Minggu, 22 Agustus 2021

Renungan hari ini: “BERSUKACITALAH SENANTIASA” (Filipi 4:4)

 Renungan hari ini:

 

“BERSUKACITALAH SENANTIASA”




 

Filipi 4:4 (TB) "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"

 

Philippians 4:4 (NET) Rejoice in the Lord always. Again I say, rejoice!"

 

Pastilah kita pernah merasakan suka cita. Ungkapan suka cita itu pun beragam bentuknya. Paulus berulang kali meminta jemaat Filipi untuk bersukacita di dalam Tuhan, penghimbauan ini sesuatu yang tidak kita duga. Di dalam pemikiran kita, orang-orang yang spiritual, fokusnya mereka hanya pada bagaimana untuk membela Injil, bagaimana berhadapan dengan guru dan nabi palsu, bagaimana untuk membantu gereja bertumbuh, tetapi kita tidak akan terpikir bahwa Paulus akan meminta jemaat untuk selalu bersukacita di dalam Tuhan. Paulus bukan saja meminta gereja untuk bersukacita, tetapi dia berkali-kali mengulangi perintah ini. Dikatakan di Filipi 3.1, “Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. (3-1b) Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.”

 

Paulus berulang kali meminta jemaat Filipi untuk bersukacita, karena sukacita itu adalah indikator yang mencerminkan kondisi spiritual kita. Sekiranya kehidupan spiritual itu sehat, segala sesuatu dalam keadan baik-baik dan seharusnya, maka akan ada sukacita; sekiranya terdapat permasalahan di dalam kehidupan spiritual, maka sukacita akan dengan segara menghilang.

 

Pertanyaannya sekarang mengapa Paulus meminta kita bersuka cita senantiasa?

 

Pertama, agar kita mampu berdiri teguh. “Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!” (ay. 1). Perhatikan, di ayat 1, Paulus meminta gereja untuk berdiri teguh dalam Tuhan; di ayat 4, Paulus meminta jemaat untuk “bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan,”; keduanya sangat erat berhubungan. Untuk kita dapat senantiasa bersukacita, kita harus teguh berdiri; Hanya mereka yang teguh berdiri yang akan dapat senantiasa bersukacita. Dengan kata lain, hidup yang berkemenangan merupakan rahasia bagi kehidupan yang bersukacita. Saat kita berhadapan dengan masalah dan ujian, dan kita berkemenangan ke atasnya oleh kasih karunisa Tuhan, maka kita pasti akan dipenuhi oleh sukacita yang datang dari kemenangan itu. Sebaliknya, jika kita menyerah dan gagal saat kesusahan dan ujian datang, kita pasti akan merasa bersalah, menyalahkan diri kita dan jatuh ke dalam depresi. Seorang Kristen yang selalu kalah, tidak akan dapat bersukacita.

 

Kedua, untuk dapat selalu bersukacita, kita harus memiliki pikiran Kristus. Mengapa kita selalu tidak senang, gelisah dan loyo secara rohani? Apakah karena ada masalah dalam hubugan kita dengan orang lain? Karena selalu ada persoalan hubungan manusia itu adalah alasan utama mengapa orang tidak dapat bersukacita. Apakah kita senang berkerja di perusahaan, menghadiri pertemuan gereja, atau ke sekolah, semuanya itu sangat bergantung pada bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Kita tidak akan senang dengan pekerjaan kita, jika kita membenci bos  dan kolega kita. Kita senang menghadiri pertemuan gereja karena kita nyaman di gereja, semua orang di sana penuh kasih dan tulus. Kita tidak suka tinggal di asrama sekolah karena teman-teman di sana senang gosip. Di mana ada damai dan kesatuan, di situ akan ada sukacita;sebaliknya, di mana ada konflik, kesenjangan, akan ada tekanan dan perselisihan. Prinsip ini berlaku entah di rumah, kantor, sekolah atau gereja. 

 

Ketiga, untuk senantiasa bersukacita, kita harus hidup di dalam kasih Tuhan. Orang yang hatinya penuh dengan kasih pasti akan penuh dengan sukacita; orang yang hatinya penuh dengan kebencian, iri, keluhan tidaklah mungkin dapat bersukacita. Kata sukacita dalam bahasa Yunani ini muncul lebih dari 13 kali dalam bentuk kata benda dan kata kerja. Janganlah lupa bahwa pada waktu itu, Paulus sedang berada di dalam penjara, di bawah tekanan yang besar. Mengapa dia masih dapat bersukacita di tengah lingkungan yang demikian? Apa yang menjadi rahasianya? Paulus dapat bersukacita senantiasa, karena dia selalu hidup di dalam kasih Kristus, yang menjadi perhatian dia adalah orang lain, bukan dirinya sendiri. 

 

Setiap kali Paulus mendoakan Jemaat Filipi, hatinya dipenuhi oleh ucapan syukur dan sukacita. Sukacitanya bukan untuk dirinya sendiri tetapi bagi gereja, dia bersukacita melihat pekerjaan Tuhan di tengah jemaat. Contohnya lagi di Filipi 2.2, “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.

 

Kapan Paulus akan bersukacita? Saat setiap orang di dalam gereja sehati dan sepikir, tidak membentuk kelompok sendiri-sendiri dan bertikai satu dengan yang lainnya. Bagaimana dengan kita? Kapan kita akan bersukacita? Tentu saja saat kita memperoleh kenaikan pangkat dan menjadi kaya, atau saat Allah memberikan kesembuhan atau saat doa kita terjawab. Mengapa Paulus senantiasa bersukacita dan kita selalu depresi? Di sinilah letaknya perbedaan itu: Paulus telah melupakan dirinya sendiri, tidak mencari keuntungan pribadi, hanya mencari kepentingan orang lain, dengan demikian, gereja itu dapat bertumbuh dan karena itu Paulus dipenuhi oleh sukacita. Karena itu, mari terus bersuka cita senantiasa di dalam TUHAN. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...