Minggu, 15 Juli 2018
"MARI SALING MELAYANI DAN BERBUAT BAIK”
Kotbah: Kisah 18:1-8 Bacaan: Kejadian 18:1-10
Minggu ini kita akan memasuki Minggu ketujuh setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Mari saling melayani dan berbuat baik”.Sebagai mahkluk sosial kita dicipta TUHAN untuk saling melayani dan membantu dalam perbuatan baik. Kita harus bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga, gereja dan masyarakat yang kita diami. Untuk mudahkan kita memahami bagaimana saling melayani dan berbuat baik, kita akan membahas kisah Paulus selama berada di Korintus.
Peristiwa perjumpaan Paulus dengan keluarga Akwila dan Priskila. Perjumpaan mereka dilatarbelakngi peristiwa politik di kekaisaran Romawi. Pada 52 sM Kaisar Roma Klaudius mengeluarkan perintah mengeluarkan semua orang Yahudi dari kota Roma. Kelihatannya, dari sejarawan Roma, mereka menyiksa orang Kristen dan menyebabkan kekacauan dalam kota. Klaudius hanya sedikit perhatian pada alasan masalah itu, dan lebih lagi pada siapa yang salah. Dia tahu mereka Yahudi, dan itu sudah cukup; jadi semua orang Yahudi dikeluarkan dari Roma, baik yang bersalah dan yang benar. Pada saat itulah seorang Yahudi bernama Akwila, yang dulu pindah ke Roma dari Pontus melalui laut hitam, mengepak barangnya, mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya, dan pergi ke Korintus. Bersama dengan istrinya yang setia, Priskila. Kita tidak bisa memastikan apakah istrinya Yahudi atau Roma, demikian juga apakah mereka sudah Kristen atau belum saat itu. Tapi satu hal kita tahu—mereka bersama-sama. Kenyataannya, mereka selalu bersama-sama. Nama mereka selalu disebutkan bersamaan. Satu sisi, mereka melakukan pekerjaan bersama-sama. “mereka sama-sama tukang kemah” (ay. 3). Setiap anak Yahudi dalam PB diajarkan satu jenis perdagangan. Karena tenda merupakan bagian penting dalam hidup orang Ibrani, orangtua Akwila memilih mengajarkan anak mereka cara membuat tenda sebagai cara menghidupi dirinya. Tenda mereka dibuat dari kulit kambing yang harus dipotong seorang ahli dan dijahit dengan tepat. Akwila mendapatkan keahlian itu dan kemudian mengajarkan itu pada istrinya, dan dia dengan senang membantu suaminya dalam pekerjaan itu.
Tidak setiap suami dan istri bisa bekerja sama seperti ini. Itu membutuhkan hubungan yang dewasa agar bisa bekerja sama dibawah tekanan pekerjaan. Tapi itulah hubungan yang terdapat pada Akwila dan Priskila. Mereka tidak hanya pasangan yang saling mengasihi tapi teman baik dan rekan bisnis. Mereka bersedia saling memberi lebih dari yang mereka dapat. Mereka harus mampu menerima usulan yang diberikan. Mereka menikmati kebersamaan dan bekerja bersama. Mereka tidak terpisahkan, dan mereka setara.
Saat mereka tiba di Korintus, mereka mencari pasaran untuk membuka toko tenda, dan kemudian membuka usaha pembuatan tenda. Waktunya jelas dari Tuhan, karena tidak lama setelah mereka menetap sebagai toko tenda, orang Yahudi lain yang juga pembuat tenda baru datang dari perjalanan penginjilannya di Atena, yaitu Rasul Paulus. Kapan pun dia masuk kekota yang baru, dia akan mencari pasar untuk kesempatan bicara tentang Yesus, mencari petunjuk arahan Tuhan untuk pelayanan berikut, dan tentu bekerja untuk menunjang pelayanannya. Merupakan hal yang tidak bisa dihindari kalau dia ikut toko tenda milik Akwila dan Priskila. Alkitab mengisahkan seperti ini: “Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah” (ay. 1-3).
