Minggu, 05 Agustus 2018
Kotbah: Keluaran 13:11-16 Bacaan: Galatia 5:13-15
Minggu ini kita akan memasuki Minggu X Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Kekuatan tangan TUHAN yang membebaskan”. Pembebasan merupakan karya terbesar TUHAN bagi umat Israel yang diperbudak di Mesir selama 430 tahun. Pembebasan ini adalah akibat kepedulian TUHAN atas kehidupan umat-Nya yang menderita di Mesir.
Mesir dan Kanaan adalah nama tempat di Timur Tengah. Kedua tempat ini bersejarah bagi bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Mesiradalah tempat dimana bangsa Israel mengalami perbudakan.Akibat dari perbudakan, Allah membebaskan bangsa Israel dan menuntun mereka kembali ke negeri asal mereka yaitu Kanaan (Kel.1-40). Perbudakansama dengan penindasanyaitu memperlakukan dengan sewenang-wenang. Perbudakan juga berarti penderitaanakibat tekanan dari orang lain secara politik. Lawan dari perbudakan adalah merdeka atau bebas dari penindasan.
Kanaanadalah negeri asal orang Israel(Kej. 37:1). Yusuf, salah seorang dari anak Yakub, dijual oleh saudara-saudaranya kepada orang Ismael tanpa sepengetahuan ayahnya. Yusuf kemudian dibawa ke Mesir (Kej. 37:28). Suatu ketika Yakub mengetahui bahwa Yusuf masih hidup dan ia berada di Mesir. Yakub rindu bertemu dengan Yusuf. Oleh sebab itu bersama dengan saudara-saudara Yusuf yang lain, Israel pindahke Mesir (Kej. 46).Isarel menetap di Mesir dan berkembang menjadi suatu bangsa yang besar (Kel. 1:7, 9).
Orang Mesir merasa ketakutankarena Israel berkembang sangat cepat menjadi satu bangsa yang besar. Pemerintah Mesir mulai menerapkan berbagai aturan dengan tujuan untuk menindas mereka. Misalnya kerja paksa dan menekan pertambahan jiwa(Kel.1:10, 15, 16).
Penderitaan ini tidak terjadi di luar rencana Allah.Penderitaan ini bukan hukumantetapi suatu pembentukkan hati atau terapi bagi bangsa Israel (Ul. 8:2). Tujuannya supaya bangsa Israel belajar merendahkan hati.Penderitaan ini adalah suatu proses pembentukkan oleh sebab itu tidak melebihi kekuatan mereka.Allah membebaskan mereka tepat pada waktunya. Langkah awal Allah dalam pembebaskan bangsa Israel adalah mengutus Musamemipin mereka kembali ke Kanaan.
“Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir” (Kel. 3:8). Bentuk dasar dari kata melepaskan adalah “lepas”.Kata ini memiliki arti sama dengan tidak tertambat atau tidak terikat lagi atau bebas. Penambahan prefiks “me” dan sufiks “kan” pada kata dasar “lepas”, mengubah kata ini menjadi kata kerja aktif. Subjek kalimat yaitu “Aku” [Allah] terlibat secara aktif dalam proses pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Perhatikan kalimat “…dan menuntun mereka …ke Kanaan”.Penggunaan preposisi “ke” dengan nomina “Kanaan” memiliki ciri lokatif. Artinya kegiatan “melepaskan” dalam kalimat tersebut menunjuk pada tempat. Dengan kata lain, kehidupan yang terlepas dari perbudakan hanya ada di Kanaan. Jadi bangsa Israel tidak hanya dilepaskan atau dibebaskan begitu saja dari perbudakan tetapi ada maksud dan tujuan dibalik peristiwa ini. Tujuannya agar bangsa Israel keluar dari “Mesir” dan menuju “Kanaan”.Maksudnya bangsa Israel lepas dari perbudakan dosa dan hidup dalam suatu kebebasan yang memuliakan Allah. Kanaan juga menunjukkan bahwa Allah bertanggungjawab terhadap umat-Nya. Dia mempersiapkan tempat bagi mereka yang memungkinkan untuk hidup dalam suatu persekutuan yang indah, damai yang diperintah oleh seorang Raja yang adil yaitu Allah sendiri.
