Kamis, 02 Juni 2022

Renungan hari ini: “LAYAKKAH ENGKAU MARAH?” (Yunus 4:4)

 Renungan hari ini:

 

“LAYAKKAH ENGKAU MARAH?”



Yunus 4:4 (TB) Tetapi firman TUHAN: "Layakkah engkau marah?" 

 

Jonah 4:4 (NET) The Lord said, “Are you really so very angry?”

 

Pertanyaan TUHAN ini kepada Yunus merupakan pertanyaan yang pertama. Yunus marah karena karena TUHAN membatalkan rencana-Nnya untuk menghukum Niniwe. Batalnya rencana ini membuat Yunus marah kepada TUHAN. Lalu TUHAN bertanya, "Layakkah engkau marah?"

 

Pertanyaan yang sama juga muncul kepada Yunus kali kedua karena pohon jarak yang menaunginya telah layu (ay. 9a). Yunus sangat senang bernaung di bawah pohon jarak itu sambil menunggu kehancuran kota Niniwe. Ternyata pohon yang disenanginya itupun layu dibuat TUHAN, sehingga ia pun marah kepada TUHAN. Melihat kemarahan Yunus itu, TUHAN pun bertanya kali kedua, "Layakkah engkau marah?"

 

Dari dua kemarahan Yunus, kita belajar bahwa pada umumnya hal yang dapat membuat kita mara disebabkan dua hal, yakni:

 

Pertama, kita marah jika TUHAN memberikan apa yang baik kepada orang yang sama sekali tidak kita sukai.Keinginan kita ialah TUHAN kiranya menghancurkan semua musuh kita. TUHAN jangan berbuat kebaikan kepada orang yang sangat kita benci. Ternyata TUHAN sangat senang melihat orang yang bertobat. Ketika Yunus memberitakan bahwa TUHAN akan memusnahkan semua kota dan orang Niniwe, maka mereka pun bertobat sehingga TUHAN membatalkan hukuman-Nya dan berbuat baik kepada mereka.

 

Kedua, kita marah jika apa yang tidak baik terjadi kepada orang atau sesuatu yang kita sangat sukai. Yunus sangat menyukai pohon jarak karena pohon itu memberikan perlindungan kepadanya saat terik matahari turun. Tetapi TUHAN membuat pohon itu layu sehingga Yunus mengalami kepanasan. Inilah yang membuat Yunus marah kepada TUHAN.

 

Jika kita membaca teks Kitab Suci yang lain, maka sebenarnya TUHAN tidak sepenuhnya melarang orang marah, tergantung dari alasan yang menyebabkan seseorang menjadi marah! Dalam Efesus 4:26, Tuhan menasihatkan kita: "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa ....." Selanjutnya dalam Yakobus 1:19 dinasihatkan: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah setiap orang hendaklah ....... lambat untuk marah." Jadi, Tuhan melarang marah yang berdosa. Bagaimanakah marah yang berdosa? Dalam kitab nabi Yunus dituliskan tentang kemarahan Yunus dan pertanyaan Tuhan kepada Yunus: "Layakkah engkau marah?"  Dari pertanyaan Tuhan ini kita bisa menelaah tiga kemarahan yang tidak boleh dilakukan, yaitu:

Pertama, jika harapan atau kehendak kita tidak terwujud. Meski pun Yunus berkotbah di Niniwe sehingga seluruh penduduk Niniwe bertobat dari dosa-dosanya, sebenarnya harapan dan kehendak Yunus adalah penduduk Niniwe tetap berdosa dan Tuhan menghukum/menghancurkan mereka. Yunus menjadi marah, karena Tuhan mengampuni orang Niniwe, sehingga tidak menghancurkan Niniwe (Yun. 3:10 dan 4:1). Untuk kemarahan Yunus itu, Tuhan bertanya padanya: "Layakkah engkau marah?" (Yun. 4:4). Jelas maksud Tuhan dalam pertanyaannya itu adalah: Kemarahan yang didasari oleh harapan atau kehendak yang tidak terwujud adalah kemarahan yang tidak layak.

 

Kedua, jika ada kenbencian dalam kemarahan kita. Yunus membenci bangsa Asyur yang beribukota di Niniwe. Kebencian itulah yang menyebabkan Yunus begitu ingin melihat Tuhan menghancurkan Niniwe. Karena itu Yunus marah waktu Tuhan mengampuni orang Niniwe (Yun. 4:2). Untuk kemarahan tersebut Tuhan bertanya kepada Yunus: "Layakkah engkau marah?" Sekali lagi jawabannya adalah "tidak layak." Kemarahan yang didasari oleh kebencian adalah kemarahan yang tidak layak.

 

Ketiga, jika kenikmatan kita terganggu. Kematian pohon jarak tempatnya bernaung dari panas matahari benar-benar menyulut kemarahan Yunus, sehingga dia ingin mati saja (Yun. 4:8-9). Dan kembali Tuhan bertanya pada Yunus: "Layakkah engkau marah?" Dengan keras kepala Yunus berkata: "Selayaknyalah aku marah sampai mati" (Yun. 4:9). Jawaban yang benar terhadap pertanyaan Tuhan itu adalah: "Gangguan kenikmatan bukanlah alasan yang membenarkan seseorang untuk marah!" Karena itu, kalau kemarahan kita timbul karena kepentingan pribadi (harapan, kehendak) tidak terwujud atau karena kebencian atau karena kenikmatan kita terganggu, itu adalah kemarahan yang egois, ingatlah firman ini: "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan" (Mzm. 37:8). (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...