Senin, 06 Desember 2021

Renungan hari ini: “PENDERITAAN MENJADI KESELAMATAN” (Yesaya 38:17)

 Renungan hari ini:

 

“PENDERITAAN MENJADI KESELAMATAN”




 

Yesaya 38:17 (TB) "Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu"

 

Isaiah 38:17 (NET) “Look, the grief I experienced was for my benefit. You delivered me from the pit of oblivion. For you removed all my sins from your sight"

 

Pernyataan Yesaya ini agak sulit diterima akal manusia. Mana mungkin penderitaan menjadi keselamatan. Penderitaan itu membawa orang pada kesengsaraan. Itulah yang berlaku umum secara duniawi. Namun Yesaya memberikan jaminan bahwa di balik duka ada suka. Allah memiliki suatu tujuan di balik segala penderitaan. Allah menggunakan keadaan-keadaan untuk mengembangkan karakter kita. Bahkan sebetulnya, Dia lebih bergantung pada keadaan untuk menjadikan kita serupa dengan Yesus ketimbang pada kegiatan kita membaca Kitab Suci. Alasannya jelas: kita menghadapi berbagai keadaan 24 jam sehari.

 

Yesus memperingatkan kita bahwa kita akan menghadapi aneka masalah dan penderitaan di dunia “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yoh. 16:33).  Tidak ada seorang pun yang kebal terhadap penderitaan atau terlindungi dari penderitaan, dan tidak seorang pun yang akan menjalani kehidupan ini tanpa masalah. Setiap kali kita berhasil memecahkan satu masalah, masalah lain sudah menanti untuk muncul. Tidak semua masalah itu besar, tetapi semuanya berperan penting dalam proses pertumbuhan yang disiapkan Allah bagi kita. 

 

Petrus meyakinkan kita bahwa penderitaan itu normal, dengan mengatakan, "Janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu" (1 Ptr. 4:12). Allah memakai penderitaan untuk menarik kita lebih dekat kepada Diri-Nya. Kitab Suci mengatakan, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya" (Mzm. 34:18). Pengalaman-pengalaman penyembahan kita yang paling hebat dan mendalam mungkin terjadi ketika kita tengah mengalami masa-masa tergelap dalam hidup kita -- ketika kita patah hati, merasa ditinggalkan, tidak dipilih, atau ketika mengalami penderitaan badani yang luar biasa -- dan kita datang kepada Allah sendiri. Selama dalam penderitaan itulah kita belajar untuk menaikkan doa-doa kita yang paling murni, sepenuh hati, dan jujur kepada Allah. 

 

Ketika kita berada di dalam penderitaan, kita tidak lagi memiliki tenaga untuk menaikkan doa-doa yang dangkal. Ketika hidup terasa menyenangkan, kita mungkin menikmatinya dengan kerinduan untuk mengetahui tentang Yesus, dengan meniru Dia dan mengutip perkataan-Nya serta membicarakan-Nya. Tetapi hanya dalam penderitaanlah kita akan benar- benar mengenal Yesus. 

 

Kita mempelajari berbagai hal tentang Allah di dalam penderitaan karena hal itu tidak bisa kita pelajari dengan cara lain. Allah tentu bisa saja mencegah agar Yusuf tidak masuk penjara (Kej. 39:20-22), agar Daniel tidak dimasukkan dalam gua singa (Dan. 6:16-23), agar Yeremia tidak dimasukkan ke dalam perigi (Yer. 38:6), agar Paulus tidak mengalami karam kapal tiga kali (2 Kor. 11:25) dan mencegah tiga pemuda Ibrani agar tidak dibuang dalam perapian yang menyala-nyala (Dan. 3:1-26) tetapi Allah tidak melakukannya. Allah mengizinkan penderitaan tersebut terjadi, dan sebagai hasilnya setiap orang tersebut ditarik lebih dekat kepada Allah. Penderitaan mendorong kita untuk memandang kepada Allah dan bergantung pada-Nya dan bukan pada diri kita sendiri. Paulus memberikan kesaksian tentang hal ini: "Kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati" (2 Kor. 1:9). 

 

Kita tidak akan pernah menyadari bahwa Allah adalah satu-satunya yang kita butuhkan sebelum kita merasakan Allah sebagai satu-satunya yang kita miliki. Apapun penyebabnya, tidak ada satu pun masalah yang bisa terjadi tanpa izin Allah. Segala sesuatu yang terjadi atas seorang anak Allah sudah disaring oleh Bapa, dan Dia bermaksud menggunakannya untuk kebaikan meskipun Iblis dan yang lain memaksudkannya untuk keburukan.

 

Karena Allah adalah pemegang kendali tertinggi, penderitaan hanyalah insiden-insiden dalam rencana kebaikan dari Allah bagi kita. Karena setiap hari dari kehidupan kita sudah tertulis pada penanggalan Allah sebelum kita dilahirkan (Mzm. 139:16) maka "segala sesuatu" yang terjadi pada kita memiliki manfaat rohani. Segala sesuatu! Roma 8:28-29 menjelaskan alasannya: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya." Karena itu, nikmatilah segala penderitaan yang kita alami sebagi jalan menuju keselamatan kekal. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...