Minggu, 13 Oktober 2019
“HIDUP DI JALAN TUHAN”
Kotbah: Mazmur 25:8-15 Bacaan: Matius 21:28-32
Minggu ini kita memasuki Minggu Ketujuhbelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Hidup di jalan TUHAN”. Hidup di jalan TUHAN berarti kita berjalan dalam kebenaran TUHAN. Berjalan dalam kebenaran TUHAN adalah sebuah permohonan Daud kepada TUHAN. Daud menyadari bahwa hidupnya sering digoda untuk berjalan dalam kebenarannya sendiri. Melalui kisah perjalanan hidup Daud di Alkitab, kita dapat belajar bahwa Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang tak terduga. Ia membuat segala sesuatu terjadi sesuai dengan waktu dan rencana-Nya sendiri, dan bukan dengan cara maupun waktu kita. Tidak pernah terlintas dalam pikiran Daud bahwa suatu hari kelak ia akan diangkat Tuhan menjadi raja bagi bangsa Israel di usia yang relatif muda.
Sebagai seorang penggembala kambing domba, jelas Daud bukanlah seorang yang pantas untuk diperhitungkan untuk menduduki posisi penting, oleh siapapun. Namun, pada suatu hari ia diundang oleh pegawai istana untuk bermain kecapi guna menghibur Saul, sang raja, yang sedang diganggu roh jahat. Daud tidak menyadari bahwa undangan ke istana Saul tersebut merupakan cara awal Tuhan untuk membawa dan memperkenalkannya kepada lingkungan kerajaan. Dan melalui keahliannya bermain kecapi itu pula Saul kemudian mempromosikan Daud untuk menempati posisi yang lebih tinggi, yakni sebagai pembawa senjatanya. Semua pengalaman itu Tuhan pakai untuk mempersiapkan Daud dalam menerima panggilan dari-Nya kelak, yaitu menjadi raja atas Israel.
Walaupun Roh Tuhan hadir dan menguasai hidup Daud, namun tidaklah berarti bahwa segala jalan yang ada di hadapannya lantas terbentang tanpa rintangan dan tidak serta merta ia menjadi tahu pasti apa yang Tuhan inginkan darinya. Tuhan memberikan tuntunan-Nya selangkah demi selangkah. Selain itu Daud juga perlu belajar berjalan bersama Tuhan dalam kesehariannya sehingga kepekaannya akan tuntunan Tuhan dapat terbangun.
Apa yang harus kita lakukan sehingga kita dapat senantiasa hidup di jalan TUHAN?
Pertama, minta agar Roh Tuhan memenuhi hidup kita senantiasa. Mulai sejak mengundang Daud untuk bermain kecapi di istananya, hingga mempromosikannya sebagai seorang pembawa senjatanya dan diikuti promosi-promosi lainnya, sesungguhnya Saul tidak mengetahui bahwa Daud telah diurapi oleh nabi Samuel untuk menjadi raja atas Israel, menggantikan dirinya. Dan sangat mungkin baik Daud maupun Isai, ayahnya, juga tidak menyadari bahwa pengurapan yang dilakukan Tuhan melalui nabi Samuel adalah pengurapan sebagai raja untuk menggantikan Saul. Satu hal yang pasti, pengurapan yang diterima Daud telah membuat hidupnya tidak pernah sama lagi. Alkitab menyatakan bahwa sejak hari itu dan seterusnya Roh Tuhan berkuasa atas Daud.
Seringkali masih didapati banyak orang percaya yang mengabaikan kepenuhan pengurapan Roh Allah atas dirinya, dengan alasan tidak merasakan apa-apa ketika diurapi. Salah satu kesalahan orang percaya adalah selalu mengukur perkara-perkara ilahi dengan tubuh jasmani. Apabila tubuh tidak merasakan sensasi apa-apa ketika diurapi, maka langsung berkesimpulan bahwa ia tidak menerima apa-apa dari Tuhan. Padahal pengurapan yang turun atas seseorang tidaklah selalu dapat dirasakan oleh tubuh jasmani. Namun yang pasti pengurapan itu akan menuntun kita untuk dapat berjalan dalam penyertaan Tuhan, seperti yang dialami Daud.
Kedua, mau senantiasa berjalan dalam kebenaran TUHAN. Daud bukanlah seorang yang tidak pernah berbuat kesalahan, namun salah satu hal yang membedakan Daud dari pribadi lainnya adalah kesediaannya untuk mau belajar dan berjalan dalam kebenaran Tuhan, bukan dalam kebenarannya sendiri. Ia membiarkan dirinya dipimpin oleh Tuhan dan firman-Nya. Berjalan dalam kebenaran-Nya tidaklah mengenyampingkan fakta bahwa ada orang-orang di sekeliling kita yang tidak menyetujui apa yang kita lakukan, dan karenanya sangat mungkin kita menerima cemoohan bahkan dianggap bodoh karena melakukan kebenaran.
Pokok permasalahan yang seringkali dihadapi oleh manusia sebagai makhluk sosial adalah rasa takut tidak diterima oleh lingkungannya. Dan supaya dapat senantiasa diterima orang lain, maka ia cenderung memilih untuk melakukan hal-hal yang disetujui oleh mayoritas lingkungan, sehingga timbullah suatu anggapan bahwa pendapat mayoritas selalu benar. Padahal, dalam melakukan kebenaran Tuhan, yang seharusnya terjadi justru kebalikannya. Pendapat Tuhanlah yang harus kita utamakan di atas pendapat manusia, tanpa mengabaikan rasa hormat kita pada orang-orang di sekeliling kita. Karena itu, mulailah melakukan hal-hal yang mendasar dalam kesetiaan, karena pertimbangan Tuhan untuk melibatkan kita ke dalam rencana-Nya bukanlah berdasarkan seberapa hebatnya kita, melainkan seberapa besar kesediaan kita untuk dituntun dengan cara-Nya Tuhan
Ketiga, mengakui TUHAN itu baik dan benar (ay. 8). Jika kita mengakui kebaikan dan kebenaran TUHAN maka kita akan berjalan dalam kebaikan dan kebenaran TUHAN. Orang baik dan benar itu beda. Orang baik belum tentu benar, namun orang benar pastilah benar. Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak orang yang hanya baik saja demi menyelamatkan diri dalam pergaulanya walau dia sebenarnya berjalan dalam ketidakbenaran. Tetapi sedikit orang yang mau berjalan dalam kebenaran karena pasti akan ada banyak musuh yang dihadapinya. Daud berjalan dalam kebaikan dan kebenaran TUHAN. Daud tida mau kompromi dengan kebaikan tanpa kebenaran TUHAN. Sebagai umat percaya kita harus berjalan dalam kebaikan dan kebenaran TUHAN karena TUHAN itu baik dan benar.
Keempat, kita harus meminta bimbingan TUHAN dengan rendah hati (ay. 9). Agar kita bisa hidup di jalan TUHAN kita harus meminta bimbingan TUHAN karena TUHAN memberikan dan mengajarkan jalan-Nya hanya kepada orang yang mau meminta bimbingan kepada-Nya. Meminta bimbingan itu haruslah dengan sikap kerendahan hati. Orang yang rendah hati akan mudah hidup dalam jalan TUHAN.
Kelima, kita harus takut kepada TUHAN (ay. 12). TUHAN memberikan jalan-Nya kepada orang yang takut kepada-Nya. TUHAN menuntun dan menunjukkan jalan-jalan-Nya bagi orang yang mau memuji dan memuliakan nama-Nya. Setiap kita mengangungkan nama-Nya dalam seluruh perjalanan hidup kita maka TUHAN akan tunjukkan jalan-Nya bagi kita.
Setelah kita hidupan dalam jalan TUHAN, maka timbul pertanyaan kita, apakah janji TUHAN yang akan kita diterima jika kita hidup dalam jalan TUHAN?
Pertama, TUHAN menunjukkan jalan kehidupan yang harus kita pilih (ay. 12). Dengan hidup di jalan TUHAN, maka kita diberikan kesempatan untuk memilih jalan mana yang harus kita jalani. Apakah kita mau berjalan dalam kebenaran dan kebaikan TUHAN atau tidak.
Kedua, kita akan menetap dalam kebahagiaan (ay. 13). Kalimat ini membutuhkan iman yang luar biasa karena harus berhadapan dengan pertanyaan ragu-ragu: “memangnya kita tidak pernah sedih lagi?” Kita menjawab dengan iman bahwa kita memang masih bisa sedih tetapi kita tidak menetap dalam kesedihan tetapi kebahagiaan. Menetap bukan berarti tidak pernah pergi ke wilayah lain. Kata kebahagiaan disini bukan kebahagiaan murahan tetapi suasana hati dan pikiran yang tenteram karena jaminan kekuasaan Allah. Dia tidak dikuasai oleh ketakutan dan kekuatiran. Seperti ada tertulis: Amsal 18:10: “Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.”
Ketiga, anak cucunya mewarisi bumi (ay. 13b). Jika kita hidup dalam jalan TUHAN, maka TUHAN berjanji bahwa anak cucu kita akan mewarisi bumi. Itu artinya, anak cucu kita tidak akan jatuh misikin dan mati kelaparan. Tetapi TUHAN menjamin hidupnya selama di bumi ini. Tuhan akan membuat berhasil semua yang dikerjakannya di bumi ini.
Keempat, TUHAN bergaul karib dengan kita (ay. 14). Kekariban ini menjadi akibat dari sebuah ketundukan (rasa takut) kepada Tuhan. Kekariban ini bukan inisiatif kita tetapi inisiatif Allah sendiri. Kekariban menunjukkan kualitas konektivitas kita dengan Allah. Kekariban juga menunjukkan pengenalan dua arah yang betulk-betul dalam dan berkualitas. Kiranya Minggu ini kita belajar dan mau hidup dalam jalan TUHAN hingga akhir hidup kita di dunia ini. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN