Kamis, 25 Februari 2021

Renungan hari ini: “TINGGAL AMAN DALAM TUHAN” (Amsal 1:33)

 Renungan hari ini:

 

“TINGGAL AMAN DALAM TUHAN”




 

Amsal 1:33 (TB) "Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka" 

 

Proverbs 1:33 (NET) "But the one who listens to me will live in security, and will be at ease from the dread of harm"

 

“Tinggal Aman” berarti kita berlanjut hidup di dalam TUHAN. Aman dan terlindung dari kedahsyatan malapetaka. Tinggal bersama TUHAN kita dimampukan menghadapi dan melewati malapetaka yang mematikan. Tinggal bersama TUHAN ini merujuk kita tinggal bersama Yesus. Itu sebab ada syair lagu “S’lamat di tangan Yesus” (KJ No. 388). Ketika seseorang diselamatkan, ia digambarkan sebagai “di dalam Kristus” (Rm. 8:1; 2 Kor. 5:17), berhubungan secara permanen bersama-Nya dengan aman (Yoh. 10:28-29). Jadi, tinggal di dalam TUHAN bukan satu tingkatan khusus dari keKristenan, yang terbatas pada orang-orang dewasa rohani saja; melainkan, ialah posisi semua umat percaya. Perbedaan di antara mereka yang tinggal di dalam TUHAN dan mereka yang tidak tinggal di dalam TUHAN tidak lain dari perbedaan orang selamat dengan orang belum selamat.

 

Konsep tinggal di dalam TUHAN (baca: Kristus) ini diajarkan dalam 1 Yohanes 2:5-6, yang disamakan dengan istilah “mengenal” Kristus (ay. 2 dan 3). Pada pasal yang sama, Yohanes menyamakan “tetap tinggal” di dalam Bapa dan Putra dengan memiliki janji kehidupan kekal (ay. 24 dan 25). Secara alkitabiah, “tinggal di dalam,” “tetap tinggal,” dan “mengenal” Kristus merujuk kepada hal yang sama: keselamatan.

 

Ungkapan tinggal di dalam TUHAN (Kristus) menggambarkan sebuah hubungan yang dekat, bukan sekedar pengenalan secara luaran saja. Di dalam 1 Yohanes 15:4-7, Yesus memberitahu para rasul-Nya bahwa mereka harus menarik sumber kehidupan dari Diri-Nya, dengan menggunakan kiasan pokok dan ranting anggur: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” Tanpa keterhubungan hayati dengan Kristus yang diperoleh melalui keselamatan, tidak akan ada kehidupan dan produktifitas. Di tempat lain, Alkitab menggambarkan hubungan kita dengan Kristus seperti tubuh yang terhubung dengan kepala (Kol. 1:18) – sebuah hubungan esensial. 

 

Ada beberapa orang yang mengartikan himbauan Yohanes 15:6 (orang yang tidak tinggal di dalam-Nya akan dibuang, menjadi kering, dan dibakar) sebagai himbauan bahwa umat Kristus dapat kehilangan keselamatannya. Dalam kata lain, mereka sedang mengajukan bahwa orang bisa selamat namun tidak “tinggal” di dalam-Nya, kemudian mereka akan dicampakkan. Hal ini mungkin benar andaikata konsep “tinggal” ini terpisah dari keselamatan, di mana hubungan dekat dengan Kristus harus dipertahankan setelah diselamatkan. Alkitab menjelaskan bahwa keselamatan datangnya sebagai anugerah dan dipertahankan juga oleh kasih karunia-Nya (Gal. 3:2-3). Dan juga, jika sebuah ranting dapat jatuh dari pokoknya, sehingga keselamatan dapat hilang, maka ada bagian ayat lainnya yang bertentangan (baca Yoh. 10:27-30).

 

Cara terbaik menafsirkan kiasan ini sebagai berikut: Yesus adalah Pokok yang Benar. Para ranting yang “tinggal” di dalam-Nya adalah mereka yang keselamatannya sejati – mereka mempunyai hubungan yang benar-benar menghidupkan dengan Sang Juruselamat. Para ranting yang kering tidak “tinggal” di dalam-Nya adalah orang yang pura-pura selamat namun belum, yang meniru keterhubungan dengan Juruselamat namun tidak menarik kehidupan dari-Nya. Pada akhirnya, mereka yang palsu akan terbukti: mereka tidak terhubung dengan Yesus. Untuk suatu waktu, perjalanan Petrus dan Yudas bersama Kristus terlihat serupa. Namun Petrus terhubung dengan Sang Pokok Anggur; tidak demikian dengan Yudas.

 

Yohanes menyampaikan prinsip ranting kering ini dengan cara berikut: “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita” (1 Yoh. 2:19).

 

Salah satu bukti keselamatan adalah ketekunan, atau tinggal secara berkelanjutan dalam Kristus. Orang yang selamat akan terus berjalan dengan Kristus (baca Why. 2:26). Allah akan menyelesaikan karya-Nya di dalam mereka (Flp. 1:6), dan pada akhirnya mereka akan menghasilkan buah yang banyak bagi kemuliaan Allah (Yoh. 15:5). Mereka yang pergi, yang berpaling dari Kristus, dan yang tidak berlanjut tinggal bersama-Nya membuktikan ketiadaan iman mereka. Tinggal di dalam Kristus tidak menyelamatkan kita, melainkan menyediakan bukti akan keselamatan kita. Bukti tinggal di dalam Kristus (bukti bahwa seseorang benar-benar selamat dan tidak hanya pura-pura) antara lainnya adalah ketaatan kepada perintah Kristus (Yoh. 15:10; 1 Yoh. 3:24); mengikuti teladan Yesus (1 Yoh. 2:6); hidup bebas dari dosa kebiasaan (1 Yoh. 3:6); dan kesadaran terhadap adanya Roh Kudus yang berdiam di dalam hati seseorang (1 Yoh. 4:13). Karena itu, tetaplah tinggal bersama TUHAN hingga akhir hidup kita. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...