Keakraban mereka sangat dekat, dan persahabatan yang dalam dan berlangsung lama dimulai hari itu. Paulus bekerja di toko mereka, dan hidup bersama mereka selama dia tinggal di Korintus. Jika mereka belum mengenal Kristus sebelum ini, mereka pasti mengenalnya sekarang, karena tidak ada yang tinggal dengan Paulus tanpa tertular kasihnya pada Juruselamatnya. Mereka hidup bersama-sama, bekerja bersama-sama, dan menderita pengusiran bersama-sama, dan juga mengenal Kristus bersama-sama, dan itulah yang membuat pernikahan mereka lengkap. Sekarang mereka satu dalam Kristus, dan kasih-Nya membuat pernikahan mereka lebih baik lagi. Itulah yang dibutuhkan pernikahan anda. Jika anda berdua belum meletakan iman anda pada Kristus yang berkorban bagi dosa anda, pernikahan anda tidak bisa jadi lengkap. Kesatuan sejati hanya ditemukan dalam Kristus.
Sejak Akwila dan Priskila bertemu Juruselamat, mereka bertumbuh dalam Firman bersama. Jelas mereka pergi dengan Paulus ke sinagoge setiap hari Sabat ketika dia berkotbah pada orang Yahudi dan Yunani agar mereka percaya pada Kristus untuk selamat (ay. 4). Tidak setiap orang menerima kesaksian ini. Sebagian menolak dan menghujat. Jadi, dia mengundurkan diri dari sinagoge dan mulai mengajar dalam rumah Titus Yustus dirumah sebelah. Dan Tuhan memberkati pelayanannya. Bahkan kepala sinagoge jadi mengenal Kristus. “Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka” (ay. 11). Itu artinya Akwila dan Priskila 18 bulan belajar Alkitab secara intensif dari pengajar Alkitab terbesar dimasa gereja mula-mula itu yakni Paulus. Betapa pesat pertumbuhan Akwila dan Priskila! Dan setelah pelajaran berakhir, mereka pulang kerumah dan duduk membicarakan tentang Tuhan dan Firman-Nya.
Mereka bertumbuh mengasihi Firman Tuhan. Dan walau mereka bekerja keras di toko, membuat dan memperbaiki tenda, memelihara keluarga dan memperhatikan tamunya, mereka selalu meluangkan waktu untuk mempelajari Alkitab secara serius. Membagikan Firman untuk memperkuat kasih mereka dan kebersamaan mereka. Inilah hal yang kurang dalam pernikahan Kristen. Para suami dan istri perlu mempelajari Firman bersama-sama. Itu tidak sulit dilakukan dalam keluarga pendeta. Saat saya menyiapkan kothbah, saya sering membicarakannya dengan istri saya tentang hal itu dan mendapatkan pendapatnya tentang penyelidikan saya. Jika dia menyiapkan suatu pelajaran, dia akan meminta pertolongan untuk mengerti ayat tertentu, dan kita melakukannya bersama. Mengajar sekolah Minggu dan berbagi persiapan masing-masing merupakan cara yang abik untuk memulainya. Membaca dan mendiskusikan Alkitab bersama akan mengijinkan Tuhan berbicara dalam hidup kita. Bagaimanapun kita menggunakannya, Firman Tuhan merupakan hal yang diperlukan untuk memperkaya hubungan kita masing-masing.
Apa hal yang menarik dari kisah Paulus dan keluarga Akwilda dan Priskila? Yang menarik adalah mereka saling mengasihi dan saling berbuat baik. Akwila dan Priskila menerima Paulus tinggal di rumah mereka dan sebaliknya Paulus dengan setia dan sabar mengajari Akwila dan Priskila dengan kebenaran Firman TUHAN. Dari hubungan yang saling mengasihi dan berbuat baik ini akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Apakah hasil yang baik yang mereka terima?
Pertama,keluarga Akwila dan Priskila mengalami pembaruan. Akwila dan Priskila adalah orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, sebelum mereka bertemu dengan Rasul Paulus di Korintus. Mereka berada di Korintus oleh karena perintah Kaisar Klaudius, supaya semua orang Yahudi keluar dari Roma (ay. 1-2). Kemungkinan besar mereka berada di Yerusalem pada hari Pentakosta dan mengalami pertobatan dan pembaruan saat itu (bnd. Kis.2: 38). Akan tetapi juga mereka banyak mendapat pengajaran Firman selama bersama-sama dengan Paulus di rumah mereka di Korintus, yang pasti Firman Tuhan semakin meneguhkan iman dan membarui hati mereka. Pertobatan merubah orientasi hidup yang bersifat antroposentris (berpusat pada manusia) menjadi Teosentris (berpusat atau tunduk kepada Allah).
Kedua,keluarga Akwila dan Priskila menjadi keluarga yang siap melayani. Pelayanan Akwila dan Priskila sangat penting kita perhatikan. Mengapa?
(a) Karena mereka selalu melayani secara bersama-sama. Jika kita memperhatikan Alkitab, setiap kali kita membaca tentang Akwila dan Priskila, mereka selalu disebutkan bersama-sama (Kis. 18: 2, 18, 19, 26, Rm.16: 3, 1 Kor. 16: 19, 2 Tim.4 : 19). Ini menunjukkan bahwa keduanya adalah satu tim yang kompak, sehati dan setujuan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa suami istri dapat menjadi satu tim (satu kekuatan) dalam melayani Tuhan. Salah satu ukuran keberhasilan sebuah keluarga Kristen terletak pada kebersamaan dalam melayani Tuhan.
(b) mereka melayani dengan apa yang ada pada mereka. Profesi atau keahlian mereka adalah tukang kemah atau pembuat tenda (ay. 3), mereka menekuni profesi itu. Namun demikian, mereka tahu bahwa profesi atau keahlian yang ada harus dipakai untuk melaksanakan misi Tuhan, yakni memenangkan jiwa. Selain itu, rumah mereka juga terbuka bagi Paulus (Hamba Tuhan), tetapi juga bagi jemaat. Dalam 1 Korintus 16: 19 dan Roma 16: 5, kita dapat mengetahui bahwa baik di Korintus maupun di Roma, setiap Minggu orang-orang percaya selalu berkumpul dan beribadah di rumah mereka.
(c) Mereka melayani di tempat di manapun mereka berada. Pada waktu Akwila dan Priskila membentuk rumah tangga di Roma, mungkin mereka ingin menetap di sana seumur hidup. Namun mereka harus berpindah dari Roma ke Korintus (Kis. 18: 2), kemudian harus berpindah lagi ke Efesus dan mungkin ke tempat lainnya. Akan tetapi di manapun mereka berada, mereka tetap setia melayani Tuhan.
Ketiga, melahirkan pelayanan yang bermitra dengan orang lain. Dalam Roma 16: 3, Paulus menyebutkan Akwila dan Priskila sebagai teman sekerjanya. Mereka setia dalam memikul beban pelayanan Paulus, bahkan dalam Roma 16: 4, Akwila dan Priskila bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk mendukung pelayanan Paulus. Mereka juga menolong seorang Hamba Tuhan yang masih memiliki kekurangan pemahaman Teologis yaitu Apolos (Kis. 18: 24-26). Setelah itu Apolos dapat melayani dan menjadi berkat besar bagi orang-orang di Akhaya (Kis. 18: 27-28). Keluarga Akwila dan Priskila adalah keluarga yang membangun kemitraan dengan orang lain, baik Hamba Tuhan maupun jemaat Tuhan. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!