Renungan hari ini:
“JANGAN MENGHAKIMI”
Roma 2:1 (TB) "Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama"
Romans 2:1 (NET) "Therefore you are without excuse, whoever you are, when you judge someone else. For on whatever grounds you judge another, you condemn yourself, because you who judge practice the same things"
Manusia lebih mudah melihat kekurangan dan kesalahan dari pada melihat kelebihan dan kebenaran orang lain. Paulus mengutarakan orang umumnya menghakimi berdasarkan standar yang dibuatnya sendiri. Manusia lebih sering memandang dirinya benar sehingga membuat dirinya senang menghakimi. Orang yang suka menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain atau menghakimi orang lain, tak menyadari bahwa sesungguhnya ketika ia sedang menunjuk, hanya satu jari saja yang tertuju kepada orang lain, tapi empat jari lainnya menunjuk kepada dirinya sendiri.
Siapakah kita ini sehingga kita berlaku seperti seorang hakim yang menjatuhkan vonis kepada orang lain? Sebelum kita menghakimi orang lain, sebaiknya kita memeriksa diri sendiri terlebih dahulu: apakah kita ini sudah bersih dari kesalahan? Apakah kita ini sudah sempurna, tanpa cacat cela? Tidakkah kita malu pada diri sendiri, bila kesalahan yang kita perbuat ternyata jauh lebih besar dari orang yang sedang kita hakimi? Tuhan memperingatkan, "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu" (Mat. 7:1-2).
Saat ini kita sedang hidup di zaman yang benar-benar mendekati akhir, di mana manusia cenderung mencintai dirinya sendiri: menjadi pemfitnah, tidak peduli agama, tidak tahu mengasihi, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang dan suka berkhianat (2 Tim. 3:1-4). Orang mudah sekali terprovokasi, mudah menuduh atau menyalahkan orang lain; terbiasa mencari-cari kelemahan dan kekurangan orang lain; mudah sekali berkomentar, menghujat, menghina, memojokkan, merendahkan, membuka aib, mengorek-orek masa lalu orang lain dengan komentar atau cuitan-cuitan di media sosial. Kita seringkali berlaku seolah-olah menjadi orang yang paling benar, paling suci, tiada tandingannya. Kita bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat (Yak. 2:4).
Hanya Tuhan yang bisa memberi penghakiman dengan jujur dan adil. Standar penghakiman adalah milik Tuhan, bukan manusia. Dia menghakimi orang atas apa yang dilakukannya. Tuhan berhak memberikan penghakiman karena Dia adalah Allah yang kudus. Allah memberi penghakiman sesuai standar-Nya. Allah tidak melakukan perbuatan apa yang Dia hakimi.
Menghakimi orang lain bukanlah hak kita. Menghakimi orang lain adalah hak Allah. Tidak seorang pun manusia yang hidup di dunia ini bisa luput dari kesalahan. Mari kita belajar seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 7:3, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” Firman Tuhan menegaskan, "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?" (Yak. 4:12). Kita tak luput dari kesalahan dan dosa. Karena itu berhentilah menghakimi orang lain! (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN