Renungan hari ini:
“BERMURAH HATI”
Lukas 6:36 (TB) "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati"
Luke 6:36 (NET) "Be merciful, just as your Father is merciful"
Sebagai orang beriman kita sudah tentu harus murah hati. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan murah hati? Kebanyakan orang berpikir bahwa murah hati itu sama dengan royal alias suka bersedekah, tidak pelit dalam memberi. Itu memang bentuk dari murah hati, tetapi murah hati tidaklah secara sempit berbicara hanya mengenai memberi dalam bentuk material saja. Kalau kita lihat dalam kamus, murah hati didefenisikan dengan sebuah perilaku yang mudah memberi, tidak pelit, tapi juga penyayang, penuh kasih, suka menolong dan baik hatinya. Artinya sebuah kemurahan hati menyangkut banyak aspek dalam kehidupan dan dalam interaksi antar manusia.
Alkitab menyebutkan begitu banyak kisah tentang kemurahan hati yang lebih dari sekedar keringanan untuk membantu sesama hanya dari sudut finansial saja. Menariknya, kemurahan hati dalam firman-firman Tuhan ini mengacu kepada perbuatan, sikap, perilaku atau bentuk hati dari Tuhan dan manusia, yang sesungguhnya saling terkait satu sama lain. Dalam ayat bacaan hari ini kita bisa melihat sebuah pesan penting yang disampaikan oleh Yesus sendiri pada masa kedatangannya ke bumi: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati"(Luk. 6:36). Pesan ini dengan jelas menyatakan bahwa kemurahan hati kita seharusnya mengikuti bentuk kemurahan hati Bapa yang begitu besar kepada anak-anakNya. Dan kemurahan hati seperti ini tidak hanya bicara soal materi tetapi lebih jauh lagi menyangkut banyak hal. Bukankah keselamatan pun diberikan kepada kita sebagai sebuah anugerah cuma-cuma? Yesus yang menanggung semuanya, menebus semuanya dan melayakkan kita yang seharusnya tidak layak untuk bisa menerima anugerah sebesar itu.
Apa yang dimaksud dengan bermurah hati? Ada beberapa hal yang harus kita kita pahami dalam bermurah hati, yakni:
Pertama, murah hati bukan berasal dari usaha kita melainkan merupakan kasih karunia dari Allah (Rm. 9:15-16). Kalau kemurahan hati berasal dari kasih karunia Allah, mengapa masih saja sulit bagi banyak orang untuk bermurah hati? Itu terjadi karena tidak semua orang sadar dan memeriksa apa saja kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah dalam hidupnya. Ada yang tahu tapi tidak menggunakannya dalam perbuatan-perbuatan nyatanya, ada yang pura-pura tidak tahu, ada yang tidak sadar sama sekali. Ambil sebuah contoh sederhana. Apabila kita diberikan sebuah baju yang indah, kita bisa memakainya, tapi kita bisa juga hanya menyimpannya, memutuskan untuk tidak dipakai, bisa lupa akan keberadaannya atau bisa pula membuangnya. Seperti itu pula kemurahan hati yang sudah diberikan Allah kepada kita. Alangkah indahnya apabila kita hargai dengan mempergunakannya kepada sesama, tapi betapa sayangnya kalau itu tidak kita pakai atau malah kita abaikan sama sekali.
Kedua, murah hati adalah cerminan pribadi Allah (Luk. 6:36). Seorang anak biasanya mewarisi sifat-sifat orang tuanya, termasuk ayah. Seorang ayah yang memberi keteladanan baik akan menghasilkan anak-anak berkualitas moral baik pula. Selain orang tua di dunia, kita punya Bapa Surgawi yang sangat mengasihi kita. Dia menginginkan yang terbaik bagi kita. Dia akan senantiasa menjaga, melindungi dan memberkati kita. Dia tidak pernah kekurangan waktu untuk mendengar kita dan mengulurkan bantuan. Dia tidak akan berhenti mengasihi kita dengan kasih setiaNya yang tak terbatas. Oleh karena itu, kalau kita menyadari betapa besar, banyak dan tak terbatasnya kemurahan hati Tuhan atas kita, sudah seharusnya kita pun mencerminkan sikap hati yang sama denganNya. Cerminan itu harus bisa terlihat atau dirasakan oleh sesama kita sehingga mereka bisa mengenal pribadi Allah lewat diri kita anak-anak-Nya.
Ketiga, murah hati merupakan salah satu produk kasih (1 Kor.s 13:4). Inti dari keimanan kita akan Kristus adalah kasih. Kasih punya kekuatan begitu besar yang bahkan cukup punya power untuk menggerakkan Tuhan mengorbankan Yesus untuk menyelamatkan kita. Selanjutnya, dalam Galatia disebutkan bahwa kasih adalah salah satu buah Roh, alias buah-buah yang dihasilkan oleh orang yang dipimpin oleh Roh Allah, dan tidak ada satupun hukum yang mampu menentang hal tersebut (Gal. 5:22-23). Jangan lupa bahwa kasih itu bukan sekedar perasaan hati, tapi merupakan pribadi Allah sendiri. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih" (1 Yoh. 4:8).
Kita bisa melihat bahwa kemurahan hati memiliki tiga dasar utama. Begitu pentingnya murah hati sebagai produk yang diwarisi langsung dari Bapa Surgawi, sehingga tidaklah mengherankan apabila Dia melimpahi orang-orang yang murah hatinya dengan kemurahanNya yang tak terbatas. Karena itu, marilah bermurah hati kepada semua orang sama seperti Bapa adalah bermurah hati kepada kita. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN