Sabtu, 03 September 2022

Minggu, 04 September 2022 “DI HADAPAN ALLAH TIDAK ADA YANG TERSEMBUNYI” (Mazmur 139:17-24)

 KOTBAH MINGGU XII SETELAH TRINITATIS

Minggu, 04 September 2022

 

“DI HADAPAN ALLAH TIDAK ADA YANG TERSEMBUNYI”

Kotbah: Mazmur 139:17-24   Bacaan: Lukas 14:25-33


 

Minggu ini kita memasuki Minggu Keduabelas Setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Di Hadahapan Allah Tidak Ada yang Tersembunyi”.  Tuhan itu ada di mana-mana!  Tidak ada tempat di bawah kolong langit ini atau di ujung bumi mana pun yang tidak Tuhan ketahui, sebab Dia Mahatahu.  "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia"  (Ibr. 4:13).  Bahkan segala hal yang belum terucap di mulut kita pun Tuhan mengetahuinya.  "Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN."  (Mzm. 139:4).  Artinya segala yang ada di dalam pikiran dan hati kita Tuhan mengetahuinya.  Oleh sebab itu marilah kita datang kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan sikap hati yang benar, tulus dan apa adanya, tak perlu ada yang dibuat-buat.

 

Mazmur 139 merupakan pasal pendek yang kaya. Kaya karena dipenuhi kekaguman Daud akan Allah yang luar biasa. Kedua puluh empat ayatnya begitu detail menggambarkan pribadi Allah, menunjukkan bahwa penulisnya sangat mengenal TUHAN yang ia sembah. Secara keseluruhan, Mazmur 139 adalah gambaran kualitas hubungan yang intim antara Daud dengan Allah.

 

Dalam mazmur ini Daud mengungkapkan kekaguman dan rasa syukurnya kepada Tuhan karena Dia adalah Pribadi yang Mahahadir dan Mahatahu tentang keberadaan kita di segala aspek kehidupan. Ini bukti pemeliharaan dan kepedulian Tuhan kepada umat-Nya.
Dinyatakan bahwa Tuhan tahu betul tentang diri kita, apa yang sedang kita pikirkan, motivasi, pergumulan, penderitaan, sakit penyakit kita dan juga termasuk segala kebiasaan dan perilaku lahiriah kita sehari-hari, mulai pagi hari sampai tengah malam. “Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan” (Mzm. 139:3-4). Tuhan juga senantiasa mengelilingi kita dengan perhatian dan selalu meletakkan tangan-Nya untuk menopang kita (ay. 5). Kita harus sadar bahwa tanpa Tuhan da di luar Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa walau ke mana pun kita pergi dan sembunyi. “Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku” (Mzm.139:9-10). Saat kita masih berada di dalam kandungan pun, Dia telah memiliki rancangan dan menjamin masa depan kita. Sungguh luar biasa!

 

Mazmur ini di dedikasikan Daud, untuk KE-MAHATAHU-AN ALLAH.  Allah bukan hanya Maha kuasa, yaitu tidak ada yang mustahil bagi-Nya, tapi juga Maha Tahu, yang artinya tidak ada yang tersembunyi dihadapanNya.  Pengetahuan Tuhan itu lengkap, bukan hanya yang bisa dilihat manusia tapi bahkan dalamnya hati dan pikiran manusiapun terbuka tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya.  Daud menggambarkannya dengan kalimat di ayat 5 
“Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.” 

Dalam kekekalan-Nya, pengetahuan Tuhan itu melewati segala dimensi waktu, yang berarti: 
Bagi manusia pengetahuan itu diperoleh dari proses belajar, yang artinya sedikit demi sedikit, tapi bagi Tuhan, pengetahuan itu dimilikinya sekaligus, pengetahuan Tuhan bukan hanya dari apa yang sudah terjadi, bahkan apa yang belum terjadi sudah terpampang jelas di pengetahuan Tuhan – perhatikan ayat 4 
“Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.” Pengetahuan Tuhan melewati segala batasan ruang  (ay. 7 –10). 

 

Mazmur ini ditutup dengan permohonan kepada Allah yang menyelami hati dan melindungi pemazmur terhadap yang jahat. Yaitu doa yang mengungkapkan kesetiaan hatinya di hadapan Allah. Dia menghendaki supaya jika ia keliru, Allah berkenan menunjukkan hal itu kepadanya. Sang Pemazmur menyadari bahwa Allah itu Mahatahu, Mahahadir, dan Mahakuasa, dapat memberikan ketenangan pada kita saat menghadapi masalah. Daud tidak sekadar memahami bahwa Allah Mahatahu, Mahahadir, Mahakuasa. Ia menjadikan kebenaran Allah yang dahsyat tersebut sebagai bagian konkret dari pengalaman nyatanya dan juga menjadi dasar bagi doanya. 

Keyakinan kepada kemahatahuan, kemahahadiran dan kemahakuasaan Allah, pasti memberikan kedamaian dalam hidup bagi orang percaya. Karena kemahatahuan-Nya, kehadiran-Nya secara pribadi, serta kekuasaan-Nya yang absolut, nyata dalam karya-Nya untuk kesejahteraan bagi kita umat-Nya.

 

Bagaimana sikap Daud, ketika mengetahui KE MAHATAHU AN Tuhan? Ada beberapa sikap Daud yang perlu kita teladani, yakni:

 

Pertama, bersyukur (ay. 14).  “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”  Kita harus bersyukur karena Allah layak menerima puji syukur kita. Hanyalah patut bagi-Nya atas "setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna" yang Ia berikan (Yak. 1:17). Ketika kita bersyukur, fokus kita teralihkan dari keinginan pribadi kita yang egois maupun penderitaan situasi yang tengah kita alami. Menyatakan syukur membantu mengingatkan kita bahwa Allah sedang berkuasa dan memegang kendali. Bersyukur bukan hanya sepatutnya, melainkan adalah hal yang sehat dan bermanfaat bagi kita. Kita diingatkan akan gambaran global, dimana kita adalah milik Allah, dan kita telah diberkati dengan semua berkat rohani (Ef. 1:3). Benarlah memang kita mempunyai hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10), dan bersyukur adalah respon yang sepantasnya.

 

Kedua, mengakui ke-Maha tahuan Tuhan (ay. 17-18). Mahatahu didefinisikan sebagai “kondisi memiliki pengetahuan penuh, sifat mengetahui segala hal.” Bagi Allah, yang berdaulat atas segala ciptaan-Nya, baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan, ditunjukkan dengan cara Ia mengetahui segala hal. Kemahatahuan-Nya tidak terbatas pada salah satu pribadi Allah saja – tapi Bapa, Anak, dan Roh Kudus seluruhnya mahatahu. Allah mengetahui segala sesuatu (1 Yoh. 3:20). Ia mengetahui tidak hanya setiap detil menit kehidupan kita namun segala sesuatu di sekitar kita, karena Ia mengatakan bahwa Ia mengetahui burung pipit yang jatuh atau ketika kita kehilangan sehelai rambut (Mat. 10:29-30). Allah tidak hanya mengetahui segala hal di akhir sejarah (Yes. 46:9-10), namun Ia juga mengetahui setiap pemikiran kita, bahkan sebelum kita mengungkapkannya (Mzm. 139:4). Ia mengetahui isi hati kita dari kejauhan; Ia bahkan melihat kita sejak dari kandungan (Mzm. 139:1-3; 15-16). Salomo mengungkapkan kebenaran ini dengan sempurna dengan mengatakan, “Karena Engkau mengenal hatinya sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua anak manusia” (1 Raj. 8:39).

 

Ketiga, mengambil posisi berada di pihak Tuhan (ay. 21- 22). Ketika tabiat manusia ingin membenci semua musuhnya, maka TUHAN bukan membenci para musuh-Nya melainkan TUHAN memberikan pengampunan bagi orang yang membenci-Nya. Sikap inilah yang harus diteladani manusia. Manusia harus mengambil posisi mengampuni semua musuhnya sama seperti TUHAN mengampuni dosakita.

 

Keempat, hidup dalam keterbukaan dihadapan Tuhan (ay. 23- 24). Kadang ada orang yang masih menikmati dosanya. Mereka tidak berani terbuka karena mereka masih mau menikmati dosanya, berat untuk melepaskannya. Kadang kita juga tidak mau terbuka karena orang akan tahu siapa kita, kelemahan kita. Bahkan kadang di gereja pun saat kita terbuka, orang bisa menghakimi kita, meledek atau menjauhi kita saat mereka tahu dosa-dosa kita!

 

Kelemahan dan kejatuhan yang terjadi pada seseorang pun bisa terjadi pada kita! Karena itu penting bagi kita supaya kita bisa membuat sebuah suasana aman dimana kita bisa mengaku dosa kita dan share supaya bisa saling mendoakan dan membantu bertumbuh. Kita semua ada di dunia pergumulan yang sama. Tidak ada yang kebal dari dosa dan godaan. Kalau kasih Tuhan tidak menjaga, maka habislah kita semua. Kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain, bahwa kita lebih baik dari dia. Tapi bandingkanlah diri kita dengan Tuhan dan firmanNya! Kita perlu Roh Kudus untuk melihat dalam hati dan diri kita, supaya kita tahu kegelapan kegelapan kita (yang kadang kita tutupi atau sadari).

 

Langkah pertama untuk memeroleh kesembuhan  adalah keterbukaan kita, mengakui segala dosakita. Dosa apakah yang kita lakukan di masa lalu atau masa kini yang belum kita akui di hadapan Tuhan? Atau mungkin ada masalah yang kita tidak selesaikan dengan orang lain? Selama kita tidak mau mengakui masalah dan dosa kita kepada Tuhan, kita akan selamanya hidup dalam kegelapan!
Langkah pertama adalah mengakui di hadapan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan membiarkan kasihNya memulihkan kita, memberi kekuatan pada kita, supaya kita kembali kepada terang!

 

RENUNGAN

Apa yang perlu kita renungkan?

 

Pertama, kita harus mampu mengakui ke-DAULAT-AN Tuhan (ay. 17-18).

 

Kedua, mengambil posisi berada di pihak Tuhan (ay. 21- 22). 


Ketiga, hidup dalam keterbukaan di hadapan Tuhan (ay.  23- 24). Karena itu, marilah memiliki hati yang terbuka di hadapan Allah sebab bagi Dia tidak ada yang tersembunyi. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...