Jumat, 29 April 2022

Renungan hari ini: “BERSORAK-SORAKLAH!” (Zakharia 9:9)

 Renungan hari ini:

 

“BERSORAK-SORAKLAH!”




 

Zakharia 9:9 (TB) "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda"

 

Zechariah 9:9 (NET) "Rejoice greatly, daughter of Zion! Shout, daughter of Jerusalem! Look! Your king is coming to you: he is legitimate and victorious, humble and riding on a donkey – on a young donkey, the foal of a female donkey"

 

Bersorak-sorak tentu adalah ungkapan rasa bahagia dan syukur atas sesuatu peristiwa atau sesuatu yang kita dapatkan. Kedaangan raja kepada kita adalah sukacita besar, sebab sorang raja mau menjumpai kita. Apalagi yang datang itu adalah Raja Kekal yang adil dan jaya. Kitab Zakharia mengatakan, “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. … busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya … sampai ke ujung-ujung bumi” (Zak. 9:9-10). Itulah nubuat yang digenapi ketika Tuhan Yesus dielu-elukan di Yerusalem dan orang banyak berseru, “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosanna di tempat yang mahatinggi” (Mat. 21:9).

 

Tuhan Yesus datang sebagai raja Israel. Bagaikan seorang raja yang begitu mencintai rakyatnya sampai ia rela mengorbankan dirinya sendiri agar rakyatnya beroleh keselamatan. Sudah pasti rakyatnya akan menaati sang raja dengan kecintaan. Kita, dahulu pelanggar-pelanggar hukum Allah, yang seharusnya mati tetapi telah beroleh keselamatan karena pengorbanan Tuhan Yesus. Ketika kita masih berdosa, Tuhan Yesus mati bagi kita. Dia yang tidak berdosa rela dijadikan dosa untuk menerima hukuman kita dan sebaliknya kita dijadikan benar oleh karena kesalehan- Nya. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Rm. 5:8). Allah membuat Yesus yang tidak berdosa menjadi dosa karena kita, supaya kita dibenarkan oleh Allah (2Kor. 5:21).  

 

Kehadiran Allah dan Mesias membuat umat-Nya bersorak sukacita. Yesus hadir sebagai Raja yang lemah lembut. Pada khotbah di bukit, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat. 5:5, 9). Sebagai Raja lemah lembut, Yesus mewarisi dan bertakhta atas Yerusalem Baru yang mewakili keseluruhan umat-Nya yang tinggal di bumi yang akan diperbarui oleh Sang Mesias sendiri. Kristus sebagai Raja Damai hendak memerintah atas umat-Nya sebagai anggota Kerajaan Allah dalam damai sejahtera, keadilan, dan kebenaran. Ia yang mengajar orang2 untuk lemah lembut, dan kini Ia sendiri menunjukkan apa arti kelemahlembutan sebagai Mesias yang menderita.

 

Kelemahlembutan Yesus membuat orang-orang heran.  Kalau Dia Tuhan, mengapa Ia tidak menghancurkan saja kerajaan Romawi yg menindas Israel? Kalau Ia berkuasa, kenapa Ia menahan diri dan tidak melawan saat pasukan Romawi hendak menangkap-Nya? Kalau Dia Tuhan, kenapa Ia tidak menyelamatkan diri dari hukuman salib? Kalau Dia Anak Allah, mengapa tidak turun dari salib dan menyelamatkan diri? Kelemahlembutan Yesus justru adalah kekuatan di dalam derita salib. Jalan yang Yesus pilih bukan agresi militer. Ia memilih jalan taat menderita untuk mengorbankan diri, padahal Ia punya kekuatan untuk menaklukkan semua kuasa Romawi, tapi memilih tetap tekun memikul salib. 

 

Maukah kita mengikuti jejak yang ditinggalkan Kristus bagi kita? Menjadi lemah lembut bukan-lah pamer kekuatan ataupun kegemulaian, tetapi kekuatan yang terkendali untuk taat menggenapi maksud Ilahi. Ini bukan tentang pencapaian diri, melainkan menggenapi rencana Ilahi. Bukan pula pencitraan yg palsu, tetapi menjadi citra Allah yang dipulihkan serupa dengan Kristus. Bahkan jika jalan yg dipilih mesti menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yesus sebagai murid sejati, maukah engkau dan saya mengikut Dia? Maukah menjadi murid Tuhan yang bergantung pada anugrah-Nya yg lemah lembut daripada bersandar pada kekuatan diri yang rapuh nan angkuh?

 

Marilah kita taat kepada Tuhan bukan karena takut hukuman melainkan karena kita mencintai- Nya.  Biarlah kita juga boleh meneladani pola yang sama ketika kita menjalankan otoritas kita terhadap orang lain. Karena itu, bersorak-soraklah karena Dia telah datang menjadi Raja yang adil dan jaya serta penuh dengan kelemahlembutan. (rsnh) 

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...