Sabtu, 18 April 2020

KOTBAH MINGGU QUASIMODOGENITI Minggu, 19 April 2020 “JIWAKU HAUS KEPADA ALLAH”

Minggu, 19 April 2020

Kotbah: Mazmur 42:1-5  Bacaan: 1Petrus 2:1-5



Minggu ini kita memasuki Minggu Quasimodogeniti, artinya seperti bayi yang baru lahir (1Ptr. 2:2). “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan”. Minggu quasimodogeniti ini hendak menunjukkan bahwa kita sama seperti bayi yang baru tumbuh dan berkembang membutuhkan cara berjalan dan arah jalan kita. Kita butuh petunjuk dari TUHAN jalan manakah yang hendak kita jalani dan bagaimanakah caranya agar kita bisa berjalan dalam jalan TUHAN itu.

Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Jiwaku Haus kepada ALLAH”. Rasa haus itu timbul dari kebutuhan hidup. Pemazmur menyadari betapa haus dirinya kepada Allah. Pada saat kesukaran datang dan ia mengalami kegelisahan, semakin rindu ia datang kepada Tuhan. Kerinduan itu bagaikan perasaan haus yang membuatnya terus berjalan mencari Tuhan karena Tuhan adalah Sumber yang benar. Pemazmur percaya bahwa Allah yang berkuasa atas siang maupun malam dan memberikan kelegaan kepada manusia. Oleh sebab itu, pemazmur bersyukur kepada Allah yang memuaskan jiwanya.

Kita pun pasti pernah merasa begitu rindu untuk datang kepada Tuhan? Seakan-akan segala yang ada menjadi tak berarti dan kita menikmati saat-saat doa kita kepada Tuhan. Atau, sebuah lagu pujian menjadi begitu berarti dan membuat kita begitu dekat kepada Tuhan. Itulah saat-saat jiwa kita haus. Minumlah, biarkan jiwa kita segar untuk berjalan kembali. Apalagi saat ini, kita sangat kehausan kehadiran TUHAN dalam mengatasi pandemic Covid 19. Kita haus dan rindu TUHAN segera datang dan bertindak menolong semua umat manusia terbebas dari wabah pandemic Covid 19. 

Pemazmur menggambarkan kehausan manusia akan kehadiran TUHAN sama seperti rusa merindukan air. Seperti rusa yang sangat membutuhkan dan merindukan sungai yang berair, demikian pula kerinduan Daud kepada Tuhan.  Artinya hal yang paling Daud butuhkan dan inginkan dalam hidup ini adalah Tuhan.  Bagi Daud Tuhan adalah satu-satunya Pribadi yang dapat memuaskan rasa haus dan lapar jiwanya;  satu-satunya sumber kekuatan dan perlindungan.  

Pertanyaannya sekarang adalah siapakah yang paling kita butuhkan dan inginkan dalam hidup ini? Khususnya dalam situasi menghadapi Covid 19 ini? Apakah kita hanya mengandalkan manusia? Kitab Suci dengan keras menyatakan:  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yer. 17:5).  Berharap dan mengandalkan manusia adalah sia-sia belaka,  "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yes. 2:22).

Penulis Mazmur 42:2,3 berdoa, "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demi- kianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" Apakah ayat ini menggambarkan rasa haus kita akan Tuhan? Jika demikian, kita patut berbesar hati; apa pun yang terjadi dalam kehidupan kristiani kita, kehausan jiwa kita merupakan pertanda jiwa yang bertumbuh. 

Setidaknya ada tiga jenis rasa haus rohani yang kita hadapi, yakni:

Pertama, rasa haus dari jiwa yang kosong. Manusia biasa, yaitu manusia yang belum bertobat, memiliki jiwa yang kosong. Tanpa Tuhan, ia terus-menerus mengejar sesuatu yang dapat mengisi kekosongan tersebut. Usaha pontang-panting yang dilakukannya mungkin mencakup uang, seks, kekuasaan, rumah, tanah, olahraga, hobi, hiburan, sesuatu yang di luar kemampuan manusia, arti diri, atau pendidikan, sementara pada dasarnya mereka "hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran" (Ef. 2:3). Jiwa yang kosong selalu mencari dan tidak pernah berhenti mencari, dari satu pengejaran ke pengejaran lainnya, tidak dapat menemukan sesuatu yang dapat mengisi kekosongan yang hanya bisa diisi Tuhan di dalam hatinya. 

Jiwa kosong yang merasa haus dan terus mencari ini buta terhadap kebutuhan sejatinya. Tidak ada sesuatu atau seseorang di bumi yang dapat memuaskannya secara penuh dan abadi, tetapi jiwa yang kosong ini tidak tahu ke mana harus berpaling, kecuali kepada seseorang atau sesuatu "di bawah matahari" (Pkh. 1:9), bertentangan dengan Pribadi yang melampaui matahari. Seperti Salomo, ia mendapati siapa pun atau apa pun yang pada awalnya terlihat menarik, akhirnya "adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin"(Pkh. 1:14). 

Seorang kristiani melihat orang yang berjiwa kosong dan mengetahui bahwa sesuatu yang dicarinya hanya dapat ditemukan di dalam Pribadi yang berkata, "Tetapi siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk se- lama-lamanya" (Yoh. 4:14). Kadang kala, seseorang yang jiwanya kosong mencari dengan cara yang sedemikian serius atau rohani sehingga membuat orang kristiani berpikir bahwa orang ini haus akan Tuhan. Namun, dunia tidak memiliki rasa haus seperti itu. "Tidak ada yang berbuat baik," Tuhan mengilhami Raja Daud dan Rasul Paulus untuk menulis, "tidak ada seorang pun yang mencari Allah" (Mzm. 14:1; Rm. 3:11). Sampai dan kecuali Roh Kudus Tuhan menjamah lidah batiniah seseorang yang berjiwa kosong, jiwa tersebut tidak akan pernah memiliki keinginan untuk "mengecap dan melihat betapa baiknya Tuhan itu" (Mzm.  34:8). Ha nya karena seseorang mencari sesuatu yang dapat ditemukan di dalam Tuhan, bukan berarti ia men- cari Tuhan. Seseorang mungkin saja mengharapkan kedamai- an, tetapi tidak tertarik pada sosok Raja Damai. Begitu banyak orang mengaku mencari Tuhan, tetapi tidak haus akan Tuhan sebagai Pribadi yang menyatakan diri dalam Alkitab. Mereka menginginkan Tuhan menurut versi mereka sendiri, atau sesembahan yang akan memenuhi segala keinginan mereka. 

Hal yang ironis dari seseorang yang jiwanya kosong adalah ia tak henti-hentinya kecewa dalam berbagai aspek kehidupan, tetapi ia begitu mudah merasa puas dalam pencariannya akan Tuhan. Sikapnya terhadap hal-hal rohani sama seperti sikap laki-laki yang berkata kepada jiwanya yang puas dalam Lukas 12:19, "Jiwaku, engkau memiliki banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!" Apa pun yang diinginkan oleh orang yang jiwanya kosong dalam hidupnya.

Kedua, rasa haus dari jiwa yang kering. Perbedaan jiwa yang kosong dan jiwa yang kering adalah jiwa yang kosong tidak pernah mengalami "aliran-aliran hidup" (Yoh. 7:38), sementara jiwa yang kering pernah mengalaminya dan menyadari ada sesuatu yang hilang. lni bukan berarti jiwa yang kering akan kehilangan hadirat Roh Kudus yang berdiam di dalam dirinya. Sesungguhnya, seperti yang Yesus katakan, "Siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepada- nya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di da- lam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal" (Yoh. 4:14, pcnekanan ditambahkan). 

Lalu, bagaimana seorang pengikut Kristus yang sungguh- sungguh dapat mengalami kekeringan jiwa, padahal Yesus berjanji , "Siapa s a j a yang minum air yang akan Kuberikan kepada- nya , ia tidak akan haus untuk selama-lamanya" (Yoh. 4:14)? 

Jiwa seorang kristen mengalami kekeringan melalui salah satu dari tiga cara. Cara yang paling umum adalah terlalu banyak minum dari sumber air duniawi yang kering dan terlalu sedikit dari "batang air Allah" (Mzm. 65:10). Kita justru akan makin haus jika meminum sesuatu yang salah. Pemazmur mungkin telah meminum telalu banyak air kerohanian dunia yang asin sehingga dua kali dalam pasal yang sama ia menulis tentang kerinduannya mencari Allah dengan segenap hati sembari menyatakan ketetapan hatinya untuk tidak menjauh dari firman Tuhan (Mzm. 119;10,145). Terlalu banyak memberi perhatian pada satu atau beberapa dosa, dan atau memberikan terlalu sedikit perhatian pada persekutuan dengan Tuhan (dua hal ini kerap kali terjadi secara bersamaan) akan membuat jiwa seorang kristiani kering dan layu. 

Hal lain yang menyebabkan kekeringan rohani dalam diri anak Tuhan adalah sesuatu yang biasa disebut "pengabaian Tuhan" oleh kaum Puritan. Ada masa ketika Tuhan membanjiri jiwa kita dengan hadirat-Nya, sementara pada waktu lain kita kekeringan karena merasa Dia tidak ada. lzinkan Saya meng- ungkapkan secara singkat bahwa pengabaian-Nya terhadap kita hanyalah persepsi kita karena kenyataannya seperti yang Yesus janjikan: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (lbr. 13:5). Namun demikian, ketika merasa ditinggalkan Tuhan, orang kristiani yakin bahwa dirinya berada dalam lembah kekelaman (Mzm. 23:4), atau mirip dengan yang dirasakan Yesus ketika Dia berseru di salib, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggal kan Aku?" (Mat. 27:46). Pcrkataan Daud dalam Mazmur 143:6-7 menggambarkan emosi orang-orang yang berusaha berdoa dari padang gurun rohani: "Aku menadahkan tanganku kepada-Mu, jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus. Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku!Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku." 

Ketiga, rasa haus dari jiwa yang puas. Tidak seperti jiwa yang kering, dan mungkin terdengar berlawanan dengan sebutannya, jiwa yang puas merasa haus akan Tuhan karena ia merasa puas akan Tuhan. la telah "mengecap dan melihat betapa baiknya Tuhan itu" (Mzm. 34:9), dan rasanya begitu memuaskan sehingga ia ingin lebih. Paulus mewujudkan hal tersebut dalam seruannya yang begitu terkenal, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia" (Flp. 3.10). Di ayat-ayat sebelumnya, Paulus bersukacita karena pengenalan dan persekutuannya dengan Yesus. la menyatakan, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus" (Flp. 3:7-8). Kemudian, hanya satu ayat berikutnya, sang rasul berseru, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia." Jiwa Paulus telah dipuaskan oleh Yesus Kristus, tetapi ia masih terus merasa ha us akan Dia. 

Mengenal Kristus dengan baik dapat memuaskan dahaga rohani karena tidak ada orang, harta benda, atau pengalaman yang dapat menghasilkan sukacita rohani yang kita temukan di dalam Dia. Persekutuan dengan Kristus memuaskan tiada bandingnya karena tidak ada kekecewaan yang ditemukan di dalam Dia. Terlebih lagi, kepuasan rohani yang mula-mula An- da dapati di dalam Dia tidak pernah berakhir. Di atas semua- nya, Tuhan yang di dalam-Nya kita temukan kepuasan ini ada- lah jagat kepuasan yang tak terhingga, tempat seseorang dapat membenamkan diri untuk menjelajahi dan menikmatinya tan- pa batas. Jadi, tak ada rasa kurang puas dalam pengenalan akan Kristus, tetapi di sisi lain, Tuhan juga tidak merancangkan agar satu pengalaman dengan Kristus mengenyangkan segala hasrat masa depan kita terhadap-Nya. 

Kebaikan rohani memiliki sifat dasar memuaskan; oleh karena itu, jiwa yang mengalami dan rnengenali sifat tersebut merasa haus akan kebaikan rohani dan kepenuhannya; agar akhirnya rasa haus itu dipuaskan. Makin ia mengalaminya dan makin ia mengenal kenikmatan yang sempurna, tak tertandingi, sangat indah, serta memuaskan ini, ia pun sungguh makin lapar dan haus untuk memperoleh lebih banyak lagi. 

Apakah pengalaman penyembahan atau waktu teduh kita akhir-akhir ini mendatangkan gairah, atau "keindahan luar biasa"? 

Pertanyaan terakhir bagi kita adalah bagaimanakah caranya agar kita memiliki rasa haus dan rindu kepada ALLAH? Beberapa langkah praktis untuk mendapatkan pemuas dahaga rohani kita adalah: 
1.     Renungkanlah firman Tuhan. Perhatikan, kita harus "merenungkan," bukan sekadar membaca. Banyak jiwa yang merana adalah para pembaca Alkitab yang tekun. Tanpa merenungkan, "pembacaan firman Tuhan", maka firman yang kita baca itu dapat menjadi informasi yang "hanya lewat di pikiran kita, seperti air melewati pipa." 
2.     Gunakan 25-50% waktu kita membaca Alkitab untuk merenungkan beberapa ayat, frasa, atau kata dari bacaan kita. Lontarkan pertanyaan dari bagian yang kita baca. Berdoalah. Ambil pena dan buatlah catatan tentang hal itu . Pikirkan paling  sedikit satu cara untuk menerapkan atau melakukan yang kita baca. Jangan terburu buru. Perlahan-lahan benamkan diri kita dalam firman, dan kita akan menyadari hal itu tidak hanya menyegarkan kita, tetapi juga memuaskan dahaga.'' 
3.     Naikkanlah doa dari firman Tuhan. Ketika kita selesai membaca suatu bagian Alkitab, gunakan bagian bacaan yang sama untuk berdoa. Entahkah kita membaca satu atau beberapa pasal Alkitab per hari, setelah membacanya, pilihlah satu bagian bacaan dan, ayat demi ayat, biarkan firman Tuhan itu menjadi perkataan kita kepada-Nya. 

Kiranya kehausan dan kerindua kita akan TUHAN segera dijawab-Nya sehingga kita beroleh rasa dahaga yang kekal. (rsnh)

Selamat beribadah di rumah bersama keluarga dan nikmatilah lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...