Renungan hari ini:
“MAMPU MEMBEDAKAN ANTARA KUDUS DENGAN TIDAK KUDUS”
Imamat 10:10-11 (TB) "Haruslah kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis, dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan perantaraan Musa"
Leviticus 10:10-11 (NET) "As well as to distinguish between the holy and the common, and between the unclean and the clean, and to teach the Israelites all the statutes that the Lord has spoken to them through Moses”
Nas hari ini adalah suatu ketentuan yang disampaikan Musa kepada Harun, seorang yang dipilih Tuhan sebagai imam besar bagi bangsa Israel. Salah satu prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang imam ini berkaitan dengan tugasnya yang selalu berhubungan dengan persembahan-persembahan kudus yang harus ia naikkan kepada Allah. Diperlukan kejelian, ketelitian dan ketajaman mata bagi seorang seorang imam untuk dapat membedakan hal-hal mana yang layak dan mana yang ternyata tidak layak untuk dipersembahkan kepada Tuhan, mana yang najis dan mana yang tidak najis.
Harun pernah memiliki pengalaman mengenai hal ini sebelumnya, yaitu ketika kedua anaknya, Nadab dan Abihu harus mati karena mempersembahkan suatu ‘api asing’ ke dalam perbaraannya sehingga menimbulkan murka Tuhan. Sebagai seorang imam seharusnya mereka sudah paham dan mampu membedakan antara apa yang disukai dan yang tidak disukai Tuhan.
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini, bahwa sebagai umat Tuhan atau lebih tepatnya sebagai imamat yang rajani, kita seharusnya sudah memiliki ketajaman atau kepekaan untuk membedakan hal-hal manakah yang berasal dari Tuhan dan yang bukan dari Tuhan. Tuhan mau kita terus bertumbuh dan masuk ke level yang baru dimana seharusnya kita sudah tidak perlu lagi selalu dituntun dan diajari orang lain untuk membedakan yang benar dan yang salah, kalau memang kebenaran firman Tuhan itu sungguh ada di dalam kehidupan kita. Tuhan mau kita menjadi pribadi yang teliti dan tajam yang tidak hanya bergantung pada kemampuan mata jasmani semata-mata, namun juga mau menggunakan ketajaman mata rohani.
Kelemahan mata jasmani yang dimiliki seseorang seringkali ditanggulangi dengan menambahkan kacamata atau lensa kontak sehingga orang tersebut dapat melihat dengan lebih jelas. Namun, untuk mengatasi kekurangtajaman dalam membedakan mana hal yang berasal dari Tuhan dan yang bukan, dibutuhkan kepekaan atau bahkan karunia untuk membedakan. Inilah yang dimaksud Tuhan dengan perlunya menggunakan “kacamata yang kedua”, yaitu memiliki ketajaman rohani.
Ketajaman mata rohani dan kepekaan yang dimiliki membuat umat Tuhan seharusnya mampu untuk:
Pertama, kita harus terhindar dari kebohongan (1 Raj. 13:18). Lalu jawabnya kepadanya: “Aku pun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air.” Tetapi ia berbohong kepadanya. Kisah di atas menceritakan seorang nabi muda yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada Yerobeam raja Yehuda, namun hidupnya harus berakhir dengan tragis ketika seseorang yang mengatasnamakan dirinya seorang nabi senior berdusta kepadanya dengan mengatakan bahwa ia diperintahkan Tuhan untuk mengundang nabi muda tersebut untuk makan di rumahnya. Padahal sebelumnya, Tuhan sendiri telah berpesan secara pribadi kepada si nabi muda untuk tidak makan dan minum di tempat manapun dan segera pulang setelah menyelesaikan tugasnya, melalui jalan yang lain.
Apa yang membuat sang nabi muda akhirnya terpikat dengan tipuan dan bujuk rayu sang nabi senior, sehingga mengakibatkan ia harus menanggung resiko atas hidupnya? Karena ia lebih berfokus kepada apa yang dikatakan oleh manusia yang mengatasnamakan Tuhan, padahal Tuhan sendiri sudah berbicara langsung kepadanya. Segala kepekaan yang ia miliki ketika mendengar suara Tuhan tertutup oleh rasa sungkannya kepada manusia.
Kedua, kita harus terhindar dari niat orang jahat (Neh. 6:12). Karena kuketahui benar, bahwa Allah tidak mengutus dia. Ia mengucapkan nubuat itu terhadap aku, karena disuap Tobia dan Sanbalat. Begitu Nehemia mendengarkan saran dari Semaya untuk mengadakan pertemuan di rumah Allah, di dalam Bait Suci, seketika itu juga Nehemia mengetahui bahwa nubuat yang disampaikan oleh Semaya adalah nubuat yang bukan berasal dari Allah, dan akhirnya ketahuan bahwa Semaya telah disuap oleh pihak lawan untuk menjebak Nehemia.
Cinta akan bangsa dan niat tulus hati Nehemia akan pemulihan tembok Yerusalem yang juga adalah kerinduan hati Tuhan, ditambah dengan jalinan keintiman hubungannya dengan Tuhan serta firman-Nya, membentuk Nehemia menjadi seorang pribadi yang peka dan tajam dalam mendengar suara Tuhan. Hal-hal inilah yang membuat Nehemia mampu membedakan antara suara Tuhan dengan suara-suara yang “mengatasnamakan” Tuhan, padahal bukan suara Tuhan, sehingga ia terluput dari bahaya.
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan untuk menangkap dan mendengar berbagai macam suara, seperti sebuah pesawat televisi yang mampu menangkap berbagai gelombang yang dipancarkan oleh berbagai stasiun televisi. Namun sebagai umat Tuhan, dimana ada Roh Kudus di dalamnya, seharusnya kita mampu membedakan mana gelombang dari Sorga dan mana yang bukan.
Ketiga, kita harus terhindar dari berbagai persekongkolan (Yos. 9:22). Lalu Yosua memanggil mereka dan berkata kepada mereka, demikian: “Mengapa kamu menipu kami dengan berkata: Kami ini tinggal sangat jauh dari pada kamu, padahal kamu diam di tengah-tengah kami? Hanya karena Yosua melihat bangsa Gibeon datang kepadanya dan mengaku berasal dari negeri yang jauh, dengan mengenakan pakaian dan kasut yang buruk, ditambah pula dengan bekal roti mereka yang sudah kering, maka serta merta dengan begitu saja kemudian Yosua mengadakan persahabatan dan mengikat perjanjian dengan Gibeon serta berjanji akan membiarkan mereka tetap hidup, tanpa bertanya terlebih dahulu kepada Tuhan. Hanya berselang tiga hari saja setelah peristiwa itu, Yosua mengetahui kecurangan tersebut dan mendapati kenyataan bahwa Gibeon adalah penduduk asli Kanaan yang seharusnya dibinasakan.
Seringkali ketajaman mata rohani menjadi tidak berfungsi dengan baik, ketika mata jasmani dan indera-indera lainnya dibiarkan mendominasi keputusan-keputusan yang kita ambil. Sejak awal sebenarnya Yosua sudah merasakan adanya kejanggalan ketika pertama kali berjumpa dengan bangsa Gibeon, namun sayangnya karunia serta kepekaan Yosua tidak diaktivasikan, sehingga berakhir dengan penyesalan yang sangat.
Umat Tuhan, melalui pesan Tuhan ini kita sudah diperingatkan bahwa akan ada begitu banyak penipuan demi penipuan, termasuk orang-orang yang datang kepada kita dengan mengatasnamakan Tuhan Yesus, padahal sesungguhnya bukan dari Tuhan. Diperlukan “kacamata” rohani yang jeli untuk dapat membedakan semuanya itu. Terhubunglah senantiasa dengan Sumber yang asli, yaitu Bapa di Sorga, sehingga dapat mengenali mana yang palsu. Karena itu, kita harus memiliki ketajaman rohani agar kita mampu membedakan antara yang kudus dengan tidak kudus. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini untuk TUHAN