Minggu, 29 Maret 2020

Renungan hari ini: MAKAN DAN MINUM DARAH

Renungan hari ini:

MAKAN DAN MINUM DARAH



Yohanes 6:54 (TB) "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman"

John 6:54 (NET) "The one who eats my flesh and drinks my blood has eternal life, and I will raise him up on the last day”

Makan dan minum darah menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas. Sebab kalau makan daging itu sudah biasa, tetapi minum darah itu bagi sebagian orang merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Apalagi jika pernyataan itu dikaitkan dengan makan dan minum darah manusia (baca: TUHAN) merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Masa manusia disuruh untuk makan dan minum darah TUHAN?

Menurut pemahaman iman Kristen, memakan daging dan meminum darah menjadi tanda yang nyata dari adanya persatuan antara yang dimakan dan yang memakannya. Seorang yang hendak mempunyai kekebalan terhadap bisa ular kobra, ia perlu menjadi sejumlah “ritual” dalam rangka melatih kekebalan itu. Meminum darah, memakan daging, memakan empedu kobra merupakan serangkaian “ritual” yang biasa dilakukan untuk memperoleh kekebalan itu. Menggigitkan kobra kepada orang itu menjadi ujian yang nyata apakah ia sudah memperoleh serum kekebalan atau belum.

Dalam nas hari ini, Yesus masih berbicara tentang Roti Hidup yang memberi jaminan keselamatan kekal. Roti itu sendiri turun dari surga, dan Roti itu sendiri kekal adanya, mempunyai daya hidup yang abadi. Maka barang siapa memakannya juga akan akan mempunyai daya hidup. Daya hidup bukan dari sesuatu yang lain, tetapi dari dalam Roti itu. “Bahan” dari Roti itu adalah Tubuh dan Darah dari Kristus sendiri. Asal dari Roti itu adalah dari Surga, maka jaminan Surgawi menjadi sungguh nyata. Hanya mereka yang sudah pernah pergi ke Yogyakarta yang bisa menceritakan keadaan Yogyakarta secara detail dan lebih hidup. Roti yang turun dari Surgalah yang memberikan pengharapan Surgawi lebih nyata.

Dalam ibadah Perjamuan Kudus kita akan memakan Roti dan Anggur. Roti dan Anggur itu memberikan janji kehidupan kekal, menjanjikan kepuasan kekal. Di dalam Roti dan Anggur itu kita mengimani bahwa Yesus benar-benar hadir (real present) menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Secara pribadi, iman dan kepercayaan diperlukan untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus. Tindakan dan kata-kata imamlah yang “menghadirkan Yesus” di dalam roti dan anggur itu, dan tindakan Kristuslah yang menjadi imam, altar dan sekaligus kurban merelakan hadir dalam roti dan anggur supaya kita dengan mudah menyantap-Nya menjadi satu kesatuan dengan tubuh kita.

Apa yang kita santap menyatu dalam diri kita, mempengaruhi hidup dan tindakan kita. Roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus yang kita santap juga sudah selayaknya mempengaruhi hidup, tindakan, dan perkataan kita. Roti dan anggur Perjamuan Kudus yang pada dirinya sendiri adalah keselamatan, maka ketika kita menyantap-Nya, kita beroleh keselamatan. Namun Roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus akan berdaya guna jika kita mampu menerima dan mengembangkannya, bukan sekedar menerima dan mendiamkannya.

Bagi kita yang sudah menerima anugerah keselamatan, mari kita mengembangkan anugerah itu dalam hidup kita, membawanya dalam sukacita hidup kita. Roti hidup membawa kita pada sukacita yang mendalam dalam Tuhan. Sukacita itulah yang menjadi berkat bagi kita dan yang hendak kita bagikan kepada orang yang kita jumpai.

Pertanyaannya adalah apakah Tubuh dan Darah Kristus itu, yakni Yesus sendiri merupakan makanan favorit dan istimewa bagi kita sehingga selalu rindu untuk mencari dan memakan-Nya? Atau kita masih seperti orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan tidak mampu melihat bahwa Yesus sungguh-sungguh makanan dan minuman bagi jiwa kita? Yesus sendiri telah menekankan keistimewaan-Nya, yakni bahwa makanan itu turun dari surga (Yoh. 6:58) dan menganugerahkan hidup yang kekal (Yoh. 6:53.54.58b). Dalam Perayaan Perjamuan Kudus, mata indrawi kita memang melihat roti tak beragi, berwarna putih, dan berbentuk bulat pipih. Namun, mata iman kita memastikan bahwa itu Tubuh dan Darah Kristus. Yesus sendiri mengatakan: "Inilah Tubuh-Ku," "Inilah Darah-Ku". 

Dengan kesadaran baru ini, marilah kita menjadikan Tubuh dan Darah Kristus sebagai makanan istimewa dan favorit. Karena istimewa, kita memakannya secara istimewa pula, yakni dengan sikap yang pantas dan disposisi hati yang baik. Karena favorit, kita selalu rindu untuk menyambut-Nya, setiap pelaksanaan Perjamuan Kudus itu. (rsnh)

Selamat memulai karya dalam Minggu ini

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...