Selasa, 28 Juni 2022

Renungan hari ini: “KITA SEBAGAI AHLI BANGUNAN YANG CAKAP” (1 Korintus 3:10)

 Renungan hari ini:

 

“KITA SEBAGAI AHLI BANGUNAN YANG CAKAP”


 

1 Korintus 3:10 (TB) "Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya"

 

1 Corinthians 3:10 (NET) "According to the grace of God given to me, like a skilled master-builder I laid a foundation, but someone else builds on it. And each one must be careful how he builds"

 

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menggambarkan dirinya sebagai seorang ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar atau fondasi, dan jemaat Korintus diibaratkan sebagai sebuah bangunan. Seorang ahli bangunan (Yun. architekton) ternyata tidak hanya sekedar merancang sebuah bangunan agar terlihat indah dan menarik saja, tetapi juga bertanggung jawab atas seluruh penggunaan bahan-bahan yang digunakan pada bangunan tersebut, termasuk jenis fondasi apa yang akan digunakan. Seorang ahli bangunan juga bertanggung jawab atas seluruh proses pengerjaan bangunan, mulai dari tahap pengerjaan awal hingga selesainya seluruh proses pembangunan.

 

Alkitab mencatat ada dua dasar yang seringkali digunakan untuk membangun rumah: batu dan pasir. Batu berbicara tentang sesuatu yang kuat dan kokoh, sedangkan pasir tentang sesuatu yang mudah diterpa angin, berubah, bergerak. Kita harus meletakkan dasar ‘rumah’ kita di atas batu karang rohani yaitu Yesus Kristus, supaya rumah kita tetap kuat dan kokoh, karena di dalam Dia ada jaminan keselamatan, ada masa depan, ada harapan dan juga kepastian hidup yang kekal.

 

Yesus adalah Pribadi yang tidak pernah berubah, Dia tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. Jika dasar pembangunan “rumah rohani” kita adalah Tuhan Yesus, maka seberat apa pun badai persoalan  yang mungkin melanda, rumah kita akan tetap kokoh berdiri. Namun jika yang menjadi dasar “rumah rohani” kita adalah pasir (gambaran dari sesuatu yang tidak tentu, bergerak dan mudah berubah), maka ketika hujan turun, banjir datang dan angin persoalan melanda, rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.

 

Oleh sebab itu, dalam hidup ini jangan sekali-kali berharap dan mengandalkan sesuatu yang tidak berlandaskan kebenaran firman Tuhan, karena semuanya itu tidak tentu dan bisa lenyap seketika. Memang, membangun rumah di atas batu itu tidaklah mudah, melainkan perlu perjuangan. Ada harga yang harus kita bayar! Tetapi ketika angin dan badai melanda, rumah itu akan tetap bertahan. Sebaliknya membangun di atas pasir sangatlah mudah, tetapi bila angin atau badai datang, rumah itu akan mudah hancur pula.

 

Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita untuk menjalani kehidupan ini, Tuhan mau kita memerhatikan dasar bangunan yang kita gunakan di dalam setiap proses pembangunan kehidupan kita. Bertindaklah seperti rasul Paulus yang menyebut dirinya sebagai ahli bangunan yang cakap yang telah meletakkan dasar yang benar pada jemaat yang dibangunnya, sebagaimana ia sendiri telah meletakkan dasar yang benar bagi dirinya sendiri. Kita sedang memasuki sebuah zaman yang “berbeda” apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Apabila kita tidak mendasari hidup kita dengan dasar kebenaran yang kokoh, maka ketika angin dan badai melanda mudahlah menjadi hancur.

 

Apa yang harus kita lakukan agar senantiasa berjalan dalam fondasi yang kokoh?

 

Pertama, menjadi pribadi yang bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalam firman Tuhan (Yos. 1:8). Yosua mendapat tugas penting untuk menggantikan Musa, membawa bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian. Yosua tahu bahwa ini bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Tetapi Yosua tahu bahwa Tuhan akan menyertai dia, asalkan selalu berpegang teguh pada Firman-Nya. Kita semua tahu bahwa pada akhirnya Yosua berhasil membawa umat Israel masuk ke Tanah Kanaan. Demikian juga dengan kita, Tuhan ingin agar kita senantiasa berhasil dalam setiap langkah hidup kita. Tuhan ingin agar kita senantiasa beruntung dalam apapun yang kita kerjakan. Dia ingin agar keluarga, rumah tangga, pekerjaan, keuangan, bisnis, studi dan segala aspek kehidupan kita dapat berhasil dan sukses.

 

Kedua, menjadi pribadi yang mau ditanam dan diajar (Ef. 4:11-14). Bagaimana kita mengukur kedewasaan kita. Kedewasaan tidak berbanding lurus dengan bertambahnya usia manusia. Usia bukanlah jaminan seseorang telah dewasa. Dalam sudut pandang rohani yang ditulis rasul Paulus, seseorang akan disebut dewasa jika memenuhi beberapa standar kebenaran, di antaranya: Tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (ay. 14). Hari-hari ini kita tahu bahwa ada begitu banyak pengajaran yang mencoba “mewarnai” kehidupan kekristenan. Mulai dari pengajaran-pengajaran yang sehat dan Alkitabiah, pengajaran-pengajaran yang kelihatannya baik namun tidak Alkitabiah, hingga pengajaran-pengajaran yang jelas sembrono dan menyesatkan.

 

Untuk bisa menjadi orang-orang dewasa yang bertumbuh dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran dan cakap untuk membedakannya, pastikan kita berada dan ditanam di dalam sebuah jemaat lokal dimana Tuhan telah mengaruniakan seorang gembala untuk memperlengkapi kita dalam segala hal sehingga kita bisa berfungsi sebagaimana mestinya dalam tubuh Kristus. Untuk itu pastikan kita berada di tempat yang Tuhan maksudkan, dan mari kita dengan rendah hati dan lembut hati mau tunduk di bawah otoritas pemimpin rohani, mau diajar, mau dipimpin dan dibapai demi pertumbuhan rohani kita. Karena itu, kita harus sungguh-sungguh berjalan dalam keintiman bersama Tuhan Yesus Sang Sumber kebenaran sejati yang membuat fondasi kita kokoh, maka kita akan kuat menjalani kehidupan ini. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...