkit, kita pun akan hidup di balik kubur dalam orde baru Allah. Kebangkitan
mendesak mundur masa depan kita ke batas-batas kekekalan, dan ini mempunyai
dampak yang tak terhitung banyaknya pada setiap kehidupan. Tidak perlu kita
berpegang kuat-kuat pada kehidupan di sini, sebab hidup di dunia ini hanya
permulaan dari hidup kekal yang menunggu kita sesudah mati dan kemenangan sudah
menjadi milik kita di dalam Dia.
Ada pengharapan bahwa semua perjuangan di dalam
dunia yang penuh penderitaan akan berakhir diganti sukacita yang tiada tara
bagi warga negara sorgawi. Pengharapan ini membuat kita gigih berjuang melalui
hidup yang menentang arus zaman ini.
Ketujuh, karena kuasa Kebangkitan Kristus memberikan sukacita dan
kedamaian. Rasul Paulus berkata,
“Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu
bergembira karena sukacita yang mulia dan tidak terkatakan” (1Ptr. 1:8).
Mengetahui bahwa Ia bersama kita dan mengasihi kita dengan kasih mendalam yang
berlimpah-limpah menimbulkan sukacita di atas segala sukacita dalam hati.
Ia “dibangkitkan karena pembenaran kita” (Rom.
4:25). Yesus yang bangkit merupakan janji bahwa pengorbanan-Nya untuk membuat
pendamaian benar-benar bermanfaat bagi kita: dosa kita lenyap dan di dalam
Kristus kita diterima di hadapan Allah.
Sukacita dan damai sejati hanya bisa terjadi
jika ada jaminan kepastian masa depan. Kebangkitan Kristus adalah jaminan yang
kokoh. Inilah yang menjadi dasar bagi kita untuk menyebarkan aroma sukacita dan
damai itu di tengah spirit zaman ini. (rsnh)
Selamat Merayakan Hari Kebangkitan Yesus