Jumat, 11 Desember 2020

Renungan hari ini: “MENABUR DENGAN MENCUCURKAN AIR MATA” (Mazmur 126:5)

 Renungan hari ini:

 

“MENABUR DENGAN MENCUCURKAN AIR MATA”




 

Mazmur 126:5 (TB) "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai"

 

Psalms 126:5 (NET) "Those who shed tears as they plant will shout for joy when they reap the harvest"

 

Kata “ menabur” berarti sebuah tindakan yang dilakukan berulang-ulang. Jadi, ketika kita menabur kebaikan kepada orang lain, maka kita akan menuai kebaikan pula. Demikian juga, ketika kita menabur kejahatan maka kita akan menuai kejahatan juga. 

 

Salah satu ilmuwan fisika yang terkenal, Albert Einstein seorang yang membuktikan bahwa orang yang menabur pasti akan menuai. Orang tua Albert sudah merasa habis akal dengan nilainya yang rendah di sekolah.  “Einstein, engkau tidak akan pernah menjadi seseorang “, ungkap seorang guru kepada Enstein.  Namun, orang tua, teman-teman, dan guru Einstein tidak pernah menyangka apa yang akan terjadi pada Enstein. Mereka semua meragukan kemampuannya. Kini Einstein telah berhasil mengukir namanya dalam sejarah. Menabur dan menuai adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menabur pasti menuai, tidak menabur tentunya tidak akan menuai. Sederhana bukan?. Namun, inilah yang terkadang sukar bagi orang banyak. Banyak orang yang hanya ingin menikmati hasilnya saja, tanpa harus membayar harga.

 

Hukum tabur tuai adalah hukum universal yang Tuhan berikan di muka bumi. Layaknya menabur benih tanaman akan bertumbuh dan berbuah, demikian juga menabur harta dan kebaikan akan menuai hasilnya. Jika kita mendalami teks hari ini maka kita akan menemukan dua hal, yakni:

 

Pertama, menabur dengan mencucurkan air mata. Menabur dengan air mata menggambarkan kita berada pada masa yang sulit. Kita kekurangan makanan, kekurangan uang, kekurangan dalam segala hal. Pada masa kekurangan itulah kita menabur dengan air mata dengan harapan agar tiba masa panen raya memberikan bahan makanan yang cukup. Pada umumnya ketika masa kekurangan akan menghemat dan tidak terpikirkan untuk menabur. Berbeda halnya masa kelimpahan, menabur dan memberikan berkat seringkali tidak terasa. Mazmur 126:5-6, menyebutkan menabur dengan mencucurkan air mata dan berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih. Apakah maksudnya?

A.   Menabur di masa kekurangan memberikan jaminan untuk tetap menuai. Berhenti menabur suatu saat akan berhenti menuai. Oleh sebab itu menabur harus tetap dilakukan dalam keadaan kelimpahan maupun kekurangan. Dalam Kejadian 26, Ishak menabur di masa kekeringan. Pada tahun itu juga ia menuai seratus kali lipat sebab Tuhan memberkatinya. Orang lain tidak menuai, hanya Ishak yang menuai sebab ia tetap menabur.

B.    Menabur di masa kekurangan melatih iman.Jika logika berkata, masih kekurangan masakan menabur? Maka iman kita bukan bergantung kepada Tuhan tetapi kepada apa yang kita punya. Dalam 1 Raja-raja 17:13, Janda di Sarfat membuat lebih dahulu roti bulat kecil yang diminta oleh Elia sekalipun hanya tersisa segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli. Tetapi ketika ia berjalan dalam ketaatan, mujizat terjadi. Tepung dan minyaknya tidak pernah berkurang sampai selesai masa kekeringan. Latihlah imanmu dengan tetap menabur di masa kekurangan.

C.   Menabur di masa kekurangan mendatangkan sukacita. Dalam Matius 6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.Banyak orang sukacitanya tergantung kepada harta. Ketika uangnya banyak bergembira tetapi ketika tidak punya uang sedih. Menabur di masa kekurangan mendatangkan sukacita sebab mengajarkan hidup bukan bergantung kepada uang yang bisa habis tetapi kepada Tuhan yang kekal selama-lamanya. Sukacita juga kita alami manakala kita menjadi berkat. Di masa kekeringan tetap memberkati orang lain dan membuat mereka bersukacita. Di masa kekeringan memberkati pekerjaan Tuhan sehingga banyak orang diberkati.

 

Kedua, menuai dengan sorak-sorai. Masa yang dinantikan oleh seorang petani adalah masa penuaian. Sekian lama ia menabur, bekerja keras pengharapannya adalah untuk menuai.

A.   Sorak-sorai menandakan ucapan syukur. Di banyak tempat ketika menuai dilakukan perayaan atau ucapan syukur. Semua masyarakat berkumpul dan berpesta merayakan masa penuaian.

B.    Sorak-sorai menandakan kemenangan. Segala kelelahan dan kepenatan digantikan dengan kelegaan dan kemenangan. Beban hidup menjadi hilang sebab penuaian telah tiba.

C.   Dalam penuaian seluruh tenaga dikerahkan. Biasanya petani zaman dahulu akan mengumpulkan seluruh keluarga untuk menuai bersama-sama. Ada persekutuan, kerja sama, keakraban dan kerukunan untuk menikmati berkat bersama-sama. Bila kita merinduan kebahagiaan dan pemulihan dalam keluarga dan pelayanan ... tetaplah menabur di masa kekurangan sebab pada akhirnya akan menuai dan mendatangkan sukacita yang luar biasa.

 

Karena itu, ketika kita menabur, menaburlah dengan semangat agar kita menuai dengan semangat, dan semangat untuk menikmati. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

 

 

 

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...