Ada satu pertanyaan yang timbul, mengapa bangsa Israel harus ke Kanaan?Apakah tidak ada tempat lain selain Kanaan? Telah disebutkan di atas bahwa kehidupan yang bebas dari tekanan/penindasan hanya ada di Kanaan.Dalam Keluaran 3:8 jelas Firman Allah berkata “Kanaan adalah satu-satunya negeri yang berlimpah susu dan madu”. Di sini tidak menyebut tempat lain kecuali Kanaan. Ada banyak tempat di Timur Tengah, tetapi hanya Kanaan yang memiliki “susu dan madu”. Secara harfia, “susu dan madu”adalah minuman yang memiliki kualitas gizi tinggi, lezat dan dapat membuat orang sehat dan juga menyembuhkan penyakit. Bangsa Israel mendambakan “susu dan madu” untuk menyembuhkan mereka dari penyakit “tekanan” yang sedang mereka alami. “Susu dan madu” yang dimaksud di sini adalah lambang dari kesejahteraan, kedamaian, sukacita, dan keindahan.Inilah kualitas hidup yang dikehendaki oleh Allah agar nyata dalam kehidupan umat pilihan-Nya. Kanaan adalah symbol dari sukacita, kedamaian dan di sana tidak ada penindasan. Wahyu 21:4 menggambarkan Kanaan yang penuh dengan “susu dan madu itu”. Kanaan tidak ada air mata, tidak ada perkabungan atau ratap, tangis atau dukacita”. Allah ingin supaya umat-Nya hidup dalam suatu suasana yang penuh dengan sukacita yang memuliakan Allah.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah akibat pembebasan TUHAN bagi orang Israel?
Pertama,TUHAN melindungi dan menyertai Israel. Pembebasan TUHAN bagi umat Israel memberikan jaminan perlindungan dan penyertaan TUHAN. Tuhan berjanji tidak seekor anjing pun diijinkannya menggongong umat-Nya Israel. Saat Israel “keluar dari Mesir,” ada satu ayat yang penting perlu kita perhatikan, yaitu Keluaran 11:7 “Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor anjingpun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel”.
Ketika Israel “keluar dari Mesir,” TUHAN berjanji tidak ada seekor anjingpun yang akan menggonggong atau menampakkan taringnya. Anjingadalah binatang kota yang mencari makanan di tempat-tempat sampah, bahkan memakan bangkai-bangkai. Dalam kitab Raja-raja, anjing memakan bangkai dari keluarga kerajaan yang korup dan tidak setia kepada TUHAN (1Raja. 14:11; 16:4; 21:19).
Janji TUHAN menyatakan tidak akan ada bangkai di Goshen, tempat Israel tinggal selama di Mesir. Anjing-anjing tidak akan menggonggong dan menampakkan taringnya. Sungguh suatu keajaiban kasih karunia TUHAN bagi umat-Nya. Ayat ini juga menyatakan “bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang Mesir dan orang Israel.” Anjing yang tidak menggonggong tidak saja menyatakan damai sejahtera saat Israel “keluar dari Mesir,” namun sekaligus menyatakan perbedaan.
Kedua,terbebas dari kuasa kematian. Mesir adalah bangsa yang penuh dengan penyembahan. Kota-kota mesir ditandai dengan kehadiran dewa-dewi yang menjadi pelindung. Salah satu dewa penting di Mesir adalah Anubis.Anubis adalah dewa kematian.Ia memegang akhir kehidupan manusia. Ia berkuasa atas kehidupan dengan kuasa kematian. Menariknya, dewa ini memiliki muka yang menyerupai anjing atau jakal. Inilah janji TUHAN bagi Israel. “Keluar dari Mesir” bukan sekedar menjadi orang bebas apalagi sekedar pindah lokasi. “Keluar dari Mesir” bukan sekedar meninggalkan Mesir namun meninggalkan bayang-bayang kekuatan Mesir dengan segala dewanya. “Keluar dari Mesir” bukan sekedar meninggalkan Mesir namun meninggalkan semua kuasa kematian dari Mesir, kuasa Anubis yang diwakili oleh Firaun. Kuasa Anubis dipatahkan-Nya. Bahkan kematian berbalik menyerang Mesir atas anak- sulung Mesir.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah sikap dan tindakan orang yang sudah dibebaskan TUHAN dari perbudakan itu?
Pertama, mempersembahkan anak sulung (ay.12-13).Dalam Perjanjian Lama, arti “anak sulung” dalam Bahasa Ibrani ialah “Bekhor,”terdapat dalam banyak Bahasa serumpun, yang berarti “cepat datang,” dan kata yang seakar memiliki arti “buah sulung” (Ibrani: Bakhar). Kata “Bekhor” hanya dipakai untuk orang dan binatang. Berdasarkan luputnya anak sulung Israel dari maut pada malam Paskah, anak lelaki sulung dari ibu dipandang kudus bagi TUHAN dan harus dibawa untuk dipersembahkan kepada TUHAN sebagai persembahan yang kudus dan berkenan kepada-Nya (Kel. 13:2,12; Bil. 3:13). Alasan mengapa setiap anak sulung harus dipersembahkan kepada Allah:
(1). Anak sulung adalah milik kepunyaan Allah.Setelah Allah menyatakan kuasa dan anugerah-Nya atas Israel, dengan mengeluarkan dan menyelamatkan mereka dari perbudakan di Mesir dan juga menyelamatkan mereka dari tulah kesepuluh yang dijatuhkan TUHAN atas Mesir, maka Allah memberikan ketetapan dan aturan kepada umat Israel, yaitu mempersembahkan anak sulung mereka. Ayat ke-2 dicatat, “Akulah yang empunya mereka”. Ini menjelaskan bahwa baik anak sulung manusia maupun hewan, harus dikuduskan bagi Allah, karena anak sulung adalah milik kepunyaan Allah (bdk. Kel. 4:22).
(2) Anak sulung sebagai persembahan yang terbaik bagi TUHAN.Ketetapan yang diberikan oleh Allah atas umat Israel merupakan sebuah peringatan supaya mereka hidup benar di dalam Allah dan hidup sesuai firman-Nya. Sesungguhnya, kuat kuasa tangan TUHANlah yang membawa umat Israel keluar dari Mesir. Dalam peringatan ini, orang tua Israel harus memberitahu anak laki-laki mereka tentang makna peringatan itu (8-10, 14-16). Tentu ini bertujuan agar generasi yang lahir kemudian tetap mengenal Allah dan karya-Nya yang besar. Karena itu, umat Israel harus membawa persembahan yang terbaik, yaitu hasil pertama keturunannya dan hasil pertama dari ternak atau hewan mereka. Ini menunjukkan bahwa TUHAN haruslah menjadi yang terutama dalam persembahan dan penyembahan mereka (ay. 11-12).
Kedua,mewariskan Pembebasan Tuhan kepada generasi berikutnya (16). Peristiwa pembebasan umat Israel dari Mesir ke tanah Kanaan harus kita wariskan kepada generasi berikutnya bahwa Allah sendirilah yang membebaskan umat-Nya. Mewariskan Kabar Baik atas tindakan pembebasa TUHAN ini harus menjadi tanda pada tangan dan lambang di dahi anak-anak kita. Kita mewariskan berita bahwa hanya karena tangan TUHANlah yang membawa umat Israel keluar dari Mesir.
Pembebasan itu tidak saja berarti meninggalkan tanah Mesir, lalu pindah ke negeri lain. Tetapi juga pindah keadaan, yaitu dari keadaan perbudakan atau penindasan ke keadaan kemerdekaan. Melalui pembebasan inilah, Allah memerdekakan umat-Nya. Namun, kemerdekaan ini bukanlah sembarang kemerdekaan, melainkan kemerdekaan untuk mengabdi kepada TUHAN. (Kel. 4:23; 8:1, 20; 9:1, 13; 10:3,7).
Dengan demikian, orang-orang Israel yang dibebaskan telah menjadi Umat TUHAN, sebab mereka itulah umat yang dibebaskan Allah dari Mesir, tempat perbudakan itu (kel 6:6). Berkat tindakan Allah yang berkuasa tersebut, mereka sudah menjadi suatu umat yang merdeka, suatu persekutuan yang terdiri pula dari orang-orang yang merdeka.
Orang Israel yang tadinya bimbang, gelisah dan takut terhadap kekuasaan orang Mesir, dengan tiba-tiba mulai percaya kepada TUHAN. Ketika dilihat orang Israel, bagaimana besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takut kepada manusia ini (Mesir) diganti dengan “takut” dan “percaya” kepada TUHAN. Peristiwa keluaran ini akan menjadi pangkal kemerdekaan Israel, sekalipun di tengah-tengah kesulitan dan perbudakan yang menekan mereka. Israel yang pada awalnya merasakan tekanan daripada perbudakan dan takut akan kekuasaan orang Mesir ini; maka dengan peristiwa Keluaran ini mereka melepaskan ketakutan itu dan menaruh percaya kepada TUHAN (Kel. 14:13-14). Dengan demikian, peristiwa ini membawa kelahiran baru Israel sebagai umat yang percaya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN