Sabtu, 01 Juni 2019

KOTBAH MINGGU EXAUDI Minggu, 02 Juni 2019 “PENYERTAAN ALLAH BAGI ORANG YANG SETIA”

KOTBAH MINGGU EXAUDI 
Minggu, 02 Juni 2019

“PENYERTAAN ALLAH BAGI ORANG YANG SETIA”
Kotbah: Daniel 3:21-29    Bacaan: Yohanes 14:15-26



Minggu ini kita memasuki Minggu Exaudi, yang artinya, “Dengarlah seruan yang  ku sampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku” (Mzm. 27:7).Dalam Minggu ini tema yang akan kita renungkan adalah “Penyertaan ALLAH bagi orang yang setia”. Tentu sangat luar biasa bila kita mempunyai sahabat yang selalu menjaga dan menemani dalam kondisi apa pun dan kapan pun. Dalam dunia ini, kita tidak akan menemukan sahabat yang sedemikian hebat. Namun, ada satu pribadi yang mungkin belum kita sadari, Dialah Tuhan Yesus. Imanuel adalah salah satu nama-Nya, artinya Allah beserta kita. Tidak pernah tertidur, tidak pernah libur, dan tidak ada satu pun peristiwa dalam hidup kita yang luput dari pengetahuan-Nya. Dia menyertai kita sepanjang waktu bukan dengan penyertaan yang pasif melainkan dengan penyertaan aktif yang membawa proteksi atau perlindungan. Yesus siap turun tangan pada waktu yang tepat.

Dalam kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, raja Nebukadnezar melihat sendiri penyertaan dan proteksi ilahi atas ketiga pemuda tersebut. Karena kesetiaan mereka tidak mau sujud menyembah berhala, penyertaan dan perlindungan Tuhan pun nyata atas hidup mereka. Dalam keadaan bahaya, di tengah dapur api yang menyala-nyala, Tuhan menyertai sekaligus melindungi mereka bertiga, sehingga mereka selamat dan tidak dipermalukan. Bukan itu saja, Tuhan pun melunakkan hati raja sehingga ia mengakui kebesaran Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

Tuhan kita bukan Tuhan yang duduk diam dan jauh di sorga sana, tetapi Dia Allah yang hidup dan dinamis. Dia terus berkarya dalam hidup kita sampai sekarang. Dia ada dekat dan menyertai setiap langkah kita. Mata-Nya tak pernah lepas sedetik pun mengawasi dan menjagai kita. Saat sakit, penyertaan-Nya tidak hanya menghibur dan menguatkan, tetapi Dia juga menyembuhkan. Saat ada masalah, Dia memberikan jalan keluar. Saat ada bahaya, Dia bertindak menyelamatkan dan membela kita. Bersama Yesus, walau seribu orang rebah di sisi kita dan sepuluh ribu di sebelah kanan kita, hal itu tidak akan menimpa kita (Mzm. 91:7). Sebab itu, janganlah takut dan bersukacitalah, karena Tuhan kita Imanuel. Hiduplah dalam kemerdekaan dari ketakutan yang disediakan-Nya bagi kita.

Timbul pertanyaan kita sekarang, apakah yang dilakukan Sadrakh, Mesakh dan Abednego sebagai orang yang setia kepada TUHAN?

Pertama, mereka tidak mau ikut berlutut dan menyembah berhala emas yang dibuat tangan manusia. Pada saat Raja melihat ketiga orang ini bahwa mereka tidak mau ikut berlutut dan menyembah berhala emas yang telah dibuat, maka marahlah ia dan berkata kepada mereka sekalian, “Mengapa kalian tidak berlutut? Mengapa kalian tidak menyembah?” Namun jawaban dari ketiga orang ini sangat mengejutkan: “Hei Nebudaknezar, kami tidak perlu menjawab engkau”. Saat itu mereka langsung menyebut nama Nebudadnezar (nama ini tidak muncul di dalam Alkitab bahasa Indonesia, tetapi disebutkan secara jelas di dalam Alkitab terjemahan lain). Sikap ini begitu berani dan tidak mau tahu kepada peraturan-peraturan pemerintahan, dimana kekuasaan Babilonia saat itu merupakan salah satu yang tebesar di dalam dunia.

Teks ini bukan hendak mengajarkan bahwa kita harus bersikap kurang ajar terhadap orang tua, atau berkata kasar terhadap pendeta. Tetapi hal ini menunjukkan bahwa pada saat-saat tertentu, seseorang perlu bersikap tegas dan tidak berkompromi karena pada saat itu yang dipilih adalah Allah atau setan. Lalu kalimat itu dilanjutkan dengan suatu kalimat yang sangat penting, “Meskipun kami percaya Allah kami bisa melepaskan kami dari api itu dan dari tanganmu, tetapi jika Ia tidak mau menyelamatkan kami, kamipun tidak akan menyembah engkau.” Kedua pasangan kalimat ini merupakan suatu kombinasi yang menunjukkan kesempurnaan dari iman seseorang, inilah yang merupakan inti penekanan kami.

Kedua,mereka bertiga berlutut hanya kepada Allah. Iman berarti percaya sepenuhnya kepada kekuasaan Allah, ditambah dengan ketaatan sepenuhnya akan kedaulatan Allah. Orang seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego tahu dengan jelas sekali tentang “Siapa” yang mereka layani. Jikalau mereka sudah pernah berlutut di hadapan Allah, mereka tidak mungkin dan tidak boleh berlutut di hadapan dewa yang lain. Barangsiapa yang sudah berlutut di hadapan Tuhan, ia harus ingat bahwa kakinya hanya untuk Tuhan dan tidak boleh lagi berlutut untuk dewa-dewa yang lain.

Ketiga, mereka bertiga siap menerima resiko iman.  Pelayanan bukan untuk mencari keuntungan ataupun untuk menonjolkan diri. Pada saat Sadrakh, Mesakh dan Abednego berdiri di sana, mereka sedang dalam keadaan tekanan politik yang sangat besar dari pemerintahan. Namun mereka tetap berdiri dan meresikokan diri untuk mati. Orang yang taat dan setia kepada Tuhan, tidak perlu takut untuk mati. Jikalau waktunya belum sampai, yang ingin mencelakakan kita akan celaka oleh Tuhan karena Dia adalah Allah yang berkuasa. Jikalau kita tahu, bahwa Tuhan maha kuasa, dari sejak masa muda, tegakkan perjuanganmu tanpa kompromi, maka Tuhan tidak akan meninggalkan kita

Keempat,mereka adalah pelayan yang konsisten. Jangan pernah mengira bahwa orang yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh pada masa tuanya akan mundur. Jikalau seorang pendeta yang baik namun pada masa tuanya menjadi buruk, itu berarti memang sejak muda sudah ada penyakit yang belum ditemukan. Kita tidak perlu takut bahwa pada saat tua, kita tidak akan berubah jikalau kita sungguh-sungguh taat dan setia kepada Tuhan. Ingat, jikalau engkau adalah emas yang murni, mengapa harus takut dibakar api? Yang penting adalah murnikanlah dirimu. Munikanlah motivasimu sekarang, jangan takut akan penganiayaan, godaan dan daya tarik yang akan merubah dirimu. Murnikan dirimu sekarang. Itu yang akan menjadikan dirimu tahan. Jikalau engkau emas murni, tidak perlu takut, tidak perlu takut luntur, tidak perlu takut hancur, tidak perlu takut dibakar sampai dirimu meleleh dan mencair karena engkau emas murni.

Pertanyaan bagi kita semua adalah, apakah kita juga  tetap setia kepada Allah dalam menjalani kehidupan? Apakah kita tetap setia untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya? Dalam situasi ekonomi yang sulit, tetap setiakah kita dalam bekerja? Tetap jujurkah kita dalam menjalankan bisnis atau pekerjaan-pekerjaan lain yang telah menjadi profesi kita? mungkin, dalam keadaan yang susah seperti sekarang ini, kadang kita mulai meragukan penyertaan Tuhan, dan kita mulai mencari jalan pintas yang tidak sesuai dengan iman kita. Mari untuk selalu memegang dan mengimani janji Tuhan yang akan selalu nyata dan tepat pada waktunya, jika kita senantiasa mau untuk hidup dan berjalan bersama dengan Dia, hingga pada akhirnya, Tuhan menyatakan kuasa-Nya, sehingga Ia semakin dipermuliakan. 

Ingatlah bahwa apapun yang kita kerjakan, apapun yang kita lakukan, yang kita pertaruhkan adalah nama Allah. Sebagai anak-anak Allah, seharusnya yang kita lakukan adalah menunjukkan kepada dunia siapa “Bapa” kita. Semua yang kita lakukan haruslah sesuai dengan kehendak Allah. Bila kita dipuji Allah sebagai orang yang setia, maka orang di sekeliling kita juga akan mengetahui siapa Allah kita. Dengan demikian, betapa pentingnya kesetiaan kita kepada Allah. Dengan tetap setia kepada Allah, kita akan selalu mendapat penyertaan-Nya dan dapat memuliakan nama-Nya. Tuhan selalu setia.. Lalu, bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai anak-anak-Nya? Apakah kita juga akan tetap setia sampai pada kedatangan Tuhan Yesus untuk yang kedua kalinya?  Jika kita tetap setia kepada Allah maka Ia pun akan setia menyertai dan melindungi perjalanan hidup kita selama berada di dunia ini. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...