Kamis, 25 Maret 2021

Renungan hari ini: “BERBAGIALAH ORANG YANG MURAH HATINYA” (Matius 5:7)

 Renungan hari ini:

 

“BERBAGIALAH ORANG YANG MURAH HATINYA”




 

Matius 5:7 (TB) "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan"

 

Matthew 5:7 (NET) “Blessed are the merciful, for they will be shown mercy"

 

Kita jangan salah memahami teks ini. Kalimat ini bisa ditafsirkan bahwa orang yang berbagia itu adalah jika hatinya terjual murah. Kita bukan berbicara bisnis menjual hati di sini. Kata murah hati dalam bahasa Yunaninya adalah Eleemon. Tetapi yang dimaksud sebenarnya oleh Matius adalah kata Khesed dari bahasa Ibrani, sebuah kata yang sulit untuk diterjemahkan. Arti murah hati menurut Khesed adalah menaruh simpati terhadap orang lain; ikut menyesal atau merasakan kesedihan yang dialami oleh orang lain. Khesedadalah suatu kemampuan untuk menempatkan diri benar-benar di dalam pribadi orang lain sehingga kita dapat mengerti apa yang dipikir dan dirasakannya. Jadi khesed adalah suatu tindakan untuk mengidentifikasikan diri kita dengan orang lain. Inilah pengertian yg dimaksud dengan murah hati.

 

Sikap murah hati muncul karena rasa syukur orang percaya yang telah menerima kasih Tuhan. Sikap ini dilakukan dengan tulus, tanpa kepura-puraan atau mengharapkan timbal balik. Orang yang murah hati akan diberkati Tuhan dengan memperoleh kemurahan Allah, yang dapat dinyatakan dengan berbagai macam cara. Misalnya, Allah memakai sesama kita untuk membalas kemurahan hati kita di saat kita membutuhkan pertolongan.

 

Setidaknya ada tiga unsur dalam murah hati, yakni: Pertama, kemampuan untuk melihat penderitaan orang lain dari sudut orang itu sehingga bisa ikut merasakan penderitaannya. Kedua, adanya rasa kasihan dan simpati pada orang yang menderita itu. Simpati artinya adalah merasa bersama-sama dengan orang yang menderita. Ketiga, adanya tindakan menolong. Rasa kasihan yang tidak diikuti tindakan menolong, sama sekali tidak berguna (Yak. 2:15-16; 1 Yoh. 3:18).

 

Kita dapat melihat contoh kemurahan hati ini seperti: Pertama, Allah.  Allah sendiri melihat diri kita dari sudut kita (Mzm. 103:14), Ia kasihan pada kita, Ia menolong kita. Dalam diri Allah terdapat Kasih Karunia. Kemurahan hati ini menangani penderitaan akibat dosa. Kedua, Orang Samaria. yang murah hati dalam menolong orang yang sedang dalam keadaan menderita (Luk. 10:30-37). Ia menaruh hati dan memberikan apa yang ada pada dirinya untuk menyelamatkan yang terluka dan terampok. Ketiga, domba-domba (Mat. 25:34-40). Murah hati itu adalah ciri dari domba. Tindakan murah hati itu jangan disalahgunakan seperti memberi uang kepada orang yang malas dan tidak mau bekerja (2 Tes. 3:10; Ams. 3:27,28), meminjami uang tanpa tujuan yang jelas, dan lain sebagainya.

 

Pertanyaan kita adalah bagaimana caranya agar kita bisa menjadi murah hati? Pertama, kita harus sudah mengalami kemurahan Allah (bnd. Ef. 4:32-5:2). Yesus mengecam orang yang sudah mendapat kemurahan tetapi tidak mau bermurah hati (Mat. 18:23-35). Kedua, kita pernah mengalami penderitaan (Ibr. 2:18; Ibr. 4:15; 2 Kor. 1:3-6). Tanpa ini kita tidak akan bisa mengerti penderitaan orang lain. Ketiga, kita harus tahu, mengerti kebenaran dan Firman Tuhan. Tanpa ini kita akan melakukan tindakan “murah hati” yang salah.

 

Tentu sebagai orang yang murah hati, Allah akan memberikan upahnya bagi mereka. Orang yang murah hati akan mendapat balasan belas kasihan dari Allah (6:14), belas kasihan yang memenuhi kebutuhannya pada saat diperlukan (Ams. 19:17), belas kasihan yang memelihara (Mzm. 41:3), dan belas kasihan pada hari-Nya nanti (2 Tim. 1:18). Sedangkan mereka yang tidak berbelas kasihan akan memperoleh penghakiman yang tidak mengenal rasa belas kasihan (yang hanya dapat berarti api neraka). Karena itu, marilah kita bermurah hati selalu agar kita memperoleh belas kasihan TUHAN. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...