Renungan hari ini:
“ORANG PERCAYA MEMPUNYAI HIDUP YANG KEKAL”
Yohanes 6:47 (TB) "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal"
John 6:47 (NET) "I tell you the solemn truth, the one who believes has eternal life"
Hidup yang kekal adalah kehidupan sesudah kematian kita di dunia ini. Hidup yang kekal hanya diberikan kepada mereka yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang telah mengampuni dosa-dosa manusia lewat kematian-Nya. Hidup kekal dianugerahkan kepada kita pada saat kita dilahirkan kembali di dalam Tuhan Yesus Kristus. Saat itu kita mnerima baptisan kita menjadi manusia yang baru di dalam Tuhan. Kita menjadi ciptaan yang baru di mana semua dosa dan kesalahan kita diampuni, kehidupan kita yang lama pun sudah berlalu dan yang baru sudah datang (2 Kor. 5:17). Jadi kehidupan kekal hanya ada di dalam Yesus dan tidak ada dalam hal lainnya di dunia maupun di luar dunia ini.
Ungkapan yang paling digemari Penginjil Yohanes untuk memahami makna keselamatan adalah “hidup yang kekal.” Ungkapan ini menunjuk pada bagian dalam hidup ilahi yang diberikan Yesus kepada orang yang percaya kepada-Nya. Berkaitan dengan itu, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai “roti hidup” yang menumbuhkan dan memelihara kehidupan kekal dalam diri kita.
Dari semua penulis Alkitab yang beragam, Yohanes yang paling banyak menggunakan ungkapan “kehidupan kekal”. Istilah ini muncul 13 kali di Injil Yohanes dan enam kali lagi di Surat Pertama Yohanes. Istilah tersebut hanya muncul satu kali di Perjanjian Lama—Daniel 12:2.
Apa makna hidup kekal yang disampaikan Yohanes?
Pertama, hal ini mengandung arti, tentu saja bahwa kita belum memilikinya. Tidak ada sesuatu pun yang dimiliki oleh manusia yang bersifat kekal—tidak juga jiwa (atau roh) yang melayang kembali ke kekekalan. Kita tidak secara alami memiliki kehidupan kekal; itu adalah sesuatu yang datang dari atas.
Kedua, kehidupan kekal diberikan hanya kepada satu kelompok khusus orang—mereka yang percaya di dalam atau kepada Yesus Kristus. Kehidupan kekal hanyalah untuk orang percaya. “Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” (Yoh. 6:47). “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup” (Yoh. 3:36).
Ketika Yesus berbicara tentang memiliki kehidupan kekal, Ia menggunakan bentuk kalimat kekinian (present tense), yang menunjukkan bahwa kehidupan kekal adalah sesuatu yang dimiliki orang Kristen di sini dan kini. Namun demikian, kita mungkin terkejut apabila belajar tentang orang-orang yang memiliki kehidupan kekal—sekarang, pada saat ini juga. Karena meskipun memiliki kehidupan kekal saat ini, kita akan tetap mati! “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:40). Meskipun orang-orang percaya itu mati, mereka tidak musnah. Mereka akan bangkit pada saat kebangkitan karena Yesus adalah “kebangkitan dan hidup; ba- rangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:25).
Dari pernyataan Yesus ini kita dapat berkesimpulan adanya sebuah perbedaan antara keabadian dengan kehidupan kekal. Keabadian dalam Alkitab memiliki makna kuantitatif dan merujuk pada keberadaan yang tak pernah berakhir, sementara kehidupan kekal memiliki makna kualitatif. Ia menjadi kekal karena diberikan oleh Allah yang kekal. Sebagai akibat dari kehidupan kekal yang Yesus berikan kepada orang percaya ini, “mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yoh. 10:28). Karena itu, milikilah kehidupan yang kekal itu dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat pribadi kita. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini